Waktu istirahat sudah habis, dan mereka semua balik ke kelas masing-masing. Ada yang tidak biasa pada hari ini, biasanya Duri dan Salsa akan berjalan bersama-sama menuju kelas dengan diselingi obrolan ringan.
Itu semua karena Salsa, kalau saja Salsa tidak memberi hukuman yang jahat dan bikin Duri sedih, itu semua tidak akan terjadi dan Duri tidak akan mendiaminya seperti sekarang. Salsa begitu jahat dan sahabat-sahabatnya mendukung, terutama Arka. Bahkan Kayla dan Rendi memberi saran yang baik, pikir Duri.
Langkah kaki Duri membawa dirinya menuju toilet. Duri mendesah pelan sambil mengusap wajahnya frustasi, ia berniat mencuci muka untuk menyegarkan kembali wajahnya dan menjernihkan pikirannya yang berantakan.
Setelah selesai mencuci muka, Duri langsung ke kelas Kayla, karena ingin melihat anak-anak introvert tersebut.
"Kay." Duri memanggil Kayla dari ambang pintu.
Kayla mengangkat wajahnya. "Hah."
Duri mengayunkan tangannya dengan lambat. "Sini deh."
"Apasih, Dur. Tangan lo horor banget, gua berasa dipanggil setan."
"Gue manusia ya, sialan."
Kayla berdiri dari duduknya dan menghampiri Duri. "Kenapa, Dur?"
Duri menarik tangan Kayla agar mendekat. "Mana yang kata lo anak-anak introvert itu, Kay?"
"Oooooh, itu tuh." Kayla mengangguk paham. "Sini ayo masuk, gue kenalin."
"Dih nggak! Jangan sekarang lah." Duri menolak sambil menahan tangan Kayla.
Kayla menghela napas. "Dur, kalo lo gak kenalan sekarang, mau kapan lagi?"
"Yaudah deh sekarang."
Kayla masuk kembali ke dalam kelas disusul oleh Duri. Kayla berhenti di depan meja seorang gadis yang sedang membaca buku. "Ehem."
Gadis itu mendongak, lalu menatap Kayla dan Duri bergantian. "Kenapa, Kay?"
"Duri mau temenan sama lo dan teman-teman lo, boleh gak?" ucap Kayla to the point.
Mata gadis itu melebar sempurna, ia terlihat senang dan tidak percaya. "Serius?!"
"Iya, serius." Kali ini yang menjawab adalah Duri.
"Sebelumnya gue sama temen-temen gue minta maaf, ini gara-gara Duri kalah main, terus dapet hukuman, gapapa?" tanya Kayla hati-hati.
"Gapapa kok, yang penting mau temenan sama kita dan kita pasti nerima."
Kayla tersenyum senang, akhirnya. Ia kira gadis itu tidak akan menerima Duri, karena Duri begitu nakal dan jahil.
"Nama gue, Ratnasari. Biasa dipanggil Ratna, salam kenal." Ratna menyodorkan tangannya ke arah Duri.
Duri menjabat tangan Ratna dan tersenyum. "Udah kenal, kan?"
Kayla menggeplak kepala Duri. "Pede banget lo bangke."
Duri tersenyum malu-malu.
"Kay, gue pindah ke kelas lo ya?" Duri menarik lengan baju Kayla.
"Hah?! Gak usah kali."
"Ya biar gue bisa membiasakan diri gitu."
Ratna bingung. "Emang boleh?"
"Tenang aja." Duri tersenyum misterius. "Duduk sama gue ya, biar gue pinter kayak lo hehe."
"Oke."
Duri membalikkan badannya dan menarik paksa tangan Kayla agar mengikutinya. "Ayo ikut."
"Eeee, sabar tai."
***
Pertama-tama Duri mengajak Kayla ke ruang kepala sekolah.
"Assalamualaikum, ding-dong. Bukain dong." Duri menggedor pintu kepala sekolah dengan bertubi-tubi.
Kayla terkejut melihatnya. "Eh pea, dia kepala sekolah kita goblok."
"Selow, selow."
Duri menunggu tidak sabar. Ia sangat tidak suka menunggu lama, maka dari itu dengan segala ketidaksopanannya, ia langsung membuka pintu kepala sekolah.
"Heh! Lama amat sih bukainnya."
"Naon sih, Dur? Gue lagi nonton Drakor, nih. Ganggu aje lo ah." Aldi menoleh sekilas.
"Yaampun, Di. Malu sama umur." Duri menepuk pelan keningnya.
Aldi mempause Drakor yang sedang ia tonton dan menaruh handphonenya di atas meja. "Ngapa?"
"Anu, Di. Gue mau pindah kelas."
"Lah? Kemana?" Aldi mengerutkan keningnya.
"Ke kelas Kayla." Duri bertepuk tangan senang. "Tapi, sebelumnya lo kosongin jadwal pelajaran hari ini di kelas Kayla, Di. Soalnya gue males kalo masuk udah ada gurunya."
"Atur aja deh. Mending besok lo beli dah ni sekolah."
Kayla terkekeh pelan.
"Kebetulan banget, Di. Ini sekolah kan punya keluarga lo hehe."
"Tawa lu, nying." Aldi berdecak. "Yaudah diem dulu, gue mau telpon guru yang ngajar kelas baru lo."
"Halo."
"..."
"Untuk jam sekarang sampai pulang nanti kosongkan kelas 11 IPS 2, jangan sampai ada guru yang masuk ke kelas itu, oke?"
"..."
Aldi mematikan telepon secara sepihak, ia memutar badannya menghadap Duri dan Kayla. "Udah, kan? Hush balik sono."
Duri tersenyum lebar. "Makasih, Aldi-ku sayang, muah."
Duri menarik Kayla ke arah pintu, tapi terhenti saat ia teringat sesuatu. "Oh, iya, Di."
Aldi menatap Duri dengan lelah. "Apalagi?"
"Besok bilangin semua guru kalo gue pindah kelas, biar gak ada yang nanya-nanya, oke?"
Aldi mengangguk, lalu mengusir mereka menggunakan tangannya.
Duri dan Kayla sudah berada diluar pintu dan siap ke kelas Duri untuk mengambil tasnya.
"Gila, Dur. Lo pindah kelas aja gampang banget." Kayla menggelengkan kepalanya takjub.
"Aldi itu tetangga gue, keluarga gue deket banget sama keluarga dia, orang tuanya yang punya nih sekolah. Ah, lo tau Arvin, kan? Dia anak terakhir dan Aldi anak pertama, tapi gue gak deket sama Arvin gara-gara dia dingin banget gue kan jadi takut di judesin. Beda sama Aldi, dia baik banget sama gue, dia nganggep gue adek gitu."
"Lah, gue baru tau kalo ortunya Arvin yang punya sekolah."
"Najis, kemana aja lu." Duri mendengus. "Udah ayo ke kelas gue, lo tunggu di luar aja biar gue yang masuk, kalo lo ikutan masuk entar si Salsa ribet."
"Yaudah."
Sesampainya di depan pintu kelas Duri, mereka berdua berhenti. "Dur, kelas lo pasti udah ada guru tuh."
Duri memberikan jempolnya dan berjalan masuk. "Assalamualaikum, Bu." Duri memutar kenop pintu dan membukanya.
Guru itu menatap Duri sedikit kesal karena jam pelajarannya terganggu. "Kenapa kamu telat masuk?"
"Eh, anu, Bu. Saya abis dari ruang kepala sekolah."
"Yasudah duduk."
Duri mengangguk, lalu dengan santainya ia mengambil tas-mengabaikan semua tatapan teman sekelasnya, begitupun Salsa-dan membalikkan badannya ke arah pintu kelas. "Duri Xaquila! Maksud kamu apaan?! Kamu berniat membolos pelajaran saya?!!"
Duri tersentak. "Nggak kok, Bu."
"Terus maksud kamu apaan hah?!"
"Ibu tanya aja dah sama Al-eh Pak Aldi maksud saya." Duri menepuk bibirnya yang kelewat licin saat memanggil Aldi. "Yaudah, Bu. Assalamualaikum."
Duri melambaikan tangannya ke dalam kelas lalu melemparkan kiss bye dengan teman sekelasnya. "Dadaaaaa, paha, ayam hehe. Sampai jumpa lagi teman-teman, muah."
"Ayo, Kay. Kita ke kelas lo, let's go."
"Meluncuuuuur."