TERNODA SEBELUM MALAM PERTAMA...

By AyaNuryulianti

140K 6.4K 847

Hamil di luar nikah, tidak pernah menjadi harapan Reyna sama sekali. Apalagi lelaki yang menanam benih di rah... More

TSMP 1
Part 2
Part 3
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19 (Open PO)
Ekstra Part (Open PO)
Cuplikan di Novel (Open PO)
EKSTRA PART (PO)
Ekstra Part terakhir
Info Seru

Part 4

6K 289 10
By AyaNuryulianti


Setelah pagi tadi menghadapi sikap dingin Kak Andra, aku memilih kembali ke kamar. Bertanya-tanya di dalam hati, apa yang terjadi dengan Kak Andra semalam hingga pulang dalam keadaan yang kacau.

Mungkinkah semua itu ada hubungannya dengan Kak Sarah? Atau mungkin saja karena pekerjaan yang begitu menuntut Kak Andra hingga membuat Kak Andra harus lembur dan pulang dalam keadaan yang lelah.

Memikirkan hal itu, aku cepat-cepat keluar dari kamar lalu menuju dapur. Di sana Bi Tati sudah berkutat di depan kompor, lalu menoleh  saat aku menghampiri.

“Pagi, non.” sapa Bi Tati dengan wajah cerah.

“Pagi, bi. Bibi lagi masak apa?” tanyaku sambil melirik ke arah wajan penggorengan begitu mencium aroma bumbu masakan yang menguar harum.

“Ini non, Bibi masakin nasi goreng sama ayam bumbu buat non Reyna dan den Andra sarapan. Sebentar lagi nasi gorengnya jadi. Non Reyna tunggu sebentar, ya.”

“Biar Reyna bantuin ya, Bi.”

“Ndak usah, non. Ini udah mau selesai, kok. Non sebaiknya nunggu di meja makan aja, ya. Biar bibi aja yang siapin,”

“Kalau  gitu Reyna bantuin bawa ke meja makan aja ya, piring-piringnya.”

Kali ini Bi Tati mengangguk sambil tersenyum. Dengan sangat bersemangat aku mengangkat beberapa piring dan gelas menuju meja makan.

Namun, baru saja beberapa langkah lagi hendak sampai ke meja makan, tubuhku tiba-tiba kehilangan keseimbangan hingga tanpa bisa aku hindari piring-piring dan gelas yang ku bawa berjatuhan ke lantai menimbulkan suara pecahan kaca yang terdengar nyaring.

Aku nyaris terjatuh jika seseorang tidak menangkap tubuhku lebih dulu sebelum terjerembab ke lantai. Saat itulah aku lihat Bi Tati muncul dengan wajah kawatir dari arah dapur.

“Gusti Allah, non Reyna…”

Aku tercekat shock dengan nafas yang memburu. Begitu merasakan lengan kekar seseorang menahan punggungku, aku baru menyadari sosok yang baru saja menyelamatkanku ternyata Kak Andra.

“Reyna, kamu kenapa bisa seceroboh ini, sih?” raut wajah Kak Andra tampak kesal bercampur kawatir, lalu menarikku secepatnya menjauhi pecahan kaca yang sudah bertebaran di lantai.

“Maaf, den Andra.” ujar Bi Tati merasa bersalah, padahal bukan salah Bi Tati sama sekali, “Non Reyna nggak papa, kan? Ndak ada yang luka kan, non?” tanya Bi Tati menatapku kawatir.

“Ng-nggak papa kok, Bi. Ini bukan salah bibi kok,” ujarku tidak enak pada Bi Tati. Lalu menatap pada Kak Andra yang masih tampak kesal.

“Bi, tolong beresin pecahan kacanya, ya. Saya nggak mau kalau nanti sampai melukai Reyna. Dan saya minta tolong, untuk kedepannya jangan dulu biarin Reyna membantu pekerjaan bibi. Bukannya saya melarang, tapi untuk saat ini Reyna sedang hamil muda, kejadian seperti tadi sangat berakibat fatal untuknya kalau tadi saya tidak ada. Maaf ya, bi. Saya mengatakan ini  bukan menyalahkan bibi. Tapi, saya tahu dia sangat ceroboh karena sebelumnya dia tidak pernah melakukan pekerjaan di dapur. Saya mohon pada bibi ya, bi.” ujar Kak Andra dengan wajah memelas yang tampak sungkan dan sopan.

Terdengar dari nada ucapannya, Kak Andra mengatakannya dengan sangat lembut sekali seakan takut melukai hati Bi Tati.

Bi Tati tersenyum lalu mengangguk, “Iya, den. Sekali lagi maafin bibi, ya. Lain kali bibi akan lebih hati-hati lagi demi keamanan calon bayi non Reyna, den.” ujar Bi Tati  yang di jawab anggukan Kak Andra.

Bi Tati lalu berlalu dari hadapan kami, mungkin mengambil sapu dan sekop sampah untuk menyapu pecahan kaca yang masih bertebaran.

“Kak Andra, apa yang terjadi tadi salah Reyna yang nggak hati-hati. Bukan salah bibi kok, Kak.”

Kak Andra menatapku lembut, “Rey, Kakak bukan menyalahkan Bibi. Tapi, untuk saat ini tolong kamu dengerin Kakak. Kamu boleh saja membantu Bi Tati kalau kamu nggak seceroboh kayak tadi. Kalau kamu sampai jatuh gimana? Kamu lagi hamil, Rey.”

Aku menunduk dengan wajah bersalah. Ternyata sebesar itu rasa perhatian dan kawatir Kak Andra padaku.  “Maaf, Kak…”

Kak Andra menyentuh bahuku hingga aku menatapnya kembali, “Kakak juga minta maaf ya atas sikap Kakak tadi pagi.” ujarnya yang langsung aku sambut dengan anggukan.

“Kakak nggak perlu minta maaf. Bukan salah Kakak, kok.”

Kak Andra lalu meraih tanganku, menatapku dengan tatapannya yang dalam. “Rey, mulai hari ini kita mulai semua dari awal, ya.”

“Reyna boleh nanya sesuatu?” tanyaku beberapa saat sebelum menjawab pernyataan Kak Andra.

“Iya, Rey. kamu mau nanya apa?”

“Kak Andra masih cinta sama Kak Sarah, kan?”

Reaksi wajah Kak Andra tampak berubah setelah aku menanyakan kalimat itu padanya. Kak Andra bahkan memalingkan wajahnya tanpa menjawab pertanyaanku.

“Enggak, Rey.  Sekarang prioritas Kakak kamu, bukan Sarah lagi. Jadi jangan bertanya seperti itu lagi.”

Kak Andra berlalu meninggalkanku. Aku tahu dia berbohong. Tentu saja kenyataan yang sebenarnya adalah sebaliknya. Sorot mata itu masih tampak mengharapkan Kak Sarah. Dan aku bisa merasakannya.

.
.
.

Sejak itu Kak Andra selalu bersikap manis dan penuh perhatian. Kak Andra bahkan selalu pulang tepat waktu dan lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Kabar tentang Kak Sarah tidak pernah aku dengar lagi, karena Kak Andra tampak menutupinya dariku.

Entah bagaimana caranya Kak Andra menyembuhkan lukanya setelah berpisah dengan Kak Sarah. Yang aku lihat sekarang Kak Andra terlihat begitu sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan jika di rumah, dia selalu menghabiskan waktunya dengan bekerja hingga larut malam di ruangannya.

Dua minggu berlalu begitu saja. meski terkadang hati ini merindukan Mama. Namun, semenjak kami tinggal terpisah dengan Papa dan Mama, belum pernah sekalipun Mama mendatangi kami.

Hanya Papa yang kadang sesekali berkunjung dan membawakan sesuatu untukku. Kue bolu pisang kesukaanku dan manisan buah buatan Mama. Papa bilang Mama yang membuatkannya untukku.  Tentu saja aku sangat senang meskipun hati ini sedih karena Mama tidak pernah datang.

Ternyata beberapa hari ini kondisi kesehatan Mama kurang baik, makanya tidak sempat berkunjung hingga Papa datang seorang diri. Aku merasa sedih. Aku tahu, selain karena kurang sehat, alasan Mama tidak pernah mengunjungi kami karena tidak ingin bertemu denganku.

Sejak mendengar kabar Mama sakit, rasa bersalah begitu menghantuiku. Pasti Mama sakit karena memikirkan apa yang terjadi padaku. Kadang aku menangis memikirkan hal itu. Tapi Kak Andra selalu meyakinkan kalau semua itu bukan salahku dan berkata lain waktu Mama pasti datang mengunjungi.

Kak Andra baru saja berangkat ke kantor. Sedangkan Bi Tati sedang berbelanja ke pasar. Tinggal aku seorang diri menikmati acara televisi di ruang keluarga. Sesaat kemudian terdengar suara bel pintu depan.  Aku beranjak dan langsung membuka pintu. Sosok seseorang yang beberapa hari terakhir aku fikirkan, kini berdiri tepat di hadapan.

Sosok berparas cantik yang memiliki postur tinggi seperti model Miss Universe, berdiri di ambang pintu, dengan penampilannya yang tampak anggun meski hanya dress selutut yang di balut  Jas putihnya.

Heels setinggi sepuluh centi yang di kenakannya menunjang penampilannya yang tampak mempesona. Rambut panjangnya yang berwarna coklat alami, di blow hingga tampak berkilau dan indah. Beserta kuku-kuku jemari tangannya yang tampak rutin di manicure kini bercat merah darah senada dengan polesan lipstik di bibirnya.

Aku yakin semua itu karena Kak Sarah begitu menunjang penampilannya di salon kelas atas langganannya yang mungkin merogoh rupiah yang tidak sedikit. Apalagi profesi Kak Sarah adalah seorang dokter, bersamaan dengan repotasinya sebagai putri direktur salah satu rumah sakit terkenal di negeri ini.

“Kak Sarah…”

Perempuan yang baru saja aku sebut itu tersenyum padaku. “Boleh aku masuk?”

Aku mengangguk, sedikit kaku. Perasaan bersalah itu tiba-tiba menyeruak mengingat kondisi Kak Sarah waktu itu. Namun, sekarang saat melihat ekspresi dan penampilan Kak Sarah seolah menjelaskan kalau Kak Sarah baik-baik saja.

Dengan langkahnya yang anggun Kak Sarah masuk setelah aku persilahkan. Dia tidak berbicara apapun karena saat ini pandangannya tengah menyisir sekeliling dalam rumah.

“Kak Sarah mau minum apa? biar-“

Aku yang hendak melangkah ke dapur langsung di jegal olehnya. Sorot mata yang tadi menatap ramah kini berubah dingin dan menusuk.

“Gimana, Reyna? Kamu udah puas merebut Andra dari aku?”

Aku tertegun. “Kak Sarah, maafin Reyna. Tapi Reyna-“

“Diam! Karena kali ini hanya aku yang akan bicara!” sela Kak Sarah tajam.

Kak Sarah menatap sinis, “Kamu senang kan dengan pernikahan ini? Puas setelah membuat aku dan Andra batal menikah? Itukan yang kamu inginkan sejak dulu, Reyna? Mendapatkan perhatian Andra dan merebut dia dari aku! Iya, kan Reyna?! Jawab aku! Kamu sebenarnya menginginkan Andra, kan?!”

Aku terkejut mendengar semua tuduhan Kak Sarah yang bahkan tidak pernah terfikir sekalipun di benakku.

“Nggak, Kak. Reyna nggak pernah punya pemikiran seperti itu. Reyna menyayangi Kak Andra seperti Kakak kandung Reyna sendiri-“

“Kamu fikir aku percaya?” sela Kak Sarah keras dengan suaranya yang bergetar menatap nyalang padaku.

Kak Sarah menangis dengan bahunya yang terguncang. “Reyna, apapun yang kamu rasakan sama Andra, ketahuilah kalau apa yang Andra lakukan saat ini, memberi perhatiannya ke kamu hanya karena kasihan. Rasa kasihan itu menghancurkan hubungan kami, Rey. Rasa kasihan Andra yang terlalu berlebihan ke kamu membuat kami terpisah. Padahal kamu tahu Rey, kalau aku dan Andra saling mencintai. Tapi kenapa… apa yang kamu lakukan malah harus Andra yang menanggungnya. Kenapa harus Andra, Rey?” ujar Kak Sarah di sela isakkannya.

Aku yang tidak bisa membela diri sendiri, kini tidak bisa membendung tangisanku. Benarkah aku yang harus di salahkan dengan apa yang terjadi? Kak Andra dan Kak Sarah adalah korban atas apa yang aku lakukan, jika saja rasa kasihan Kak Andra tidak pernah ada untukku.

“Kak Sarah…”

Kak Sarah menatapku pilu, “Rey, kamu bisa pergi dari Andra. Kamu bisa pergi sejauh-jauhnya supaya Andra nggak terbebani karena rasa kasihannya ke kamu. Aku mohon, Rey pergilah dari hidup Andra. Biarkan kami bersama. Biarkan Andra kembali bersamaku.” ujar Kak Sarah dengan wajah memohon.

Aku hanya diam sesegukkan, tidak tahu harus memberi jawaban apa pada Kak Sarah karena kenyataannya, aku juga membutuhkan Kak Andra, setidaknya sampai bayi ini lahir.

“Kamu tahu, Rey. Rumah yang saat ini kalian tempati adalah rumah yang dulu di desain Andra untuk aku. Rumah yang nantinya akan kami tempati setelah menikah nanti. tapi, nyatanya gara-gara kamu semua itu hancur sudah. Apa kamu nggak pernah berfikir Rey, kehadiran kamu di tengah-tengah kami sangat melukai kami. Kamu ibarat benalu dan parasit, Rey. Kamu fikir Andra nggak terluka dan nggak sakit karena menikahi kamu? Asal kamu tahu, Reyna. Jika bukan karena mengingat balas budi Andra terhadap kedua orang tua kamu, Andra nggak akan mau ngelakuin hal ini karena sampai detik ini hanya aku satu-satunya perempuan yang dia cintai! Hanya aku, Reyna!”

Aku semakin merasa terpojok. Kak Sarah benar. Aku hanya parasit di dalam hubungan mereka. Kak Andra menikahiku hanya karena ingin membalas kebaikan Papa dan Mama. Sampai kapanpun pernikahan ini tetap salah dan hanya akan menyakiti kami. Tidak ada cinta dan kebahagiaan yang tumbuh di dalamnya.

Kak Sarah lalu merengkuh bahuku. “Rey, perlu kamu tahu hubungan kami sudah begitu jauh. Bukan hanya hati kami saja  yang menyatu. Ragaku dan Andra juga tidak akan terpisahkan meski kalian sudah menikah sekalipun. Andra masih mencintaiku, Rey. Entah itu kapan, tapi bisa saja nanti aku hamil mengandung anaknya. Apa Andra tidak pernah mengatakan ke kamu dimana dia menginap beberapa hari yang lalu saat dia tidak pulang. Dia datang ke aku Rey. Andra frustasi karena meninggalkan aku. Tanpa aku harus memperjelas semuanya pastinya kamu tahukan apa yang kami lakukan saat itu?”

Penuturan Kak Sarah serasa bagai godam yang menghantam hati. Tidak pernah terfikir bagiku jika Kak Andra akan melakukan semua itu dengan Kak Sarah sebelum mereka terikat oleh pernikahan.

Aku belum bisa percaya jika lelaki sebaik Kak Andra akan berbuat seperti itu. Dan itu tentu tidak ada bedanya dengan Evan. Tidak. Aku tidak percaya Kak Andra akan melakukan hal serendah itu, meski dengan Kak Sarah wanita yang sangat di cintainya.

Aku begitu mengenal Kak Andra. Selain menghormati wanita, Kak Andra juga religius dan taat beribadah. Dia adalah sosok calon Imam idaman setiap wanita.

Namun, melihat raut wajah Kak Sarah yang begitu hancur, aku merasa apa yang di katakan  Kak Sarah benar. Mereka memang melakukannya.

“Dan itu kami lakukan sudah sejak lama, Rey. Hanya saja aku menahan diriku supaya tidak hamil. Kamu harus mengerti posisiku, Rey. Semuanya sudah aku korbankan untuk Andra. Kehormatan yang seharusnya aku berikan untuk calon suamiku nanti, aku berikan untuk Andra karena aku sangat mencintainya." tangis Kak Sarah tergugu.

"Sampai kapanpun, aku nggak akan bisa lepas dari Andra karena hubungan kami sudah sangat jauh. Tidak seperti yang kamu bayangkan selama ini. Bahkan setelah kalian menikah, kami sebenarnya sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Pasti Andra nggak cerita soal itu kan, Rey? itu semua karena dia memikirkan kehamilan kamu. Sekalipun tidak akan pernah ada cinta dari Andra untuk kamu, Rey. Andra tidak akan membiarkan kamu terluka. Sekarang hanya kamu yang bisa mengambil keputusan, tetap bertahan bersama Andra yang tidak mencintai kamu, atau pergi dari kehidupannya dan tidak menyia-nyiakan hidup kamu dengan seseorang yang tidak akan pernah mencintai kamu, Reyna."

Aku hapus air mataku dengan kasar. Kutatap wajah Kak Sarah yang menyiratkan kesedihan yang mendalam. Sebuah keputusan terpatri di dalam hatiku atas langkah apa yang akan aku ambil setelah ini.

“Kak Sarah tenang aja. Aku janji setelah bayiku lahir, aku akan meminta cerai dari Kak Andra. Kak Andra menikahiku hanya demi status bayi yang aku kandung. Bahkan kami juga pisah kamar. Kak Sarah jangan kawatir, begitu anak ini lahir, aku akan pergi dari Kak Andra supaya Kak Sarah bisa menikah dengan Kak Andra. Aku janji, Kak,”

Senyum merekah di wajah Kak Sarah yang tadi sendu. “Terima kasih, Rey. Tapi, sebelum aku benar-benar yakin dengan janji kamu, aku ingin kamu menandatangani surat ini.”

Kak Sarah mengeluarkan sesuatu dari tasnya.
Sebuah lembaran kertas yang mengusik pertanyaanku.

“Itu surat apa, Kak?”

“Surat perjanjian kalau kamu benar-benar akan meninggalkan Andra jika bayi kamu sudah lahir. Surat ini memiliki hukum yang kuat. Jika kamu melanggar, kamu harus bersedia merelakan Andra menikahiku dengan izin kamu ataupun tidak. Hingga jika kami sudah menikah, akulah yang akan menjadi prioritas Andra. Sedangkan status kamu hanya akan menjadi selir dan istri kedua Andra.”

Kak Sarah menyodorkan surat itu. Aku sejenak membacanya sebelum akhirnya aku putuskan untuk menandatangani surat itu di depan Kak Sarah. Karena aku memang ingin meminta Kak Andra menceraikanku setelah bayi ini lahir. Tentu tidak berat bagiku untuk menyanggupinya.

Kak Sarah langsung memelukku. “Makasih ya, Rey. Aku yakin setelah kamu berpisah dari Andra, kamu pasti akan menemukan kebahagiaan kamu, Rey.”

Aku mengangguk sambil berusaha tersenyum. Kak Sarah langsung pamit dan melangkah pergi.

Speninggal Kak Sarah, aku tidak bisa membendung air mataku. Entah kenapa rasanya ada yang menohok hati ini setelah mendengarkan semua hal yang di ceritakan Kak Sarah mengenai hubungannya yang sudah terlanjur jauh dengan Kak Andra.

Apa hakku untuk marah? Mereka memang saling mencintai satu sama lain bukan. Namun, bukan itu sebenarnya yang membuatku menangis.

Aku menangis karena mengingat kata-kata Kak Andra beberapa hari yang lalu, yang mengatakan padaku akan memulai hubungan kami dari awal. Kak Andra bahkan berjanji akan selalu menjadi Ayah dari calon bayiku.

Semua perhatiannya dan kasih sayangnya tiba-tiba membuatku benci. Aku benci di kasihani seperti ini. di berikan harapan setinggi-tingginya, sama seperti apa yang Evan lakukan dulu.

Aku menangis tergugu. Hingga tiba-tiba aku merasakan nyeri di perutku. Rasanya sakit sekali seperti di tusuk-tusuk pisau. Aku berusaha menahannya, dan melangkahkan kaki menuju kamar dengan langkah terseok sambil terus mencengkram perutku. Tanganku berpegangan pada dinding kamar, sebelum akhirnya berhasil sampai di tepi ranjang.

Ponselku yang berada di atas tempat tidur berdering. Aku mencoba meraihnya dengan bersusah payah. Tertera nama Kak Andra memanggil di sana.

Sambil berusaha menahan perih di perutku, aku hanya membiarkan telpon dari Kak Andra karena tidak ingin Kak Andra tahu jika saat ini aku tengah kesakitan. Hingga beberapa saat sebuah pesan muncul dari Kak Andra karena aku yang tidak kunjung mengangkat telponnya.

‘Reyna, kamu lagi ngapain? Kamu jangan lupa makan, ya. Susu hamilnya juga jangan lupa di minum. Nanti sore pulang dari kantor kita makan di luar, ya. Kakak mau bawa kamu makan di restoran jepang  favorit kamu dulu. Sekaligus kita jalan-jalan. Dan satu lagi pesan Kakak, jaga baik-baik calon anak kita. Oke. Mungkin kamu sedang tidur, jadi nggak sempat angkat telpon Kakak. Nanti Kakak telpon lagi, ya.’

Air mataku meluruh membaca isi pesan Kak Andra, sementara rasa sakit di perutku semakin menjadi-jadi.

“Kenapa harus begini, Kak? Kenapa harus memberi harapan ke Reyna seperti ini?” gumamku lirih di sela tangisanku sambil mencengkram erat kaos bajuku saat rasa sakit di perutku semakin tidak tertahankan.

.
.
.

BERSAMBUNG

Jangan lupa Komen, like dan Krisan^^

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 67.1K 50
Aku hamil. Dua kata yang Nafisah ketik di ponselnya kemudian ia kirim ke nomer teman masa kecilnya. Tapi kenapa setelah itu keluarga dosennya malah...
4.6M 331K 36
Rajen dan Abel bersepakat untuk merahasiakan status pernikahan dari semua orang. *** Selama dua bulan menikah, Rajen dan Abel berhasil mengelabui sem...
276K 618 18
DEWASA ONLY!! "Om...ayo tidurin aku, izinkan aku menikmati sisi liarmu..."
279K 9.8K 29
Dax, bangun di sebuah kamar hotel dalam keadaan telanjang bersama dengan seorang wanita yang bukan pacarnya. Setelah mengetahui wanita itu ternyata...