HANA P.O.V
Jam menunjukkan bahwa bel tanda pulang akan berbunyi dalam waktu beberapa menit lagi. Namun, aku masih tidak bisa mengalihkan pandanganku dari jam yang terpasang di tembok depan kelasku itu. Aku sudah membuat rencana, setelah ini aku akan mencari Jimin di SMA sekitar rumah Hayoung.
Syukurlah, semalam aku sudah mencari dan di sekitar sana hanya ada dua sekolah. Jadi, akan lebih mudah untukku menemukan di sekolah mana Jimin berada. Beruntungnya lagi sekolah itu tidak terlalu jauh dari sekolahku, Dewi keberuntungan memang sedang memihakku kali ini!
DING DONG DING DONG
'Yes akhirnya!' batinku kegirangan.
Aku langsung membereskan barang bawaanku. Kemudian segera aku mendatangi tempat duduk Jungkook. "Jungkook, dimana dompetku? Aku lupa memintamu tadi pagi. Sekarang berikan!" Ucapku sambil menjulurkan tanganku pada Jungkoook.
"Oh iya! Kenapa harus sekarang, sih padahal mau kupakai untuk karaokean."
"Apa? Ya! Kembalikan sekarang juga!" Teriakku sekuat tenaga. Jungkook yang sudah tidak tahan mendengar rengekanku lagi, akhirnya meletakan dompetku tepat diatas tanganku.
"Iya, Min Hana. Sensi amat hari ini," balas Jungkook dengan tatapan sinisnya.
"Yaiyalah, kan hari ini dia lagi berbahagia dan mau bertemu pangerannya," sambung Hayoung yang ikut berdiri di sebelahku.
"Apa? Pangeran yang sering kau banggakan itu?"
"Iya, dong! Aku sudah bertemu dengannya, Jungkook! Aaa aku sangat bahagia, akhirnya aku bernafas di udara yang sama dengan Jimin Oppa!"
"Ya! Memangnya dia kakakmu apa dengan seenaknya kau panggil Oppa?!" Bentak Jungkook.
"Haish, kenapa marah, sih kan dia lebih tua satu tahun dariku wajar dong aku panggil Oppa. Tapi apa lebih baik aku panggil Yeobo (sayang) saja ya?"
"Aigoo, kau ini memang sudah gila, Hana!" Ujar Hayoung sambil menunjukkan ekspresi gelinya.
"Sudahlah terserah kalian, Aku ingin pulang. Telingaku panas mendengar drama romansa darimu, Hana," ujar Jungkook yang langsung mengalungkan tas miliknya.
"Yasudah, bye-bye! Besok aku akan tetap mengucapkan nama Jimin Oppa padamu, Jungkook!" Gurauku sembari melambaikan tangan pada Jungkook.
~
"Tidak ada siswa bernama Jeon Jimin disini."
"Be..benarkah?! Dari angkatan pertama hingga ketiga benar-benar tidak ada?" Tanyaku memastikan.
"Tidak. Aku siswi yang cukup aktif di sekolah ini dan setahuku tidak ada orang yang memiliki nama itu."
"Baiklah, terima kasih," balasku sambil membungkukan badan.
Ini sudah ketiga kalinya aku bertanya pada siswa di sekolah ini. Selain itu, ini adalah sekolah kedua yang kudatangi, tetapi tetap saja tidak ada murid yang bernama Jeon Jimin. Aku pun memutuskan untuk pergi dari tempat ini dan memilih pulang.
'Apa dia bukan Jeon Jimin yang aku kenal? Tetapi wajahnya benar mirip kok! Tapi kenapa dia tidak bersekolah disini? Kelihatannya kemarin dia orang yang tinggal di daerah sini,' batinku heran.
Berbagai pertanyaan terus berputar di dalam pikiranku. Tanpa aku sadari aku sudah berada di rumahku. Tenagaku sudah cukup lelah untuk mencari Jimin, hingga aku memutuskan untuk tidak memainkan laptopku dulu.
TING!
Bunyi tanda notifikasiku menyala, menandakan ada pesan masuk di handphoneku. Kulihat nama kontak yang tertera adalah nama Oh Soo. Dia adalah ketua kelas di kelasku, dia mengingatkanku untuk mengumpulkan angket tujuan universitas milikku besok.
Mengenai kuliah aku memang belum memastikan akan pergi kemana. Aku sendiri masih bingung dengan bakat dan minatku. Dengan pikiran yang masih terombang-ambing, aku memutuskan untuk memejamkan mataku.
~
"Min Hana! Mau sampai kapan kau tidur? Bangun!"
Seperti biasa teriakan eomma di pagi hari berhasil membangunkanku dari tidur pulasku.
"Iya, eomma," jawabku.
Hari ini aku tidak ingin mendapat pukulan dari eomma karena terlambat sekolah lagi. Jadi, aku langsung menyiapkan diri untuk pergi ke sekolah.
"Huahmm!" Aku meregangkan kedua tanganku.
"Seorang Hana akhirnya berangkat lebih pagi dariku," ujar Jungkook yang entah sejak kapan duduk disamping kursi milikku.
"Sudah diam kau!" Balasku ketus sambil kembali menidurkan kepalaku diatas bantal kecil milikku.
"Hana! Kau membawa angket milikmu, kan? Pak guru mencarimu di kantor," ucap Oh Soo.
"Ah iya! Aku akan segera kesana, Oh Soo."
Sial! Aku lupa mengisi angket milikku. Langsung saja aku merogoh tasku dan mencari selembaran angket itu. Syukurlah, angketnya sudah kubawa.
"Kau belum menentukan pilihan kuliahmu?" Jungkook melirik kertas angketku yang masih kosong.
"Iya. Aku harus kemana, ya?" Tanyaku pasrah.
"Tulis saja tidak tahu jika kau memang masih bingung. Guru tidak akan memarahimu," jawab Jungkook.
Saran Jungkook benar juga. Daripada salah memilih dan terpaku dengan pilihan itu lebih baik aku menulis saja 'tidak tahu', karena aku memang masih bingung dengan keputusanku. Aku pun meraih pulpenku dan menuliskan apa yang Jungkook katakan padaku.
.
.
.
Aku akan membunuhmu, Jungkook!
"Kau ini bagaimana?! Jika keputusanmu tidak tahu kenapa kau harus lama mengumpulkan angket ini?! Semua temanmu sudah mengumpulkannya dari kemarin dan semua tujuannya jelas. Kau? Yang paling lama tapi hanya menuliskan 'tidak tahu' disini!" Bentak Pak Kim, wali kelasku.
"Maafkan saya, Pak Kim. Saya benar-benar minta maaf," ujarku sambil membungkukan badan beberapa kali.
"Yasudah tidak apa. Tapi lain kali, langsung kumpulkan saja dan jika kau masih bingung kau bisa konsultasi denganku atau guru lainnya."
"Iya, Pak Kim," balasku.
Tidak ada umpatan lain selain aku yang benar-benar akan membunuh Jungkook setelah ini. Sial! Kenapa aku harus mempercayai perkataannya? Min Hana, kau memang bodoh!
Pak Kim tidak habis-habisnya memberikanku saran karena kesalahanku. Jujur, aku tidak terlalu mendengarkannya karena sebenarnya inti dari perkataannya adalah aku yang harus segera menentukan pilihanku. Aku memilih memutar bola mataku dan melihat sekeliling kantor.
Tidak ada yang menarik disini, hanya ada beberapa siswa yang diberi perintah oleh guru dan ada aku yang sedang dimarahi oleh guru. Tiba-tiba seseorang menabrakku dari belakang hingga membuatku hampir saja kehilangan keseimbangan.
"Haish Kalo jalan hati-hati, dong!" Ucapku langsung membalikkan badanku.
"Oh, Maaf! Aku hanya ingin berbicara dengan Pak Kim sebentar."
Aku kesal, sehingga aku memutuskan untuk mengangkat kepalaku dan melihat siapa sosok yang menabrakku.
"Oh! Kau?!" Ucap kami bersamaan.
Mulutku spontan terbuka tidak percaya, lalu diikuti mataku yang membulat. Dia disini. Di depanku. Mengenakan pakaian yang sama denganku. Berbicara langsung denganku.
"Kau murid baru itu ya? Jeon Jimin?" Pak Kim bangkit dari kursinya.
"Iya, pak. Selamat pagi!"
Aku tidak percaya ternyata dia mendaftar di sekolah yang sama denganku. Akhirnya aku bisa dengan mudah mencari dan melihatnya. Sekali lagi Dewi keberuntungan memihakku!
"Oy! Kau sedang apa Min Hana?! Kembali ke kelas!"
"Ah iya, pak. Terima kasih," Ucapku sambil membungkukkan badanku.
"Tadi maaf ya."
Mendengar kata itu spontan aku langsung mengarahkan kepalaku mencari darimana suara itu berasal. Jimin yang masih berdiri di depan Pak Kim menunjukkan posisi tangan selayaknya orang meminta maaf dan memperlihatkan ekspresi menyesalnya.Tanpa kusadari aku langsung meresponnya dengan senyuman yang terukir di wajahku. Sungguh menggemaskan melihat dirinya seperti itu.
Aku ingat bahwa Pak Kim, wali kelasku adalah salah satu guru pembimbing, pasti dia akan mengecek berkas-berkas yang dibutuhkan. Jadi, sudah dipastikan kalau dia akan pindah disini.Entah kalimat apa yang pantas mengekspresikan perasaanku saat ini. Aku sangat senang mengetahui fakta bahwa sekarang aku akan dengan mudah melihatnya. Seseorang yang sudah kucari dan kutunggu selama beberapa tahun, akhirnya berada di satu tempat yang sama denganku!
.
.
.
Bab 2 selesai!! Bagaimana dengan Bab ini?! Semoga kalian menyukainya dan tetap tunggu terus untuk episode selanjutnya 💕 Oh iya, kalian ngevote yang keberapa,nih? Mohon dukungan votenya ya💜
.
.
Dapet salam dari anak itik yang baru pindah sekolah 😍