Mark, Perth, Tittle dan Plan sedang berkumpul di ruang ganti. Beberapa saat lagi mereka harus turun ke lobby untuk pers conference, menemui para undangan VIP dan menyapa fans premium (Fans yang membayar tiket first class dan pemenang kontes).
Saat ini mereka masih bersiap, menata rambut dan make up mereka juga mengenakan kostum yang akan mereka pakai malam ini.
Seperti biasa Perth selalu jadi yang terakhir siap. Dengan senang hati dia menunggu selagi yang lain bersiap, karena dia bisa menggunakan waktunya untuk tidur lebih lama. Baru beberapa menit yang lalu dia masuk ke dalam kamar mandi, membawa kostum panggungnya saat kemudian sebuah teriakan terdengar dari dalam membuat beberapa orang yang menunggu di dalam kamar menjadi panik.
"Shiaaaaa... Alai be wa??"
Dengan segera P'Min yang bertugas di bagian wardrobe meninggalkan apapun yang sedang dia lakukan untuk mengetuk pintu kamar mandi. Jelas-jelas terlihat panik atas berbagai kemungkinan yang bisa menimpa Perth di dalam sana.
"Nong!!! Alai na? Kau baik-baik saja?" tanya P'Min,
"Buka pintunya Perth!" Mark ikut mengetuk pintu itu.
Tak lama kemudian pintu itu terbuka memperlihatkan sosok Perth dalam balutan baju hitam-hitam. Dia nampak baik-baik saja, kecuali bahwa dia terus menarik-narik ujung bajunya.
"Apa yang kau lakukan Nong? Jangan lakukan itu na!" P'Mint menepis tangan Perth dan seketika Mark harus menahan napas karena takut mengeluarkan suara, "Kau hampir membuat jantungku copot!"
Setelah memastikan Perth dan kostumnya baik-baik saja, P'Min segera minggir meninggalkannya.
Mark hanya bisa melotot tajam melihat banyaknya kulit yang dipertontonkan oleh Perth. Baju hitam crop top itu terus terangkat menampakkan perut rata dan kulit putih mulus itu.
Dia akan paham jika yang menggunakan baju itu adalah Earth yang memang sedikit genit dan suka bergaya sexy seperti itu. Tapi dia benar-benar terkejut saat tahu itu adalah kostum milik Perth.
Untung saja dia tak memiliki happy trail yang akan membuat banyak wanita di luar sana pingsan karena keseksian bocah itu.
Kemeja dengan kancing yang terbuka memperlihatkan sebagian dadanya mungkin adalah hal biasa untuk Mark dan Perth, tapi kostum yang satu ini benar-benar mengejutkan.
Dia hampir mengungkapkan keberatannya atas kostum panggung Perth saat Plan datang menghampiri Perth dan memukul perut ratanya hingga menimbulkan suara keras.
"Kenapa kostummu sangat terbuka Perth?! Aku khawatir kau akan masuk angin karenanya..." goda Plan,
"Ough P'Plan... Cep!!" protesnya sambil menutupi perutnya,
"Ini... Ini... Kau suka sekali memamerkan tubuhmu o~~ Menyebalkan!!" Plan terus menyerang perut dan pinggang Perth dengan cubitan dan towelan iseng,
"Kostum ini bukan aku yang minta Phi..." protesnya dengan bibir cemberut, dia berusaha bersembunyi di belakang tubuh Mark agar Plan tidak menyerangnya lagi, "P'Mark... Apa menurutmu ini terlalu terbuka?"
"Uhn... Sedikit... Kau malu?" tanyanya,
"Unh Phi... Khen... Te wa... Aku tak mungkin protes bukan? Kemarin waktu pas baju kukira tak terlalu terbuka, tapi setelah kucoba... Aku jadi terlalu sadar diri..."
Mark hanya bisa menggelengkan kepala sambil mendesah lelah melihat wajah frustasi Perth. Dia tak bisa melakukan apapun, sejak pertama dirilis, Mark tahu betul apa konsep yang dikejar oleh agensi mereka untuk para anggota TEMPT.
Terlihat dari wardrobe dan kostum panggung yang diberikan pada mereka. Semua member TEMPT memang dibentuk dengan konsep pria muda yang seksi dan berani. Dengan derajat keseksian yang berbeda-beda.
Plan dengan keseksian yang dipadu dengan wajah polos dan innocentnya. Tittle dengan keseksian kalem dan cool yang ditunjukkannya. Gun yang nampak seksi dengan sisi bad boy dan funk-nya. Kemudian ada Perth yang tak bisa dijabarkan oleh Mark.
Perth seksi dan tampan betul tapi... 'Shiaaa... Tidakkah ini keterlaluan?' rutuknya dalam hati.
Baru 2 tahun sejak Mark mengenalnya, tapi dalam waktu itu dia melihat bagaimana Perth yang polos kini menjelma menjadi sosok Perth yang kini berdiri di depannya.
Dia masih polos, masih nampak lugu tapi aura seksi yang terpancar dari dirinya tak bisa dipungkiri. Seperti berlian mentah yang menunggu diasah.
"Cai yen yen Nong... Akhir-akhir ini kau banyak berolahraga, perutmu rata kok!" sahut Mark saat melihat Perth yang cemberut karena komentar Plan,
"Tetap saja Phi!"
"Menurutku kau tampak tampan..." kata Mark mencoba menghibur juniornya itu,
"Benarkah??" Perth menatapnya dengan penuh harap dan pandangan intens dari Perth membuat Mark sedikit tergagap,
"Uhn..."
Perth langsung memeluknya erat dengan kedua tangannya melingkar di leher Mark membawa tubuh mereka merapat erat.
"Khob khun na P'Mark! Di antara kita semua kau yang paling mengerti fashion, jadi aku akan percaya padamu na..."
Mark harus berjuang mengatur ekspresi wajahnya karena dia terkejut saat Perth memeluknya erat. Tangannya otomatis memeluk pinggang Perth yang telanjang karena bahan sweaternya terangkat naik dan kulitnya bersentuhan langsung dengan kulit hangat Perth.
Mark bisa merasakan wajahnya yang memerah dan berusaha menyembunyikan wajahnya di lekuk leher Perth yang masih bertahan dalam pelukannya. Mark bukannya tak melihat pandangan mata Plan dan Tittle yang duduk di seberangnya sedikit terkejut.
Tittle bahkan harus memalsukan batuk demi menarik perhatian Perth dan akhirnya pria itu pun melepaskan pelukannya pada tubuh Mark. Dengan cepat Mark mundur dan kabur masuk ke dalam kamar mandi demi menenangkan dirinya.
Tak lama kemudian, Tittle mengetuk pintu toilet dan memanggilnya.
"Mark... Mereka sudah memanggil kita!"
"Aku akan segera keluar Phi!" sahutnya singkat.
Mark memercikkan air dingin ke mukanya dan menepuk-nepuknya dengan tisu wajah sebelum keluar dari kamar mandi. Dia sedikit terkejut mendapati Tittle berdiri di ambang pintu menunggunya, sedangkan yang lain tak nampak dimanapun.
"Mark..."
"Alai na Phi?" tanya Mark berusaha untuk tidak tergagap,
"Kau... Terhadap Perth..."
Mendengar nama Perth disebut Mark otomatis panik.
"Mei mi arai Phi... Tidak ada apa-apa!" sahut Mark sedikit panik,
"Aku bukannya ingin melarangmu... Tapi..."
"Tidak ada apa-apa Phi... Cing-cing..." sahut Mark lagi,
"Jika tak ada apa-apa, kau takkan berusaha keras menjelaskannya padaku, bukan?!" tanyanya, "Aku hanya ingin bilang, hati-hatilah Nong! Kita semua teman. Jangan melakukan hal yang akan kau sesali nantinya!"
"Khu lu..." gumamnya pelan yang disambut dengan tepukan pelan di bahunya,
"Kalau kau tahu ya sudah! Ayo turun!!"
***
Perth menelan ludah melihat gerakan dance yang dilakukan Mark di atas panggung. Dia tahu Mark suka membuat dance cover. Dia suka menari. Tapi Perth tak tahu, Mark sebagus ini.
Dia merasakan tubuhnya menghangat tanpa bisa dikendalikan melihat Mark meliukkan tubuhnya mengikuti irama lagu K-Pop itu.
Sebuah tepukan di bahu mengejutkannya dan dia tak sempat menyembunyikan handphonenya dari mata jeli Plan. Perth memang sedang menunggu Plan di kamar Phi-nya itu.
"Apa yang kau lihat?" tanyanya sambil meletakkan tas dan jaketnya di atas tempat tidur, mengipas-ngipas kaos yang dia gunakan sekedar membiarkan udara dingin AC menyejukkan tubuhnya,
"Uhn... Itu... Video FM P'Mark yang di tag oleh fans..." jawab Perth sedikit tergagap saat Plan merebut HP-nya dan melihat video yang dia maksud,
"Aw... Video FM Mark tapi kau di tag? Kenapa?" tanyanya dengan tatapan menyelidik,
"Ma... Mana kutahu Phi..."
"Dan kenapa wajahmu memerah begitu?" Plan kembali bertanya,
"Mei cai wei Phi... Aku hanya kepanasan! AC nya kurang dingin..." sahut Perth mencoba mengelak, Plan yang tahu ada yang disembunyikan Perth hanya nyengir kecil tanpa sepengetahuan Perth,
"Cai o~ Kurasa kau bukan kepanasan karena AC... Tapi karena video Mark!" godanya,
"Mana ada Phi..." elak Perth.
Plan tahu ada sesuatu yang terjadi di antara Perth dan Mark. Para fans mereka juga menyadari hal itu. Mereka berdua memang dekat namun beberapa saat ini kedekatan mereka mulai bergeser.
Perth masih sering menggoda Mark dan mereka bisa seolah tenggelam dalam dunia mereka berdua jika mereka sedang bersama. Tapi Plan tak bisa menebak dengan pasti. Atau lebih tepatnya dia takut jika tebakannya itu benar.
"Sejak konser Apocalypse kalian dekat ya... Kau juga sering nongkrong berdua saja dengan Mark!" sahut Plan sambil melepas kaosnya dan meraih handuk di hanger,
"Kami sekampus Phi... Tentu saja aku sering bertemu dengannya. P'Mark dan aku kadang makan siang bersama di kantin..." kata Perth menatap tubuh mulus Plan di depannya,
'Shiaaaa... Aku baik-baik saja bahkan ketika melihat P'Plan berdiri di depanku tanpa baju. Jadi kenapa aku harus merasakan perasaan aneh ini hanya gara-gara melihat P'Mark menari seperti itu?!' keluhnya dalam hati,
"Ur ur... Aku percaya..." sahut Plan sambil terkekeh,
"Tapi kenapa kau terdengar tidak percaya, Phi?!" protes Perth,
"Suka suka kau saja Perth... Apapun yang membuatmu bahagia..." sahut Plan,
"P'Plaaaaan..."
"Ur... Nikmati saja video itu, aku mau mandi dulu, sebentar lagi Mean akan menjemputku!"
Begitu Plan masuk ke dalam kamar mandi, Perth kembali mengamati video itu dengan seksama. Matanya tanpa sadar mengikuti gerakan tangan Mark yang berkeliaran membelai bagian tubuhnya dan Perth semakin panas dingin oleh karenanya.
Dengan segera Perth melempar handphonenya ke atas tempat tidur dan dia membenamkan wajahnya pada bantal sofa di pangkuannya. Dia berteriak frustasi dengan muka terbenam bantal dan suara teriakannya pun teredam dengan sempurna.
Perth tak bisa lagi membohongi diri sendiri. Mark telah membangkitkan sesuatu dalam dirinya. Pria muda itu berbaring tengkurap di tempat tidur sahabatnya dan mengulang kembali adegan yang baru ditontonnya dalam kepala. Kini dengan slow motion. Perth bisa merasakan sesuatu yang terbangun.
'Urgh... Ini buruk... Sangat buruk bagaimana aku bisa merasakan hal seperti ini padanya... Shiaaaaa... Dia Phi, Perth! Jangan mengacaukan semuanya naaa...' dia hanya bisa memarahi dirinya sendiri dan mengacak-acak rambutnya yang tidak gatal.
***