TO DESIGN A DUKE

By yulianayuyu

422K 61.3K 1.8K

[AZA Award Winners] [Wattys2021 Short Listed Story] [Wattys2021 Winner - Historical Fiction] Spin-off The Hor... More

THE PAIN
VISIT FROM HARTINGTON
ESCAPING WINDSOR
A MYSTERIOUS GENTLEMAN
LETTER FROM ENGLAND
CARNEVALE DI SCIACCA
A KISS TO REMEMBER
ANGELO EVIL PLAN
CONDRAD REPLACEMENT
MADELINE NEW LOOK
TORRETTA PEPOLI
ERICE
NIGHT AT ERICE
MYSTERIOUS PAINTING
FAMILIAR SCENT
MADDY? WHO'S MADDY?
CHANGING THE PLAN
TELL ME EVERYTHING
LETTER FROM HARTINGTON
GOSSIP AT HOTEL ERICE
LAST NIGHT IN PEPOLI CASTLE
ROCK, PAPER, SCISSOR
DRUNK AS HELL
FOUND IT!
A LADY THIEF!
FINDING MADDY
DUKE OF WINDSOR HAS DIED
TO FIGHT FOR LOVE
BIG SHIP AT THE DOCK
DESTINATION UNKNOWN
HOUSE OF ROSES
SAVED BY THE DUKE
VISIT TO HARTINGTON
VISIT TO CHELTENHAM
NIGHT WITH A DUKE
HOME TO WINDSOR
AT THE DINNER
GOOD BYE, ROBIN
IN THE DEPTH OF THE LABYRINTH
DOWAGER'S BLESSING

I AM ZORRO

13.1K 1.8K 53
By yulianayuyu

Berdiri di teras lantai dua rumah Conrad, tempat dia menginap, Robin menatap lalu lalang manusia di bawahnya. Dua hari di Sciacca, dia mulai terbiasa dengan hiruk pikuk pembicaraan antar lelaki atau antar lawan jenis. Matanya berbinar menatap budaya yang sungguh berbeda dengan negaranya, Inggris.

Di Inggris, umumnya pembicaraan yang dilakukan di tempat ramai hanya berupa basa-basi mengenai cuaca, tujuan perjalanan, dan hal ringan lainnya. Sementara, di sini tidak ada batasan dan tata krama yang kaku. Para lelaki benar-benar menyuarakan pikirannya dengan lantang. Mereka berdiskusi mengenai masalah pribadi, atau dengan kentara merayu para perempuan, bahkan tidak segan langsung baku hantam di jalan, jika ada hal yang menyinggung.

Karena dia sendiri bukan tipe lelaki yang lemah lembut seperti sahabatnya George, atau gentleman sekaku Nicholas, Robin bisa mengerti keterusterangan para lelaki itu. Lihat saja, para senorita Sisilia yang berlalu lalang di bawah sana memiliki kecantikan alami. 

Harus diakuinya, perempuan Sisilia adalah makhluk yang sangat seksi. Meskipun tanpa bedak dan riasan berwarna, perempuan Sisilia memiliki rasa percaya diri tinggi. Kulit yang kecoklatan terbalut busana yang menggiurkan berupa korset longgar yang menampakkan kemolekan tubuh, serta gaun ruffle tanpa crinoline—yang mengingatkan Robin akan pertemuan pertamanya dengan Andara dulu, di bawah tribune pada The Windsor Derby.

Sayangnya, Robin sangat yakin Ibu tidak akan sepemikiran dengannya mengenai perempuan di sini. Dowager Duchess of Windsor pasti akan mengatakan bahwa Sisilia adalah negaranya kaum barbar. Jika Ibu tahu di mana dia sekarang, janda tua itu pasti akan menariknya pulang ke Windsor untuk dicuci otak. Robin tergelak karena pemikirannya.

"Apa yang begitu lucu, Your Grace?" tanya Conrad begitu kakinya melangkah keluar dari ruang keluarga di belakang teras. Robin menyesap campuran kopi dan susu sapi segar yang disiapkan Florensia—kakak ipar Conrad—sambil menatap joki muda itu mendekat.

"Ah, Your Grace, Duke of Sciacca?" sindir Robin dengan senyum terkembang, ketika Conrad berdiri di sampingnya.

"Sudahlah, jangan menggodaku terus. Aku minta maaf karena memanfaatkan keberadaanmu, Your Grace. Itu kulakukan agar orang tua dan saudara-saudaraku tidak marah dan mengusirku karena pergi terlalu lama.  Paling tidak, mereka cukup senang mendengar kesuksesanku, meskipun itu palsu. Kuharap, kau tidak tersinggung."

Robin tertawa. Dia setuju dengan pendapat Conrad, gelar jenis apa pun memang hanya berarti jika digunakan dalam kehidupan sosial.

"Jangan khawatir, aku tidak tersinggung. Jika bisa, aku rela memberikan gelar duke-ku padamu, dan melihat apakah kau bisa tahan dengan Ibu." Robin kembali tergelak ketika membayangkan ibunya menyiksa Conrad yang malang. "Ini antar kita saja, Conrad. Di sini, kau boleh memanggilku dengan nama, aku tidak ingin keberadaanku terlalu menyolok."

"Benarkah? Kau terlalu baik, Robin, seharusnya dari dulu saja aku bekerja denganmu di Kastel Windsor," ujar Conrad menampakkan seringai yang sangat lebar.

Robin berdecih. "Jika itu terjadi, kau tetap akan menjadi orang miskin dari Sciacca. Kau tidak akan menjadi joki paling mahal se-Inggris Raya, Amico*. Sifat ambisius Nicholas untuk memenangkan derby-lah yang membentukmu hari ini. Seharusnya, kau berterima kasih padanya."

Conrad terkekeh dan mengangguk. "Kau benar."

Robin yakin joki itu mengerti apa yang dikatakannya, lelaki di depannya bukanlah orang bodoh. Itu yang membuat Conrad rekan perjalanan yang menyenangkan.

"Mengenai kau memamerkan gelarmu pada keluarga, aku bisa mengerti. Yang membuatku penasaran, mengapa kau juga memamerkan itu pada signora* Di Russo?" Pikiran Robin kembali membayangkan warna merah rambut signora Di Russo yang membingkai indah. 

Merah adalah warna rambut yang paling tidak disukai di Inggris, karena mitos menyebutkan bahwa gadis dengan rambut menyala seperti itu biasanya memiliki sifat binal dan sulit di atur. Namun, membayangkan gadis itu mempunyai tiga orang anak perempuan, membuat Robin penasaran mengenai salah satunya yang mengintip dia dari lantai mezanin tempo hari.

"Aku berhutang penjelasan pada anaknya, Maddy. Waktu itu, aku baru berusia sembilan belas tahun ketika kami dijodohkan. Seharusnya aku menolak dari awal, tapi gadis itu memang cantik dan aku menyukainya. Aku hanya belum siap untuk terikat. 

"Kau tahu maksudku, 'kan? Itu mengerikan. Ketika kau sendiri masih remaja dan kebebasanmu tiba-tiba hilang. Kemudian, kau terpaksa bekerja keras seumur hidup untuk menghidupi anak-anak dan pasanganmu yang masih gadis ingusan. Menurutku, tradisi menikah muda ini harus dihapuskan," papar Conrad sambil menyisir rambutnya dengan jemari.

Bicara mengenai kebebasan hidup, Robin tentu sangat tahu. Dia mengerti apa yang ada dalam pikiran Conrad. 

"Kuakui, aku adalah bajingan yang tak tahu diuntung. Aku melarikan diri saat tanggal pernikahan sudah ditentukan. Tapi, aku merasa seperti setengah menipunya dan setengahnya lagi menipu diri sendiri, jika sampai menikah dengan Maddy. Jadi, malamnya aku kabur dengan menumpang ke kapal apa pun yang bisa membawaku pergi jauh, tidak peduli ke mana." Conrad termenung menatap kejauhan, pada puncak salib yang terpatri tinggi di atap gereja-gereja Katholik.

"Jadi, kau berniat melamarnya gadis itu sekarang?" tanya Robin, menarik pandangan Conrad ke arahnya.

"Kurasa, tidak ada salahnya. Jika Maddy masih single dan secantik dulu, tentu saja. Kenapa tidak? Oh, Tuhan. Aku sampai lupa menanyakan kabarnya pada Signora Di Russo kemarin." Conrad menepuk keningnya, merasa bodoh. "Tapi sudahlah. Kata Ibu, jodoh tidak akan lari ke mana. Jika Maddy memang jodohku, maka kami akan bertemu lagi. Aku percaya pada pertanda, kau tahu? Jika kau bertemu orang yang sama tiga kali, maka dia jodohmu."

"Mitos yang konyol,"  ujar Robin, kemudian terkekeh.

"Kau hanya belum membuktikannya, Rob. Oh ya, kostum nanti malam sudah kusiapkan di kamar. Aku meminjam kostum Zorro milik Pedro, karena posturnya pas sekali denganmu. Dia menyayangi kostum itu, jadi tolong ... jaga kostum itu baik-baik. Pedro akan membunuhku jika rusak."

Robin mengernyit mendengar keterangan Conrad. "Zorro?"

"Astaga! Kau bahkan tidak tahu siapa Zorro. Zorro adalah tuan tanah kaya dari Spanyol yang tinggal di Amerika dan menyamar menjadi penjahat untuk membela rakyat kecil dari pemerintah korup," jelas Conrad singkat. "Sudahlah tak usah kau pikirkan, mari kita bersiap. Aku akan membawamu ke Marina dan kita akan berpesta semalam penuh. 

"Oh, ya, satu hal lagi, Rob. Jika aku tidak pulang, jangan mencariku. Jika kau tidak pulang, ini alamat rumahku, pulanglah kemari saat kau sadar," ujar Conrad seraya menyodorkan kertas dengan tulisan tangan di dalamnya. Seringai sangat lebar dan penuh arti dilayangkan Conrad pada Robin sebelum meninggalkan ruangan.

***

Tiga jam kemudian, mereka tiba di tempat yang disebutkan Conrad. Hari menjelang sore, saat mereka tiba. Matahari terlihat mulai tenggelam di horison luas yang terhampar di depan mata. Marina rupanya adalah deretan pertokoan sederhana yang berdiri di sepanjang dermaga, di tepi Laut Mediterania. Udara bulan Februari masih cukup dingin. Prediksi akan hujan sama sekali tidak menyurutkan minat pengunjung untuk menghadiri karnaval terbesar di Sisilia.

Pulau Sisilia yang didominasi warna putih, dua hari lalu ketika dia berlabuh, seketika berubah warna-warni malam ini. Hiasan bewarna mencolok dipasang di mana-mana. Di atap. Di depan rumah. Di sepanjang jalan yang dia lewati. Lampion, tutup-tutup lampu, furnitur, hingga hiasan berbentuk hewan seperti beruang besar, burung-burung kecil yang banyak jumlahnya menyemarakkan suasana kota kecil Sciacca.

Robin memperhatikan kostum para pengunjung yang mulai berdatangan, dari mulai kostum hewan, vampir, hingga kostum raja-ratu beberapa negara. Kemudian, dia melihat pakaiannya sendiri yang serba hitam.

Dia tidak keberatan menggunakan kemeja tanpa kancing, yang mengekspos sedikit dada bidangnya dengan guratan jahitan, atau topeng setengah wajah yang menyembunyikan cacat wajahnya, tapi Robin sangat keberatan dengan sayap sepinggang yang dipaksakan Conrad untuk dipakainya. Alih-alih membuatnya lebih gagah, sayap itu sungguh membuatnya risi.

Hal lain yang mengganggu dan membuatnya tidak nyaman adalah celana kulit super ketat yang membuat lekuk bagian pribadinya seperti tercetak keluar. Biarkan para gadis itu memperhatikanmu dan tergila-gila, ujar Conrad ketika membantunya berpakaian. Ini tidak lebih baik jika dia tidak memakai celana sama sekali.

"Aku pergi dulu, Amico*. Ingat pesanku: Jangan jadi dirimu! Dan bersenang-senanglah!" teriak Conrad yang menggunakan pakaian ala Musketeer Inggris. Lelaki itu berlari dengan antusias ke arah para gadis yang sudah menunggunya dalam pakaian warna warni. Belum lagi Robin bisa membalas kalimatnya, sosok Musketeer jadi-jadian itu sudah hilang ditelan keramaian.

Oh, tentu. Dengan topeng dan kostum, dia bukan lagi Robin, Duke of Windsor. Untuk malam ini saja, dia adalah Zorro—si penjahat baik hati.


GLOSSARY :

*) Amico : teman

*) Signora : nyonya

Continue Reading

You'll Also Like

683K 78.4K 40
Indira serta guru dan kedelapan temannya melakukan perjalanan untuk piknik disebuah pantai. Namun mereka malah tersesat dan sampai di Kota Mati. Awa...
660K 79K 31
~Original my story fantasy~ ~(Baca Selagi On Going) TK? Apa yang kalian bayangkan dari kata 'TK'? Taman kanak-kanak? Ya, seperti judulnya, cerita ini...
BITTER TRUTH [END] By Angel

Historical Fiction

9.5M 1.1M 90
"Buktikan bahwa bukan kau yang meracuninya dengan pedang ini" ucap Duke Hevadal dengan wajah yang sedingin dinginnya pada putri kandungnya sendiri El...