Things Only We Know

By mikoriiin

804K 61.9K 26.2K

Original story by Mikorin. Based on CP Wang Yibo x Xiao Zhan who starring as Lan Wangji and Wei Wuxian in "Th... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Chapter 77
Chapter 78
Chapter 79
Chapter 80
Chapter 81
Chapter 82
Chapter 83
Chapter 84
Chapter 85
Chapter 86
Chapter 87
Chapter 88
Chapter 89
Chapter 90
Chapter 91
Chapter 92
Chapter 93
Chapter 94
Chapter 95
Chapter 96
Chapter 97
Chapter 98
Chapter 99
Chapter 100
Chapter Spesial- Musim Panas Yang Lalu (1)
Chapter Spesial- Musim Panas Yang Lalu (2)
Chapter 101

Chapter 25

10K 747 444
By mikoriiin

Seperti yang Xiao Zhan selalu pikirkan setiap berada di rumah ketika tahun baru, orangtuanya pasti akan bertanya, "Ah-Zhan, kau belum ingin memperkenalkan siapapun pada kami?"

Itu adalah kalimat tanya paling halus yang penah dia terima tetapi memiliki arti yang sama dengan tiga tahun terakhir, kapan dia akan menikah?

Xiao Zhan tertawa hambar sambil bermain dengan Jiangou sementara ayahnya yang juga duduk di sebelahnya sedang menonton televisi. Pertanyaan dari ayahnya berarti adalah pertanyaan dari ibunya juga begitupun sebaliknya. Ibunya yang sedang menyiapkan makan malam di dapur mendengar pertanyaan itu berseru.

"Kau tahu Ah-Zhan sedang sibuk, kenapa bertanya seperti itu lagi?"

"Aku tahu, hanya ingin mengenal calon istrinya saja, bukan berarti harus menikah tahun ini" ayahnya menyahut sambil melihat ke arah pintu dapur.

Ponsel Xiao Zhan bergetar, sebuah pesan baru saja masuk, dia tersenyum.

[Zhan-ge, aku sudah di Chongqing, bisakah kau menemuiku sebentar?]

Wang Yibo lalu mengirim alamat hotel yang berada sangat dekat dengan rumahnya. Pemuda itu benar-benar datang seperti janjinya, padahal Xiao Zhan sudah mengatakan padanya di malam tahun baru satu hari yang lalu untuk tidak ke sini karena besok pemuda itu sudah harus mulai syuting lagi sementara Xiao Zhan sendiri masih punya waktu dua hari libur sebelum kembali Beijing. Namun pemuda itu bersikeras ingin datang karena sesuatu yang penting yang tidak dia ketahui apa, mungkin Wang Yibo akan memberitahunya begitu bertemu nanti. Xiao Zhan sempat cemas karena sebenarnya di malam tahun baru kemarin, Wang Yibo marah padanya, bukan hanya kesal seperti anak kecil yang merengek seperti biasa, tetapi pemuda itu benar-benar marah karena dia menonton penampilannya melalui ponsel sebelum hitung mundur malam itu dimulai. Masalahnya karena Xiao Zhan melakukan tarian yang itu hanya bagian dari pekerjaan, tidak lebih, dia tidak bermaksud melakukan tarian yang menggoda atau semacamnya yang dituduhkan pemuda itu. Xiao Zhan belum melupakan pesan yang dikirim pemuda itu sebelum mendiaminya selama hampir satu hari. Hanya sebentar tapi pemuda itu bahkan tidak membalas pesannya apalagi menjawab telepon.

"Zhan-ge aku tidak menyukai melihatmu seperti itu di depan banyak orang. Aku membencinya, aku tidak menyukainya"

Itu adalah pesan yang pemuda itu kirimkan untuk mengakhiri obrolan singkat mereka malam itu setelah sebelumnya dia memenuhi ponsel Xiao Zhan dengan foto-foto yang memperlihatkan setiap gerakan yang dia lakukan dan semakin lama pria itu melihatnya, dia menyadari kalau gerakan itu sangat wajar membuat Wang Yibo marah karena dia sendiri pun akhirnya merasa malu. Pemuda itu tidak mengabaikannya lagi setelah Xiao Zhan berinisiatif untuk bertanya kapan dia akan ke Congqing. Jika tidak memiliki keinginan untuk ke sini, Xiaa Zhan yakin pemuda itu akan terus mengabaikannya selama dua sampai tiga hari berikutnya.

Xiao Zhan meninggalkan Jiangou bersama ayahnya sementara di ke kamar untuk mengambil jaket dan topi serta masker dan langsung turun.

"Aku keluar sebentar" ujarnya sambil memakai sepatu.

"Makan malam hampir siap, jangan terlambat" sahut ibunya dari dapur.

"Mau kemana?" ayahnya bertanya kali ini melihat pada Xiao Zhan yang hendak membuka itu.

"Ada urusan sebentar" jawabnya lalu menutup pintu.

Xiao Zhan membawa mobil ayahnya untuk pergi ke hotel yang hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari lima menit untuk sampai. Pria itu memikirkan dengan sangat penasaran tentang hal penting apa yang ingin pemuda itu lakukan. Dia merasa cemas meskipun tidak tahu apa yang akan terjadi, semoga itu bukan hal buruk dan mereka akan baik-baik saja.

"Lao Wang!" seru Xiao Zhan setelah membuka topi dan maskernya begitu Wang Yibo membuka kamarnya lalu memeluk pemuda itu.

"Zhan-ge" balas Wang Yibo dengan senyum lebar.

Xiao Zhan melepas pelukannya dan baru menyadari kalau Wang Yibo terlihat sangat rapi, dia bahkan memakai dasi lengkap dengan jas berwarna hitam. Wajahnya terlihat lelah tentu saja, karena dia belum beristirahat dengan cukup. Pria itu mengerutkan keningnya lalu sambil menggenggam tangan Wang Yibo dan berjalan masuk, dia bertanya.

"Kenapa kau rapi sekali?"

Wang Yibo menarik tangannya setelah Xiao Zhan duduk karena harus mengambil air minum untuk pria itu kemudian duduk di sampingnya, tidak menjawab pertanyaan itu.

"Kau belum tidur" ujar Xiao Zhan dengan wajah sedih sambil mengusap wajah pemuda itu, prihatin. Wang Yibo tersenyum sambil menangkap tangan itu. Lalu mereka tidak mengatakan apapun untuk sesaat karena sibuk menatap wajah satu lain sampai Xiao Zhan membuka suara lagi dengan tangan yang masih berada di wajah pemuda itu.

"Kenapa pakaianmu rapi sekali? Bukannya kau akan ke rumah?" tanya Xiao Zhan sementara tangannya berpindah pada bahu Wang Yibo, mengusap bahu jas itu dengan wajah heran.

"Zhan-ge apa aku boleh bertanya?"

"Kau tiba-tiba terlihat sangat serius, membuatku takut, ada apa?" ujar Xiao Zhan sambil menarik tangannya dari bahu pemuda itu.

"Zhan-ge tahu aku sangat mencintamu kan?"

Xiao Zhan tersenyum heran dan mengangguk, "Tentu saja."

"Dan Zhan-ge juga mencintaiku sama besarnya?"

Xiao Zhan mengangguk lagi, "Aku sangat mencintai Wang Yibo."

"Apa Zhan-ge tahu kalau sebelum Zhan-ge, aku tidak pernah berkencan dengan siapapun?"

"....Eh? Hah?"

"Zhan-ge adalah yang pertama"

Xiao Zhan tidak tahu apakah dia harus merasa kaget atau merasa bahagia sampai pemuda itu melanjutkanya kata-katanya.

"Karena itulah Zhan-ge sangat special, lebih dari siapapun"

Wang Yibo lalu menghela nafasnya. Dia pikir tahun ini mungkin bukan saat yang tepat tetapi dia tidak bisa tidak memikirkan kalau dia tidak mengikat Xiao Zhan secepatnya, maka pria itu akan pergi darinya tidak peduli betapa mereka saling mencintai, karena Wang Yibo tahu seperti apa orang-orang di sekeliling Xiao Zhan. Seseorang bisa saja mencuri Xiao Zhan darinya. Wang Yibo sudah memikirkan segala kemungkinan paling buruk sekalipun tetapi kehilangan Xiao Zhan adalah sesuatu yang paling menakutkan jadi dia akan membuat pria itu benar-benar menjadi miliknya.

"Ge, tangan" ujar pemuda itu kemudian. Xiao Zhan yang masih bingung kenapa mereka tiba-tiba membahas hal seperti ini setelah sekian lama, melihat tangannya sebentar lalu mengulurkannya pada pemuda itu. Dia lalu mengikuti setiap gerakan yang pemuda itu lakukan, tangannya terlihat merogoh saku celana dan memegang sebuah kotak hitam kecil yang Xiao Zhan sangat kenal benda itu berisi apa tetapi dia tidak yakin pada apa yang sedang terjadi sampai Wang Yibo membukanya. Mata Xiao Zhan melebar melihat sebuah cincin berwarna perak di dalamnya, cincin yang belum pernah dia lihat di manapun, dia masih tertegun melihat benda mungil itu lalu pemuda itu akhirnya berbicara dan membuatnya kembali mengangkat kepala, masih dengan wajah tertegun.

"Apa Zhan-ge sudah bisa menerimaku selamanya?"

Xiao Zhan kehilangan kata-kata, hanya menatap pemuda dua puluh dua tahun di hadapannya yang berbicara dan menatapnya seolah dia sedang mempertaruhkan hidupnya untuk itu.

"Karena aku sudah siap menjaga Xiao Zhan, seumur hidupku" Wang Yibo melanjutkan.

Xiao Zhan sudah membuka mulutnya ingin berbicara tetapi suaranya tidak mau keluar.

"Ge" Wang Yibo memanggilnya lembut karena pria itu belum mengatakan apapun. Pemuda itu mulai cemas kalau semuanya tidak seperti yang dia bayangkan. Dia lalu bergumam serius sambil mengalihkan tatapannya sebentar, "Apa caraku salah? Apa harus berlutut seperti di dalam film?." Mungkin cara ini tidak terlalu romantis karena Wang Yibo sebenarnya tidak benar-benar tahu apa yang harus dilakukan di saat seperti ini selain berpakain rapi dan menyiapkan cincin untuk Xiao Zhan. Wang Yibo menyiapkan cincin itu sejak mereka berbaikan setelah pertengkaran salah paham yang terjadi di fanmeeting A-Ling tiga bulan lalu, karena itu cincin yang dipesan khusus jadi butuh waktu untuk mempersiapkannya namun pemuda itu tidak bisa langsung memberikannya pada Xiao Zhan begitu cincin itu selesai, harus menunggu saat yang tepat.

"Ya"

Wang Yibo langsung kembali menatap Xiao Zhan begitu suara pria itu terdengar, sangat pelan jadi dia mengira dia mungkin salah dengar. Pemuda itu kaget ketika melihat kembali dan menemukan wajah tegang Xiao Zhan tadi sudah melembut, memerah, dan matanya berkilau karena air mata yang tertahan. Dia hendak berbicara untuk menyuruh pria itu berbicara lebih jelas ketika suaranya terdengar lagi, kali ini begitu yakin dan tegas.

"Ya, aku juga akan menjaga Wang Yibo, seumur hidupku" ujar Xiao Zhan dengan senyum paling indah yang pernah Wang Yibo saksikan selama ini. Pemuda yang tadinya cemas itu langsung tersenyum lebar, sangat lebar hingga dia tidak tahu bagaimana cara menghentikannya.

Xiao Zhan menghapus cepat air matanya yang terlanjur jatuh lalu mengulurkan tangan kirinya lebih yakin, "Pakaikan di jariku."

Wang Yibo mengangguk cepat dan segera memasang cincin itu di jari manis Xiao Zhan sambil menguncapkan janji yang sama dalam hatinya, "Aku berjanji, akan mencintai Zhan-ge selamanya, hanya Gege. Aku akan menjaga Zhan-ge, seumur hidupku."

Xiao Zhan mengangguk sambil tersenyum lebar seolah dia mendengar Wang Yibo membantin dan mengangkat tangannya untuk menatap cincin di jari manisnya yang sudah terlihat jauh lebih indah itu. Perasaan bahagianya sekarang bahkan tidak bisa bisa dia jelaskan lagi jadi dia terus tersenyum. Xiao Zhan hanya yakin pada perasaannya, pada perasaan Wang Yibo, pada perasaan mereka, bahwa apapun yang terjadi selama tahun-tahun selanjutnya, semuanya akan baik-baik saja selama mereka saling percaya satu sama lain.

Dia menurunkan tangannya dan menatap Wang Yibo, membuka lengannya dengan senyum yang belum menghilang, "Kemarilah."

Wang Yibo menurut dan memberikan dirinya untuk dipeluk pria itu. Pemuda itu mengeratkan pelukannya pada Xiao Zhan, "Zhan-ge, aku sangat mencintaimu."

Xiao Zhan mengangguk, "Gege juga sangat mencintaimu."

Mereka melepas pelukan itu, saling mengusap wajah bahagia yang terlihat jelas itu sebelum berciuman. Ciuman yang terasa sangat berbeda dari semua ciuman yang telah mereka lakukan. Karena mereka telah menjadi milik satu sama lain sehingga perasaan berbeda itu tidak terasa lagi, seperti mereka tiba-tiba telah menjadi satu yang tak lagi memiliki jarak.

Sebelum mengenal Wang Yibo, Xiao Zhan beberapa kali sudah membayangkan adegan seperti ini, adegan di mana dia akan memberikan cincin di depan seseorang yang paling dicintainya, mengatakan kalau dia akan menjaganya seumur hidupnya. Tetapi malam ini, bayangan itu telah menimpanya, masuk ke dalam hidupnya tanpa dia pernah merencakan apakah dia akan jatuh cinta pada anak laki-laki dua puluh dua tahun yang dia kenal secara tidak sengaja karena harus berada di dalam adegan yang sama dalam sebuah drama. Drama yang seharusnya terjadi hanya di dalam kamera tetapi pemuda itu membua mereka keluar dan mengalaminya di kehidupan nyata. Xiao Zhan tahu drama yang mempertemukan mereka itu, bukan hanya drama antara Lan Wangji dan Wei Wuxian yang saling mempercayai satu sama lain sebagai teman yang memiliki tujuan yang sama. Pria itu tahu setiap karakter yang dia perankan dan dia paling mengenal Wei Wuxian dari semua karakter itu. Meskipun dia tidak membaca keseluruhan dari novel asli, namun dia tahu hubungan seperti apa yang dimiliki Lan Wangji dan Wei Wuxian, seperti bagaimana di akhir novel mereka benar-benar menikah dan menjaga satu sama lain selamanya. Tetapi, apakah yang terjadi pada dua karakter fiktif itu, apakah mereka yang akhirnya menemukan kebahagiaan setelah enam belas tahun menunggu, akan terjadi pada Xiao Zhan dan Wang Yibo yang hanya memerankannya? Jika mereka ingin bersama selamanya, apakah mereka juga harus menunggu selama itu untuk untuk bahagia? Jika dua karakter itu tidak pernah ada, maka Wang Yibo dan Xiao Zhan juga tidak akan pernah bertemu dan mencintai satu sama lain. Jika seperti itu, bukankah mereka harus berusaha untuk kebahagiaan mereka sendiri berapa lama pun waktu yang diperlukan untuk itu?

"Sekarang aku harus bertemu orangtua Zhan-ge" ujar Wang Yibo setelah melepas bibir Xiao Zhan sambil mengusap merah yang tertinggal karena terlalu menekannya. Pria itu refleks memegang lengan Wang Yibo erat seolah sedang menahan pemuda itu untuk pergi kemanapun.

"Hal penting kedua yang harus kulakukan hari ini, memberitahu orangtua Zhan-ge"

Xiao Zhan menahan Wang Yibo untuk berdiri, "Apa benar-benar...harus hari ini?"

Wang Yibo menjawabnya dengan yakin, "Harus malam ini."

Xiao Zhan terdiam memikirkan seribu macam hal terburuk yang akan terjadi jika mereka mengakui hubungan yang sudah tidak mungkin untuk dibatalkan ini. Ketakutan terbesar pria itu adalah penolakan dari orangtuanya, bagaimana jika mereka menolak Wang Yibo? Bagaimana jika ibu dan ayahnya marah? Bagaimana jika mereka bahkan akan menanggapnya anak yang tidak memikirkan perasaan orangtua. Bagaimana jika mereka menganggapnya menjijikan? Bagaimana jika mengakui semua ini akan membuat semua keadaan yang selama ini baik-baik saja memburuk tanpa jalan keluar karena keluarga mereka selamanya tidak akan menerima putra mereka, satu-satunya, jatuh cinta pada laki-laki? Lalu bagaimana dengan rencana menikah yang telah orangtuanya impikan selama bertahun-tahun, menikah dengan gadis cantik dan memiliki anak-anak yang menggemaskan darinya. Bagaimana jika meskipun Wang Yibo telah mengikatnya dengan cincin ini, karena Xiao Zhan yakin seumur hidupnya dia tidak akan menemukan orang yang akan mencintainya seperti bagaimana pemuda itu mencintainya, orangtuanya tidak akan mengerti karena bagi mereka laki-laki harus jatuh cinta dengan perempuan begitupun sebaliknya.

Semua pikiran buruk yang terus berlanjut itu membuatnya takut sampai Wang Yibo berbicara lagi sambil menggenggam tangannya, dan menatapnya dengan ekspresi yang seolah dia mengetahui semua pikiran buruk yang ada di kepalaya.

Pemuda itu tersenyum, "Tidak peduli berapa besar aku mencintai Zhan-ge, tidak akan ada yang lebih mencintaimu dari mereka. Tidak apa-apa, jika aku takut hanya karena ditolak, kita tidak akan sampai di sini."

Wang Yibo tidak setenang yang Xiao Zhan lihat sekarang, tetapi jika dia memperlihatkannya, pria itu akan semakin tidak punya kepercayaan diri bahwa pada kenyataannya siapapun yang dia cintai, itu tidak akan mengubah cinta dari ayah dan ibunya. Tentu saja Wang Yibo juga takut, sama seperti apa yang pria itu pikirkan, tetapi dia tidak bisa menunda karena semakin lama menyembunyikan hubungan ini dari orangtua mereka maka resikonya akan semakin besar. Setidaknya Wang Yibo memiliki sedikit keyakinan bahwa orangtua Xiao Zhan lah yang harus diberitahu lebih dulu daripada orangtuanya mengingat seperti apa hubungan ibunya dan pria itu. Wang Yibo harus memberitahu ayah dan ibu Xiao Zhan bahwa sama seperti bagaimana mereka telah menjaga putra mereka selama dua puluh delapan tahun, dia akan menggantikan tugas itu mulai hari ini, untuk seumur hidupnya.

Xiao Zhan mencoba membuat dirinya semakin tenang ketika mereka akhirnya sudah berada di depan rumahnya, masih berada di mobil. Wang Yibo menghela nafas, tidak menyangka kalau dia akan menjadi setegang sekarang, dia tidak pernah merasa segugup ini. Pemuda itu melihat ke arah pintu rumah Xiao Zhan lalu menoleh pada pria itu sambil mencoba membuat senyumnya terlihat senormal mungkin

"Ge, apa aku sudah rapi?"

Xiao Zhan tersenyum sama gugupnya, dia lalu merapikan dasi pemuda itu entah untuk keberapa kalinya sejak berangkat dari hotel lima menit yang lalu, kemudian mengusap bahunya untuk memastikan bahwa jas hitam itu masih rapi.

"Sangat rapi, sangat tampan" ucapnya sambil terus mencoba bernafas dengan tenang.

Mereka gugup setengah mati.

Xiao Zhan membuka pintu dan berjalan masuk ketika ibunya keluar dari ruang makan untuk menyambutnya.

"Ah-Zhan, makan malam sudah siap, kenapa...terlambat...." kata-kata perempuan paruh baya itu terbata di akhir karena menyadari putranya kembali tidak sendirian.

"Yibo? Oh, benar-benar Yibo" seru ibu Xiao Zhan langsung tersenyum lebar dan terlihat lebih bersemangat. Dia menghampiri Wang Yibo untuk mengusap lengan pemuda itu seperti bagaimana dia memperlakukan anak sendiri.

"Bagaimana kabarmu? Kenapa tidak bilang kalau akan datang kemari, bibi akan siapkan makanan yang lebih enak"

Wang Yibo sudah tersenyum normal meskipun jantungnya seperti hendak loncat keluar, dia menjawab ibu Xiao Zhan, "Saya baik-baik saja."

Perempuan paruh baya itu lalu berseru ke arah lantai dua, memberitahu suaminya kalau ada Wang Yibo. Ayah Xiao Zhan yang baru saja menaruh Jiangou untuk memberinya makan, turun dan melihat tamu yang tidak mereka duga. Dia tersenyum dan menyambut Wang Yibo seperti bagaimana istrinya menyambut pemuda itu tadi.

"Ada sedikit oleh-oleh" ujar Wang Yibo sambil menyodorkan sebuah bingkisan berupa buah-buahan segar pada ibu Xiao Zhan yang diterima perempuan paruh baya itu dengan senang hati. Sementara Xiao Zhan menatap pada tiga orang paling penting dalam hidupnya bergantian hingga mereka sudah duduk di meja makan.

"Omong-omong, kau sedang ada acara di Congqing? Pakaianmu rapi sekali" celutuk ibu Xiao Zhan ketika makan malam mereka telah dimulai. Xiao Zhan mengunyah makanannya tanpa mengerti seperti apa rasanya karena kegugupan melandanya hingga dia belum mengatakan apapun sejak kembali. Dia tahu Wang Yibo sama gugupnya tetapi pemuda itu mencoba menyembunyikannya dan menjawab setiap pertanyaan dengan normal.

"Iya, kebetulan sekali jadi saya mampir karena Zhan-ge juga sedang ada di rumah"

"Jangan bekerja terlalu keras, kau dan Ah-Zhan sama saja"

Wang Yibo mengangguk dengan senyum kecil, dia seperti mendengar ibunya yang sedang mengomeli.

Makan malam itu berlangsung tanpa Xiao Zhan bisa mengatakan apapun karena terlalu gugup, dia hanya mendengarkan Wang Yibo dan orangtuanya berbicara sangat akrab di meja makan. Pria itu bahkan tidak bisa menikmati rasa makanannya lalu tanpa dia sadar waktu berjalan terlalu cepat ketika pemuda itu mengatakan terima kasih atas makan malamnya, menandakan kalau dia telah selesai.

Wang Yibo melihat pada Xiao Zhan yang duduk di sebelahnya dalam diam lalu menggenggam tangannya erat, membuat pria itu langsung menoleh karena kaget. Genggaman itu berarti bahwa dia akan mengatakan semuanya sekarang. Pemuda itu hendak berbicara ketika ibu Xiao Zhan sudah mulai membersihkan meja sementara ayahnya masih duduk di tempatnya, di seberang meja dihadapan mereka.

Ketika Wang Yibo menghela nafasnya dengan berat lalu menghembuskannya perlahan, Xiao Zhan balas menggenggam tangan pemuda itu kuat-kuat.

"Saya sebenarnya ingin mengatakan sesuatu" ujar Wang Yibo

Ayah Xiao Zhan yang baru saja selesai minum langsung melihat pada pemuda itu, sementara istrinya yang sedang membersihkan meja itu menyahut tanpa mengentikan tangannya.

"Ada apa?" dia bertanya tanpa melihat pada Wang Yibo.

Kening ayah Xiao Zhan mengerut, perasaanya menjadi aneh melihat bagaimana ekspresi Wang Yibo yang tiba-tiba berubah serius dan bagaimana cara pemuda itu menatap padanya dan istrinya bergantian.

Xiao Zhan menggenggam tangan Wang Yibo semakin erat dan kepalanya menunduk, lalu dia mendengar pemuda berbicara lagi, seperti sedang mewujudkan semua pikiran-pikiran buruknya selama ini.

"Saya mencintai Zhan-ge"

Tangan ibu Xiao Zhan berhenti membersihkan meja dan dia langsung melihat pada siapa yang baru saja mengakui hal itu dengan ekspresi terkejut yang bahkan tidak pernah bisa dibayangkan. Mendengar itu Xiao Zhan akhirnya mengangkat kepalanya untuk melihat reaksi orangtuanya, seperti yang dia duga tenju saja, wajah mereka memperlihatkan kalau mereka seperti baru saja mendengar berita paling buruk di dunia ini. Ibunya berdiri mematung sambil menatap Wang Yibo dan ayahnya tidak menunjukan reaksi yang berbeda dari istrinya itu. Ruangan itu mendadak hening untuk sesaat sampai suara Wang Yibo terdengar lagi.

"Saya mencintai Zhan-ge, bukan sebagai adiknya, bukan sebagai teman baiknya, tetapi sebagai laki-laki" Wang Yibo mengatakan itu dengan semua keberanian yang dia miliki hingga suaranya terdengar sangat jelas dan yakin.

Xiao Zhan tidak bisa mengalihkan pandangannya dari ayah dan ibunya yang masih berada dalam keterkejutan hingga belum bisa mengatakan apapun. Lalu ketika dia menoleh untuk melihat pada Wang Yibo, suara ayahnya lah yang pertama kali terdengar.

"Ah-Zhan" ayahnya memanggil dan Xiao Zhan langsung melihat padanya, kaget karena ekspresi ayahnya yang tadi terlihat terkejut telah berubah seolah dia bisa membekukan kembali es yang telah mencair. Dia tidak pernah melihat ayahnya memiliki ekspresi seperti itu.

"Wang Yibo, anak ini, kau tahu berapa usianya?"

Xiao Zhan langsung menjawab setelah bersusah payah mengumpulkan keberanian.

"Dua...dua puluh dua tahun"

Ayahnya mengangguk, "Tentu saja, dia masih dalam usia yang ingin bermain dan penasaran pada semua hal."

Kening Wang Yibo mengerut, dia mungkin tidak akan menyukai kata-kata apa yang akan keluar dari ayah Xiao Zhan setelah itu.

"Dan kau membiarkannya bermain terlalu jauh, bukankah begitu?"

Ibu Xiao Zhan yang sejak tadi berdiri, duduk kembali di sebelah suaminya, belum berani mengatakan apapun. Apa yang dia lihat sekarang adalah sesuatu yang tidak pernah dia duga akan terjadi di dalam rumahnya, pada putranya yang sekarang terlihat sangat ketakutan.

Xiao Zhan menjawab ayahnya, "Bukan, tidak seperti itu Pa, Yibo..."

Sebelum dia melanjutkan kata-katanya, ayahnya menyela, kali ini dia berbicara dengan melihat pada pemuda yang sudah dengan berani mengatakan mencintai putranya.

"Kalian masih bisa berteman baik dan aku tidak akan mengatakan apapun tentang malam ini"

Wang Yibo berbicara dengan cepat, hampir berseru, "Tidak bisa, saya...tidak bisa hanya menjadi teman baik Zhan-ge."

"Kalau begitu aku akan menganggap kau tidak pernah datang kemari mengatakan mencintai anakku dan Xiao Zhan tidak pernah mengenalmu"

"Pa" ibu Xiao Zhan menegur sambil memegang lengan suaminya.

"Aku akan menjaga Zhan-ge, tidak akan meninggalkannya..."

"Yibo" ayah Xiao Zhan menyelanya, dia menatap pemuda itu prihatin lalu melanjutkan, "Kau anak yang baik, aku tidak meragukan itu. Tetapi Xiao Zhan, harus bertemu perempuan yang akan mendampinginya. Kau masih sangat muda, jangan habiskan waktumu untuk sesuatu yang tidak mungkin akan bertahan selamanya. Kau mengatakan mencintai putraku tetapi kau tidak tahu, untuk mencintai seseorang, tidak cukup hanya dengan menjaganya setiap hari."

Xiao Zhan yang telah mengumpulkan keberanian akhirnya berbicara, dengan jelas dan yakin, dia menatap ayahnya.

"Pa, aku tidak bisa jika bukan dengan Yibo"

Wang Yibo menoleh pada Xiao Zhan, tersenyum kecil lalu wajahnya kembali serius melihat ke arah yang sama dengan pria itu.

"Ah-Zhan, kemari" suruh ayahnya tiba-tiba, dia berdiri dengan wajah yang terlihat marah, menyuruh putranya untuk pindah dari tempat duduk itu dan mendekat padanya.

Xiao Zhan menggenggam semakin erat tangan Wang Yibo. Pria itu menolak dan tetap di tempatnya lalu dia melihat sebentar pada ibunya yang hanya diam melihat dengan wajah khawatir.

"Kenapa aku tidak boleh bersama Yibo, apa karena dia laki-laki?" Xiao Zhan bertanya serius, membuat pemuda itu bahkan kaget mendengarnya.

"Ah-Zhan..." ibunya hendak berbicara tetapi ayahnya menyela jauh lebih tegas dari sebelumnya.

"Kau sudah tahu tapi masih bertanya?"

"Kalau begitu jika dia perempuan tetapi tidak memiliki perasaan sebesar yang kumiliki untuknya, aku harus tetap bersamanya karena dia perempuan?"

Xiao Zhan tidak tahu kenapa dia menjadi marah, dia bahkan tidak merencakan apapun apalagi untuk menjawab ayahnya. Namun perasaannya tidak sejalan dengan pikirannya, pikirannya mengatakan kalau dia harus menyerah setidaknya untuk saat ini, tetapi perasaannya tidak membiarkan itu. Memikirkan bagaimana Wang Yibo, di tengah jadwalnya yang sangat mencekik namun tetap datang untuk bertemu dengannya, untuk memberitahu kalau pemuda itu bukan hanya bocah dua puluh dua tahun yang janjinya tidak bisa dipegang, Xiao Zhan harus menghargami semua itu, dia harus menghargai perasaan paling tulus yang pernah dia terima itu. Bagaimana dia bisa membiarkan pemuda itu berbicara sendiri smentara dia hanya duduk karena terlalu takut kalau keadaan mereka semakin buruk, lagipula sejak awal semuanya tidak pernah mudah untuk mereka.

"Xiao Zhan, ayah tidak akan mengulanginya, kemari"

"Ah-Zhan" ibunya memanggil sambil menganggukan kepala, menandakan kalau Xiao Zhan harus menuruti ayahnya kalau tidak keadaan ini akan semakin memburuk. Wang Yibo melihat bagaimana cara ibu Xiao Zhan menatapnya, tidak berbeda selain rasa kagetnya tadi, entah dia akan menerimanya atau tidak, tetapi ibunya terlihat sangat mengerti pada keadaan mereka untuk tidak mengatakan apapun yang akan membuat suasana semakin buruk.

Xiao Zhan menatap ibunya, dia percaya dari bagaimana ibunya menatap Wang Yibo menunjukan kalau apa yang dia lakukan, itu untuk kebaikan mereka. Sebelum dia dan Wang Yibo melepas genggaman mereka, ayah pria itu sudah lebih dulu bergerak, berjalan ke arah Xiao Zhan dan menarik tangan putranya hingga terlepas dan genggaman Wang Yibo, lalu menyembunyikan di belakang punggungnya. Ketika Xiao Zhan hendak maju untuk mendekat kembali ada pemuda itu, ayahnya menahan gerakan itu dengan tangannya, membuat Xiao Zhan tetap berdiri di belakangnya dengan paksa.

"Pa, jangan seperti ini..." mohon Xiao Zhan dengan kepercayaan dirinya beberapa saat yang lalu sudah hilang entah kemana. Dia tidak pernah merasa setakut ini. Dia menatap Wang Yibo yang masih kaget karena Xiao Zhan tiba-tiba ditarik hingga lepas dari tangannya.

"Mana tanganmu!" ayahnya berseru pada Xiao Zhan tetapi tatapan tajamnya tidak meninggalkan Wang Yibo. Istrinya sudah berdiri di belakang putra mereka, memegang lengan Xiao Zhan untuk membuatnya tenang, karena mengatakan apapun sekarang tidak akan mengubah pikiran ayahnya. Xiao Zhan tidak mengerti kenapa ayahnya tiba-tiba menyuruh tetapi dia memberikan tangan kirinya melewati lengan ayahnya.

Wang Yibo kaget ketika ayah Xiao Zhan tiba-tiba menarik keluar cincin di jari manis putranya yang bahkan belum satu jam berlalu sejak dia memasangkan benda mungil berwarna perak itu di jari manisnya.

"Pa!" Xiao Zhan berseru sama kagetnya.

"Kau memberikannya cincin ini?" laki-laki paruh baya itu bertanya tapi dia sedang menuduh karena dia yakin cincin itu pemberian Wang Yibo. Sebelum Xiao Zhan tiba-tiba keluar dan mengatakan ada urusan penting yang mendadak beberapa saat yang lalu, putranya itu tidak memakai cincin atau semacamnya di tangannya, tetapi ketika dia kembali bersama Wang Yibo, dia sudah memakai cincin perak itu yang jika dilihat sekilas saja siapapun akan tahu kalau itu bukan cincin yang tidak memiliki arti.

Ayah Xiao Zhan mengenggam cincin itu seperti hendak meremukkannya lalu dia berbicara lagi.

"Xiao Zhan tidak akan menerima cincin dari siapapun. Kau boleh pulang sekarang"

"Pa, biarkan Ah-Zhan mengantarnya...sampai ke depan saja" ibu Xiao Zhan akhirnya berbicara, memaksa tangan suaminya untuk melepaskan tangan putra mereka. Laki-laki paruh baya itu melepaskan tangannya, dia tidak sejahat itu untuk tidak membiarkan mereka berbicara lagi, setidaknya untuk terakhir kalinya sampai keduanya bersedia untuk kembali sebagai teman.

Untuk pertama kalinya perempuan paruh baya itu melihat putranya dengan wajah sangat sedih yang bahkan tidak pernah dia bayangkan kalau dia bisa membuat ekspresi seperti itu. Ketika pemuda itu tiba-tiba menyatakan dia mencintai putranya dan akan menjaganya, ada bagian dari dalam dirinya yang hancur. Dia tahu hubungan mereka sangat dekat bahkan orang-orang akan mengira keduanya adalah saudara jika tidak mengenal mereka sebagai artis. Tetapi dia tidak pernah memikirkan kalau kedetakan itu bukanlah kedekatan seperti apa yang dia dan suaminya bayangkan selama ini. Pemuda itu, Wang Yibo, mencintai Xiao Zhan sebagai laki-laki, seperti bagaimana laki-laki dan perempuan seharusnya jatuh cinta. Pemuda yang baru saja berusia dua puluh dua tahun itu, berani menemui mereka untuk mengaku, bagaimana dia bisa punya kepercayaan diri yang begitu tinggi demi Xiao Zhan? Karena pemuda seusianya pasti sedang dalam masa di mana mereka masih ingin melakukan semuanya dengan bebas tanpa terikat atau diikat oleh siapapun tetapi pemuda itu bahkan sudah berani memasangkan cincin di jari manis tangan kiri putranya. Sebagai ibu yang selama ini mengenal Xiao Zhan lebih dari siapapun, ini adalah pertama kalinya putranya itu berani untuk menjawab ayahnya karena mereka tidak pernah berdebat dalam masalah apapun. Xiao Zhan tidak pernah melakukan sesuatu yang membuat mereka marah atau kecewa, sampai malam ini untuk pertama kalinya dia berani berbicara dengan ayahnya dengan nada yang tinggi.

Semua terasa salah bagi ibu Xiao Zhan tentang apapun yang pemuda itu katakan tentang perasannya pada putranya. Bagaimana mereka bisa saling mencintai dengan kenyataan bahwa keduanya adalah laki-laki? Dia merasa kecawa, merasa bersalah, sampai ketika pemuda itu mengatakan dengan wajah serius dan penuh keyakinan bahwa dia akan menjaga Xiao Zhan, dia tidak bisa menemukan kebohongan dan ketidaktulusan dari pemuda itu. Apakah dia bahkan sudah tahu bagaimana cara mencintai seseorang dengan usia yang masih begitu muda seperti itu? Bagaimana pemuda dua puluh dua tahun sepertinya akan menjaga putranya? Bagaimana dia bisa mempertanggungjawabkan semua janjinya pada Xiao Zhan? Perempuan paruh baya itu bahkan tidak tahu bagaimana Xiao Zhan, satu-satunya yang dia miliki dan dia lindungi selama ini, bisa mencintai pemuda itu?

Pemuda itu bahkan telah berani mengikat putranya dengan cincin. Mengingat bagaimana status mereka sebagai salah dua artis yang sangat populer saat ini, bagaimana dia sedikit pun tidak terlihat ragu bahkan takut untuk melakukannya? Perempuan paruh baya itu itu mencari tahu apakah putranya dan pemuda itu saling mencintai hanya karena terbawa suasana atau semacamnya. Dia ingin beranggapan seperti itu, tetapi melihat bagaimana mereka mengaku dan pemuda itu bahkan dari tempat yang jauh datang demi putranya, itu berarti hubungan mereka sudah tidak bisa dianggap sebagai ketidaksengajaan karena terbawa suasana dan akan segera berakhir begitu saja ketika dipisahkan.

"Tidak apa-apa Ge, aku akan langsung kembali ke Hangzhou" ujar Wang Yibo sambil mengusap punggung Xiao Zhan begitu pria itu memeluknya ketika mereka sudah berada di depan pintu.

"Aku minta maaf" ucap Xiao Zhan, suaranya gemetar.

"Tidak apa-apa, kita hanya butuh waktu sedikit lebih lama"

Wang Yibo tersenyum kecut menatap ibu Xiao Zhan yang berdiri memperhatikan mereka tepat di belakang pria itu. Perempuan paruh baya itu membalasnya dengan senyum tipis, bahkan tidak tekejut ketika melihat Xiao Zhan yang memeluk Wang Yibo begitu mereka sudah menjauh dari ayahnya.

"Aku minta maaf" Xiao Zhan mengulang kata-kata yang sama, tidak tahu harus mengatakan apalagi karena merasa sangat menyesal harus membiarkan pemuda itu pergi tanpa mendapatkan apa yang sangat dia inginkan. Wang Yibo melepas pelukannya tetapi Xiao Zhan masih tidak ingin, lalu ibunya memanggil.

"Ah-Zhan, dia harus pulang"

Xiao Zhan melepaskan pelukannya setelah mendengar suara ibunya. Dia mundur perlahan, melihat ke arah lain karena tidak bisa menatap wajah Wang Yibo.

"Kalau begitu saya pamit, terima kasih untuk malamnya" ucap Wang Yibo lalu menunduk pada ibu Xiao Zhan.

"Hati-hati" ucap perempuan paruh baya itu.

Wang Yibo menatap sekali lagi pada Xiao Zhan yang masih belum ingin menatapnya. Pemuda itu tahu seperti apa perasaan Xiao Zhan hingga dia bahkan tidak bisa melihatnya. Dia menunduk sekali lagi pada ibu Xiao Zhan lalu pergi tanpa mengatakan apapun.

Xiao Zhan tidak bergerak dari tempatnya berdiri bahkan setelah Wang Yibo pergi beberapa menit yang lalu. Dia hanya menatap kosong ke ujung jalan tempat mobil pemuda itu menghilang.

"Masuk, kau bisa masuk angin" ujar ibunya untuk yang kesekian kali dan dengan terpaksa harus menarik putranya itu masuk kalau tidak dia akan terus berdiri sana sampai pagi.

Ayahnya melihat semua adegan itu dari dalam rumah melalui bahu istrinya. Ketika Xiao Zhan memeluk Wang Yibo dan pemuda itu berbicara sesuatu pada istirnya namun tidak bisa dia dengar karena jarak. Bahkan ketika putranya terlihat tidak ingin melepas pelukannya dari pemuda itu hingga ketika dia masih tetap berdiri di sana bahkan setelah pemuda itu pergi cukup lama.

"Sangat salah" gumamnya.

[TBC]

NOTE: fic ini punya jadwal update satu kali seminggu kalau gue gak ada halangan, udah pernah gue kasi tau sebelumnya, jadi tolong jangan nagih2 kecuali gue udah ga update berbulan-bulan.

Continue Reading

You'll Also Like

Sengaja By Ω

Fanfiction

20.4K 1.3K 13
END/Complete Apakah sebuah kebetulan ? Atau kesengajaan ? Semoga suka 😘 FB short story
571 48 4
Setelah sekian lama berjuang demi impian menjadi pemain musik terkenal, satu panggilan pulang dari sang ibu seolah menjadi akhir dari mimpinya. Xiao...
61.7K 6.4K 21
Pangeran Lan Wang dari kerajaan Lan menderita Alexithymia. Dia tidak memiliki emosi dan tidak bisa merasakan emosi orang lain. Dia tetap terisolasi h...
7.4K 567 8
Summary Pada akhirnya, masyarakat umum tidak tahu apa-apa tentang hubungan asmara sang aktor bernama Yibo. Apalagi tentang kenyataan yang ternyata di...