Taehyung tak main-main dengan ajakannya. Namja itu benar-benar terus meneror Suzy dan menanyakan kapan para kurcaci bisa ia ajak berlibur. "Aish...Kim Taehyung!!! Kenapa kau terus merecokiku eoh?!" Suzy sudah kesal sekali, sampai-sampai tak memperhatikan kalau yang menelponnya bukan Taehyung, tapi sang ayah.
"Taehyung? Syukurlah kalau kalian masih sering berkomunikasi saat kau kabur."
Suzy melotot. "Appa..." lirihnya. Yeoja itu lalu menatap layar ponselnya sekilas. "Matilah aku". Gumamnya.
"Suzy...ayah dengar- kau sudah mendapatkan beasiswamu? Benarkah?"
Suzy hanya terdiam, netranya sibuk menatap layar laptop- milik Taehyung - yang dia pinjam beberapa waktu yang lalu, disana tertera formulir yang sudah terisi lengkap.
"Ne appa. Aku berhasil mendapatkan beasiswa."
"Yah...ayah harus mengakuinya. Kau boleh memilih jalanmu sendiri. Tapi ingatlah, sebelum pergi, ayah harap kau mau pulang."
Suzy terdiam. "Ya- aku akan pulang."
"Baiklah, jaga kesehatanmu."
"Appa do."
TUT.
"Appa?"
Suzy terdiam. Tubuhnya menegang. Itu suara Sehun. Gadis itu menoleh ke belakang, dilihatnya Sehun tengah berdiri di hadapannya. "Se-Sehun~ssi."
Namja itu memejamkan kedua matanya sejenak. "Aku akan mencoba mendengarkan penjelasanmu Suzy- jadi, aku mohon, bisa kau menjelaskannya padaku?" Sehun menatap tajam ke arah Suzy, membuat yeoja itu ketakutan.
"Se-Sehun...maafkan aku. Aku tidak bermaksud membohongi kalian...aku hanya-"
Sehun berlutut dan menggenggam kedua tangan Suzy, tersenyum kecil. "Karena itu, jelaskan padaku Suzy..jangan biarkan aku menduga-duga sendiri."
Bukannya menjawab, Suzy malah terisak, membuat Sehun kewalahan. "Astaga...kenapa kau malah menangis, aku bahkan belum memarahimu." Sehun meringis, lalu dengan satu tarikan nafas, menarik Suzy ke pelukannya.
"Gwaenchana...." Sehun mengusap kepala Suzy lembut, hingga isakan yeoja itu terhenti.
"Mianhae...aku tak bermaksud berbohong."
"Hemm...ara...ceritakan pelan-pelan, aku akan mendengarkanmu, hem?" Sehun mengecup singkat pelipis Suzy, membuat yeoja itu terkejut.
Hampir setengah jam. Setelah mendengar cerita Suzy, Sehun hanya terdiam. "Jadi benar namja itu calon tunanganmu?!" Sehun hampir memekik, membuat Suzy terkejut.
"Oh Sehun....sudah tidak. Lagipula kami bersahabat...Taehyung juga-"
"Tsk...bagaimanapun juga, kalian hampir saja dinikahkan. Astaga- untung kau diterima di sana. Geundae...bukankah itu artinya kau akan meninggalkanku?" Sehun menatap wajah Suzy, keduanya kini hanya terpisah jarak beberapa centi.
Suzy mengangguk. Wajahnya menyendu, entah kenapa. "Karena aku sudah menyatakan perasaanku, jadi kau adalah milikku, jangan terpikat pada namja lain di sana, arasseo?" Sehun mencubit ujung hidung Suzy. Yeoja itu terkekeh.
"Aku belum menjawabnya Oh Sehun..."
"Aku tidak perlu jawaban..atau mungkin- aku harus menandaimu supaya kau ingat kalau kau adalah milik Oh Sehun? Heum?" Sehun menaik turunkan alisnya, membuat Suzy melotot.
"Hya! Oh Sehun! Jangan bertingkah-hummbbb!"
Suzy terlambat, Sehun sudah lebih dulu mencium bibirnya dan membawa yeoja itu ke tempat tidur, mengukung gadis itu di bawah tubuhnya. "Se-Sehun...kau tidak-"
Sehun terkekeh. "Tidak Suzy...aku tidak mungkin melakukannya. Cha, sekarang tidurlah." Sehun menggulingkan tubuhnya di samping Suzy, memeluk gadis itu posesif, menempatkan lengannya di atas perut Suzy. "Jalja...aku menyayangimu."
Blush....wajah Suzy memerah begitu mendengar bisikan Sehun di telinga kanannya. "Jalja....Oh Sehun."
---
Jeno dan Jaemin pagi ini turun ke ruang makan dengan muka bantal, biasanya mereka akan menemukan Suzy sudah berdiri di pantry dan menyiapkan sarapan. Tapi ini- bahkan jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi, tapi pengasuh mereka itu belum menyiapkan apapun. "Eobseo." Gumam Jaemin. Jeno mengangguk.
"Mungkin karena ini hari libur. Kajja, kita tidur lagi saja." Ajak Jeno. Jaemin hanya mengangguk.
Sementara itu, Haechan yang tidak sengaja melewati kamar Suzy, tiba-tiba menghentikan langkahnya. "Sehun hyeong?" Samar-samar ia mendengar suara Sehun di dalam sana. "Eh? Aish...pasti aku masih mengantuk." Geleng namja itu. Baru saja ia berbalik, dilihatnya Jeno dan Jaemin baru saja naik dari lantai 1.
"Eh, waeyo?" Jaemin menatap heran ke arah Haechan.
Namja itu mengedikkan bahu. "Sepertinya aku mendengar suara Sehun hyeong, geundae- bukankah itu tidak mungkin?"
Jeno dan Jaemin saling tatap. "Itu mungkin. Hya- Suzy nuna juga belum menyiapkan sarapan." Jaemin menatap Jeno dan Haechan bergantian.
"Kalau begitu kita cek ke kamar hyeong."
Jaemin dan Haechan mengangguk kompak, ketiganya kini berjalan ke kamar Sehun. "Wahh...kamar hyeong bahkan masih rapi. Jadi-" Jeno menatap kedua sepupunya, lalu ketiganya mengangguk bersamaan.
"Kajja."
Ketiganya melangkah mantap ke kamar Suzy, Jaemin sudah menyiapkan ponselnya- berjaga- jaga jika mereka bisa merekam yang bisa digunakan untuk senjata. Memikirkan ide cemerlangnya sudah membuat namja itu tersenyum puas. "Hya, untuk apa merekam- kalau-" perkataan Jeno terhenti. "Aish...pikiranmu itu. Tidak mungkin, kalau mereka melakukannya, pasti pintunya sudah terkunci bodoh." Haechan mendengus. Jeno menganggukkan kepalanya, "Benar juga."
"Hana- dul- set!" Haechan membuka pintu- dan ketiganya melongo begitu mendapati Sehun dan Suzy saling bertatapan, saling memeluk dan ketiganya menahan nafas begitu melihat adegan ciuman live di depan mereka.
"Wahhh...aku tidak tahu kalau aku bisa mendapatkan bagian langka seperti ini." Ucap Jaemin, sedangkan Jeno dan Haechan hanya mengangguk.
Suzy dan Sehun yang menyadari kedatangan tiga namja kecil itu langsung melepaskan ciuman mereka. Suzy tentu saja malu, memilih mengusalkan wajahnya ke dada Sehun. Tenang saja- keduanya hanya tidur bersama- tak lebih. Jadi pakaian Sehun masih lengkap.
"Astaga....apa yang kalian lakukan!!" Sehun melempar bantal yang dia pakai ke arah adik-adiknya. Ketiganya terkekeh.
"Hyeong mwohae..." kekeh Jeno.
"Hyeong, lihat...aku sudah merekamnya." Jaemin menggoyangkan ponselnya ke arah Sehun, membuat namja itu mendesis kesal.
"Eish...Oh Jaemin! YA!"
"Uhuuuu! Kita bisa meminta apapun, matji?" Haechan menaikkan satu tinjunya ke atas. Lalu ketiganya bersorak.
Sedangkan Sehun dan Suzy hanya bisa terdiam. "Sehun...bagaimana ini..."
"Tak apa- atau- bilang saja kalau kita sudah melakukannya, jadi kita bisa menikah." Senyum Sehun.
"HYA! Dasar tak waras!" Suzy akhirnya beranjak dari tempat tidurnya, membuat Sehun mengaduh karena Suzy baru saja memukulnya dengan bantal.
"Chagiaa..." rengek Sehun. Suzy yang mendengar itu hanya mendengus sebal.
"Aku belum menjadi kekasihmu Oh Sehun! Kajja, nuna akan buatkan sarapan untuk kalian." Suzy mendorong ketiga namja remaja itu meninggalkan kamarnya, juga Sehun.
"Jadi kalian belum berpacaran?" Gumam Haechan.
"Apa boleh belum berpacaran tapi tidur bersama?"-Jeno
"Benarkah?" - Jaemin.
Ohh...kepala Suzy rasanya mau pecah. "Tidak. Itu tidak boleh kalian lakukan. Sehun itu gila. Jadi jangan mencontohnya. Ok?" Suzy menyodorkan segelas susu nabati pada Jaemin.
"Geurom...nuna berarti juga gila karena menerima Sehun hyeong?" Haechan mengikuti arah gerak Suzy.
"Aishhh....sudah-sudah. Kalian cepat mandi, nuna akan siapkan makanan."
Ketiga anak itu mencebik. "Ishh...tadi diminta ke dapur, sekarang diminta mandi."
Suzy hanya bisa memijat kepalanya. Aish...Sehun bisa membuatnya gila.
~~~ TBC~~~