Menu • Haechan

By catchyu

92.1K 8K 554

[PROSES REVISI] [LEE HAECHAN FANFICTION STORY] Kita akan mengupas lebih dalam tentang hubungan Salsa dan Haec... More

☁️ c a s t -
☁️ s a t u -
☁️ d u a -
☁️ t i g a -
☁️ e m p a t -
☁️ l i m a -
☁️ e n a m -
☁️ t u j u h -
☁️ s e m b i l a n -
☁️ s e p u l u h -
( s p e c i a l p a r t )
☁️ s e b e l a s -
☁️ d u a b e l a s-
☁️ t i g a b e l a s -
☁️ e m p a t b e l a s -
☁️ l i m a b e l a s -
☁️ e n a m b e l a s -
☁️ t u j u h b e l a s -

☁️ d e l a p a n -

2.9K 372 24
By catchyu

"Lo?!"

Salsa menghembuskan napas pelan. Jisung di ambang pintu mengerutkan alis menatap Dohyon tidak santai yang sedang duduk di kursi menghadap kasur. Seperti dia baru saja melihat hujan turun di kamar Salsa. 

Dohyon sendiri langsung berdiri dan membungkuk, menyapa Jisung dan Yuna. Mereka masih sama sama memakai seragam sekolah, bedanya Jisung sudah mengganti atasan dengan kaos hitam.

Soal kedatangan Dohyon, itu memang menjadi keterkejutan Salsa, tapi lebih mengejutkan Jisung yang juga datang dengan raut tidak ramahnya.

"Ck, minggir." Yuna di belakang menghalau tubuh Jisung untuk masuk yang masih belum mau beranjak.

"Liat gue bawa apa!" Yuna menaruh keranjang buah di meja, duduk di tepi kasur. Tidak lupa menyapa Dohyon.

Salsa melirik Jisung yang mendengus, dengan malas cowok itu mendekat.

Jisung menatap Dohyon sangsi. "Kok lo di sini sih?" Pertanyaan itu malah di balas pukulan di lengannya. "Anjir, sakit Yun."

"Ya lo ngapain nanya gitu? Jelas dia lagi jenguk Salsa lah."

"Kayak kenal aja," cibir Jisung mendelik.

Yuna hendak membalas tapi Dohyon lebih dulu memperdengarkan suaranya. 

"Kenal kok, Kak. Kita udah kenalan dua hari yang lalu. Kemarin kan kita ketemu juga di parkiran, Kak Jisung lupa ya?"

Jisung menaikkan alis sambil berkacak pinggang. "Ngapain gue inget lo? Gak ada untungnya."

"Ada kak, untungnya biar Kak Jisung gak lupa dan tanya Dodo lagi."

Jisung mendesis, tak mau memperpanjang, dia angkat tangan dan balik kanan. Gak kuat.

Salsa dan Yuna mengulum bibir menahan tawa. Kedua gadis itu lanjut mengobrol sambil Yuna mengupas buah mangga.

"Tadi pelajaran sejarah nulis banyak banget gila, terus matematika cuman di kasih tugas ngisi soal buku paket."

Dohyon menyimak pembicaraan mereka, sesekali melirik Jisung. Jujur dia bukan tidak mau mengakrabkan diri, tapi Jisung tampak tak acuh dan sibuk memainkan ponselnya di sofa yang jauh dari posisi Dohyon sekarang. Seperti tidak mau di ganggu.

"Nih dek kalo mau ambil aja ya." Yuna menawarkan mangga yang selesai ia kupas dengan ramah. Kemudian berteriak. "Sung! Mau gak? Gue itung sampe tiga, kalo lama gugur ya."

Yang di panggil mendekat sambil berdecak mengantongi ponsel. Giliran sama gue aja pake urat.

"Udah ngerasa baikan, Sal?" Tanya Jisung setelah menyomot satu buah mangga, melahapnya dalam sekali suapan.

"Lumayan, besok juga udah bisa masuk sekolah."

Dohyon tersenyum kecil mendengarnya, padahal kalo masih belum bisa masuk dia siap datang lagi besok.

Cowok itu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya lalu berdehem mengalihkan pandangan semua pasang mata. Jisung hanya melirik sekilas.

"Kak, Dodo izin pamit ya, kebetulan udah ada janji sama mamah mau pergi." Dohyon bangkit berdiri sambil meletakkan kursi di depan meja rias, ke tempat asalnya. "Kak Salsa cepet sembuh ya."

"Oh iya, makasih banyak, Do. Udah jengukin. Salam buat mamah lo makasih buat bawaannya."

Dohyon kembali mengulas senyumnya membungkuk kecil kepada Yuna dan Jisung. "Duluan Kak."

"Hati-hati dek," kata Yuna, sebelum Dohyon keluar melewati pintu, cowok itu melambai lucu.

"Dia gemesin ya," celetuk Yuna saat pintu sudah benar-benar tertutup. Jisung menaikkan sudut bibir geli.

"Dih, mana ada."

Yuna mendelik. "Apaan sih lo. Sewot aja. Lo itu gak di ajak."

"Cowo itu harus macho Yun buka gemesin."

"Gak harus, asal gak belok aja sih," bela Yuna mempertahankan pendapatnya.

"Ah tetep aja gak gentle." Jisung tidak mau kalah.

"Tapi dia gemesin gitu gentle juga kok," sahut Salsa kemudian.

"Masa? Coba lo ngomong gitu depan Bang Haechan."

Salsa diam, sejak kapan nama Haechan menjadi senjata paling ampuh untuk menyekaknya.

Baru kali ini.

Yuna memutar bola mata malas, dia langsung menoyor kepala Jisung.

"Gak asik banget lo, dikit-dikit bawa Kak Haechan, ngerusak suasana aja."

"Dih sewot aja jomblo?" Jisung terbahak sambil menghindar saat Yuna siap mengangkat tangannya.  

"Ngaca!" Sehari gak berantem kurang afdol.

Tapi Salsa mengatakan kalimat tadi bukan ada niat mengunggulkan cowok lain selain pacaranya. Sungguh.

Dia hanya menyampaikan fakta bahwa Dohyon yang terlihat menggemaskan dan polos tetap punya sisi kelelakian yang patut di acungi jempol dalam act of servicenya. Namun tampaknya Jisung salah paham.

Jisung menarik satu lembar tisu untuk membersihkan jarinya. Kemudian merebahkan diri di kasur. Kepalanya beralaskan kaki Salsa dalam selimut.

"Dari kapan dia ke sini, Sal? Bawa apa dia? Bagi dong. Keliatan orang kaya anjir pasti makanannya enak-enak."

Mata Salsa menggerling malas. "Kayaknya tadi pas balik sekolah dia langsung ke sini. Gak tau, liat aja sendiri dia bawa apa."

"Yun." Jisung semangat mecolek pinggang Yuna lalu menunjuk kantong di atas nakas, menyuruh gadis itu untuk membawanya.

"Asal bagi dua ya!" Soal beginian aja akur.

"Di liat-liat Dohyon ini tipe cowok yang royal, ya. Dia gak keberatan beliin lo apa aja." Yuna membawa kantong itu sebelum ia buka lebar di hadapan Jisung yang sudah berganti posisi jadi duduk bersila.

"Alah, biasa cowok mah. Namanya juga modus." Jisung menaikkan sebelah alis, sambil mengeluarkan satu buah botol. "Madu? Ngapain dia bawain madu, cok?"

"Ini juga, kunyit bubuk jahe merah?" Yuna membaca tulisan kemasan di toples plastik.

"Quakker gak tuh." Jisung menyunggingkan bibir keheranan.

"Ini apa? Oh buah melon potongan. Tau gini kita gak beli melon juga atuh."

"Ayam kukus nih yang agak lumayan." 

"Udah?" Yuna melongokan kepalanya ke dalam kantong, memastikan isinya sudah benar-benar di keluarkan semua. Ternyata ayam itu yang terakhir.

"Gak ada yang menarik," cibir Jisung kesal sambil kembali memasukkan benda-benda tersebut. "Gimana sih ni orang kaya satu."

"Eh ada suratnya nih. Kiw surat cinta." Yuna mengambil satu kertas terlipat seperti menemukan sebuah harta karun. Jisung langsung bergeser mendekat, merapatkan kepalanya untuk kepo. 

Kak Salsa

Hari ini dodo ga bikinin makanan dulu, soalnya kak salsa lagi sakit. Katanya asam lambung ya? Jadinya dodo bawain madu, kunyit, gandum, ayam kukus sama melon aja. Soalnya ternyata penderita asam lambung banyak pantagannya ya :( jadi kakak ga boleh dulu minum susu, makan coklat, es krim, makanan mengandung ragi, micin, merica, yougurt, apalagi makanan pedes

Kalo kata mamah dodo yang asam lambung harus rutin minum rebusan kunyit sama jahe jadinya dodo bawain yang instan, dodo juga bawain quakker biar kakak ga ada alasan males makan, quakker gampang tinggal pake air panas

Kak salsa sembuh dulu ya nanti baru dodo bikinin lagi makanan :)

Get well soon ^^
Dodo

"Manis bangeeeet..." Yuna tampak terharu setelah membacakan suratnya sehingga Salsa bisa mendengar apa isi di dalam kertas itu. "Pantes gula di rumah gue abis, di borong Dohyon ternyata."

Jangan tanya seberapa besar Jisung ingin menoyor kepala Yuna, untungnya cewek. 

"Alaaaaaaay..." julid cowok itu kemudian merebut kertasnya. Membaca satu kali lagi. "Wadwaww makin deket aja kalian berdua. Hati-hati aja sihhh kata gue mah."

Yuna melirik sinis. "Apa sih berlebihan amat, orang dia cuman ngasih beginian doang. Gak mungkin juga si Salsa ambil hati."

"Gue mah bukan masalah di si Salsa nya, lo kayak gak tau Bang Haechan aja gimana. Kalian inget Bang Jihoon gak?"

Salsa membeku, sedang Yuna mengangguk.

"Nah, kalo gue sih oke oke aja, tapi takutnya ini berlanjut. Bang Haechan gak pandang bulu, inget." 

"Gue gak nanggepin lebih kok, Sung." Tak dapat di pungkiri suara Salsa bergetar di ingatkan pada kejadian dulu.

"Tapi kalo lo diem aja kesannya kayak ngasih harapan. Keliatan kan tuh orang optimis banget."

"Kalo kata gue sih ini masih aman-aman aja ya, gak mungkin Salsa tolak, Dohyon kan niatnya baik." Yuna menjadi juru bicara Salsa sekarang. "Ibaratnya ada orang kenal kita dan tau kita sakit terus dia ada niat baik buat jenguk, dia beli bingkisan segala macem buat nyenengin yang sakit tapi tiba-tiba malah kita tolak tanpa alasan kan kaya, why? Banget. Gak ada alasan loh kita buat nolak pemberian dia.

"Lagian kan adab bertamu emang bagusnya bawa bingkisan. Nah beda lagi tuh semisal Dohyon tetiba ngasih Salsa kunci rumah, mobil, duit bulanan, itu baru harus kita waspadai. Walau kita gak bisa menutupi fakta kalo Dohyon ada perasaan sama Salsa."

"Yang bingkisan ini aman emang, yang gue garis bawahi itu kalimat 'Kak Salsa sembuh dulu ya nanti dodo bikinin makanan lagi' berarti bakal lanjut part dua dong? Makanya gue bilang hati-hati."

Yuna tampak berpikir sebentar lalu mengangguk, menoleh pada Salsa. "Lo udah kasih tau dia belum, kalo lo udah punya pacar?"

"Belum."

"Pantesaaaan," sahut Jisung dan Yuna bersamaan. Capek banget.

"Gue mau bilang tapi dia langsung motong gitu aja kayak gak mau denger jawaban gue hari itu juga, sama kayak Kak Jihoon dulu."

"Jangan sampe ada part dua sih kalo kata gue."

Salsa bergidik. "Jangan. Gue gak mau."

"Ya makanya lo jangan buat dia makin besar kepala. Kalo bisa besok lo ngobrol sama dia tuh dan bilang kalian harus jaga jarak, soalnya lo udah ada cowok. Galak lagi. Bilang aja cowok lo gigit."

"Dia bukan bocil SD anjir yang bisa di takut-takutin pake begituan." 

Jisung terkekeh, kembali merebahkan diri, di ikuti Yuna. Mereka menatap langit-langit kamar untuk menciptakan keheningan sesaat.

"Semalem Bang Haechan nanyain gue siapa cowok yang nganterin lo pulang. Dia tau darimana coba?" Jisung bersungut tiba-tiba. "Mana gue belum sempet cerita, jadi di omelin, kampret banget yang cepu."

"Bunda."

"Hah?" Jisung menoleh dan mengangkat kepala karena Salsa posisinya masih duduk. Menatap gadis itu bertanya. "Apanya yang bunda?"

Salsa melirik ke bawah. "Bunda yang bilang ke Haechan."

Jisung langsung mengatupkan mulut sambil melotot. "Bunda?" Dia mendadak salah tingkah. Mampus lu salah ngomong.

"M-maksud gue tadi yang kampret itu Haechan kok, hehe."  

⚡☁️⚡

Dulu Haechan dan Jihoon itu kurang akur. Kejadiannya sekitar dua tahun yang lalu.

Tepatnya di belakang sekolah, Haechan pernah berantam hebat karena Jihoon dengan lancang menyatakan perasaannya pada Salsa di hadapan semua orang.

Emang cari mati.

Haechan akui ketika itu Jihoon emang romantis, menyiapkan sekuntum bunga dan sekotak coklat untuk menyatakan perasaanya. Tidak seperti dia yang modal nekat dan perasaan. 

Tapi emang siapa sih yang terima ceweknya sendiri di tembak orang lain? Di hadapan cowoknya lagi. Jihoon emang benar-benar sudah tidak waras saat itu.

Fakta lainnya adalah saat seminggu setelah berpacaran dengan Salsa, Jihoon pernah terang-terangan mengatakan ingin bersaing dengan Haechan, tapi tidak pernah cowok itu gubris, dan ternyata Jihoon membuktikan ucapannya hari ini.

"Gue suka sama lo, Luvena Salsa."

Tidak hanya gadis dengan rambut terurainya yang terkejut akan pernyataan lantang itu, tetapi semua penghuni kantin dan seorang cowok yang tentu kalian tahu siapa jelas tersentak mendengarnya.

Jihoon si tersangka tampak mengambil langkah maju menghampiri Salsa yang sudah berbalik badan di pintu masuk kantin. Gadis itu membeku di tempat, kakinya seolah tertanam di atas tanah.

Apalagi saat cowok itu berdiri tepat di depan nya dengan senyum manis berjuta harapan. Salsa semakin lemas. Yuna yang bersamanya mengambil mundur dua langkah.

Jihoon langsung mengulurkan tangan untuk menyodorkan sekuntum bunga mawar merah dan paperbag putih yang isinya sekotak coklat.

Kejadian tersebut tentu berhasil membuat Haechan terbakar. Membanting perlatan makannya pada piring dengan perasaan kesal yang melanda bahkan dengan terang-terangan menendang kaki meja sebagai pelampiasan.

Cukup keras namun hanya menarik perhatian beberapa orang saja karena terkejut. Suasana menjadi sangat menegangkan ketika mereka semua tahu bahwa Jihoon dalam bahaya.

Mereka kembali fokus pada kedua insan yang masih saling tatap satu sama lain. Terlebih menunggu apa yang akan gadis bersurai hitam pekat itu jawab. Tidak berharap banyak, lebih baik Salsa menolaknya, begitu kata orang-orang.

Salsa menelan ludahnya susah payah, seolah ada batu besar menghalangi tenggorokan. "K-kak-"

"Ambil aja."

Jihoon menggoyangkan bunga yang masih di sodorkan pada Salsa. Sedangkan gadis itu hanya menatapnya ragu.

Tanpa menunggu respon Salsa yang menurutnya sangat lama, cowok itu meraih sebelah tangan Salsa agar menerima bunga dan paperbagnya. 

Kemudian Jihoon pergi berlalu karena suasana menjadi sangat canggung, sempat mengusap puncak kepala Salsa lembut sebelum benar-benar pergi meninggalkan kantin.

Jangan tanyakan perasaan Salsa seperti apa melihat sepeninggalan Jihoon dari kantin. Sangat campur aduk, bingung, linglung, canggung, malu, gelisah, semua menjadi satu.

Apalagi Salsa tahu keberadaan Haechan beserta teman-temannya di sudut kantin. Pasti mereka mendengarnya, tidak mungkin sampai tidak karena suara Jihoon tadi sangat lantang dengan kantin yang tiba-tiba hening.

Semua pasang mata di sana langsung memburunya. Salsa mengalihkan pandangan membaca tulisan di sticky note biru yang tertempel pada bunga mawar itu.

Gue kasih lo waktu dan gak akan maksa lo buat jawab sekarang jujur gue lagi gak sanggup dengar lo nolak gue dan jug-

Masih panjang lagi sebenarnya tapi hanya deretan kalimat itu yang baru bisa Salsa baca karena setelahnya ada seseorang yang menarik paksa bunga itu. 

Tanpa perlu bertanya siapa pelakunya. 

Jantung Salsa hampir saja berhenti berdetak ketika berbalik dan mendapati Haechan tengah membaca sticky note tadi dengan mata merah dan rahang mengetat.

Yuna yang mau menghampiri Salsa semakin melangkah mundur.

Dan di akhir membacanya Haechan tampak meremas dan melemparkan bunga tersebut ke sembarang arah. Emosi.

Wajah gahar Haechan kemudian menatap paperbag di tangan Salsa, merebutnya lagi, gadis itu meremas ujung rok kuat. Takut. Mereka menjadi bahan tontonan dan Salsa hanya bisa menutup mata sebentar, menggigit bawah bibirnya menahan rasa gemetar.

"Ayo."

Hanya suara rendah itu yang terdengar sebelum Salsa merasa di tarik lembut oleh seseorang. Ya, itu Haechan sedangkan Mark ada di belakang mereka. Yuna tertinggal.

Haechan membawa Salsa ke dalam sekretariat osis dan menyuruhnya duduk di atas kursi kayu begitu saja.

Tanpa ada obrolan atau basa-basi apapun Haechan langsung balik badan meninggalkan Salsa dan jangan lupakan pintu yang di banting kuat untuk menyalurkan rasa emosinya.

Salsa hanya bisa meringis, Haechan kalo marah serem juga. Dia bingung harus apa setelah ini.

Mohon maaf yang nulis juga gak bisa bantu :)

Cukup lama merenung, bahkan hampir menangis, tiba-tiba pintu terbuka kembali. Salsa mengangkat wajahnya dan duduk tegak namun bahunya langsung menurun lemas ketika yang masuk bukan Haechan. Melainkan Jisung dan Mark.

Kedua cowok itu duduk di hadapan Salsa, menyimpan keresek putih lumayan besar dengan logo indoapril di atas meja.

"Ini dari Haechan, buka lah. Lo belum makan apapun, kan?"

Tapi Salsa hanya bergeming, meliriknya sekilas tanpa berminat membuka keresek tersebut. Tangannya terjalin di pangkuan, dingin, saking tegangnya. 

Jisung akhirnya inisiatif untuk mengeluarkan apa yang ada di dalam keresek tersebut, sebotol air, snack, coklat batang, es krim, nori, susu pisang, dan biskuit coklat. Jajanan kesukaan Salsa semua emang. Tapi bukan itu yang ia inginkan sekarang. 

"Haechan mana?" Tanya Salsa parau, menahan tangis.

Mark menatapnya iba. "Ada urusan," jawabnya singkat saja, menarik kursi mendekat.

Mengambil sebotol air membuka tutupnya sebelum di ulurkan kepada Salsa.

"Kata Haechan nanti lo pulanganya bareng Jisung dulu. Dia ada urusan. Kata dia juga yang di makan ini aja, yang dari Jihoon tadi bakal dia kasih ke anak-anak markas, gak apa-apa, kan?"

Tentu saja.

"Tapi Haechan ada urusan apa, Kak?" 

Sejemang kedua cowok itu saling tatap. Sekeras apapun mereka berusaha mengalihkan topik gadis itu terus menanyakan keberadaan Haechan.

Salsa yakin ada yang tidak beres tapi mereka tutupi, Salsa tidak sebodoh itu.

"Kita gak di kasih tau, tapi dia gak bisa anterin lo pulang nanti."

"Kalo sekarang? Sekarang dia dimana? Dia ada urusannya pas pulang, kan? Sekarang dia dimana?"

Lagi-lagi mereka sempat diam sebelum menjawab. Jisung meraih satu es krim membukanya.

"Di panggil guru, ada kepentingan. Mau ada razia baju, makanya lo di sini aja," jawab cowok itu tenang memberinya es krim untuk segera di makan.

Salsa menggeleng tidak mau percaya, ingin bertanya lagi tapi Jisung lebih dulu memasukan sebatang es krim ke dalam mulutnya. 

"Lo tenang aja, dia cuman lagi marah sebentar. Gak mau berimbas ke lo. Jadi dia ngasih jarak dulu."

"Egois," lirih Salsa pedih.

Dan Salsa tidak pernah tahu kalo sebenarnya hari itu Haechan menyeret paksa Jihoon ke taman belakang waktu pulang sekolah.

Untung kondisi belakang sekolah sepi, hanya ada Renjun dan Jeno yang melerai itu juga mereka kebetulan lewat, coba bayangkan jika mereka tidak curiga lalu lewat kesana sepertinya Jihoon dan Haechan sudah sama-sama sekarat di belakang sekolah. 

Haechan kalap karena Jihoon benar-benar mengibarkan bendera perang.

Presetan dengan jabatannya sebagai ketua MPK. Jihoon sudah berani mengusiknya.

Bersyukur kejadian mereka berantam ini tidak di ketahui siapa-siapa selain mereka berempat dan tuhan.

Kejadian itu berakhir tragis dengan Jihoon yang pingsan di tempat, tapi tidak koma. Mungkin karena Haechan yang mendorong pria itu menubruk pohon mengakibatkan belakang kepalanya terbentur keras.

Untung semuanya bisa di atasi dan sekarang mereka menjadi teman baik. Love-hate relationship.

Salsa tentu marah saat tahu kejadian itu. Haechan babak belur, Jihoon tentu melawan untuk mempertahankan diri. Keduanya di larikan ke klinik terdekat. 

Gadis itu juga sempat mengancam minta putus, merasa Haechan terlalu berlebihan. Tapi lagi-lagi Haechan berhasil meyakinkan gadisnya.

Ingat perkataan Haechan yang ini?

"Gue sayang mangkannya gak pernah mau ngasih lo harapan pake omongan-omongan manis. Kalo misalnya masih gak bisa di terima. Lo boleh tinggalin gue."

Hari itu lah kejadiannya, dimana Haechan sudah ada di titik terlelahnya. Merasa semua sia-sia, perjuangannya tidak berarti apa-apa di mata Salsa dan di anggap berlebihan, sungguh menyakitkan. 

Di hari itu juga hati Salsa mulai terbuka, hanya dengan di ketuk oleh kalimat sederhana tadi.

Salsa sadar dia resah karena Haechan meninggalkannya di sekretariat osis dalam keadaan marah, kalut mendengar Haechan babak belur di klinik, dan terlebih Salsa menyadari bahwa dia lebih takut kehilangan Haechan di sisinya.

Maka Salsa memilih bertahan, ia berbalik untuk memeluk Haechan dengan erat.

Menarik kata putus, meminta maaf dengan tulus dan berterimakasih karena sudah mencintainya sehebat ini.

NOTE

Libur sudah selesai ~

Waktunya kembali ke realita, yang sekolah semangat sekolanya dan yang kerja kaya akuw semangat kerjanya 〒▽〒

Mohon maaf atas segala kekuarangan di chapter ini

See u

Park Jihoon as Haechan's friend



Revisi 7 Januari 2024

Continue Reading

You'll Also Like

1.6K 228 21
Sequel From Song Of The Moon Giselle berhasil memanggil Jiwa Dewa Bulan dengan nyanyiannya dan kembali memutar waktu. Bersaing dengan waktu untuk seg...
87.7K 12.6K 25
𝘈𝘵 𝘧𝘪𝘳𝘴𝘵, 𝘪𝘵 𝘸𝘢𝘴 𝘛𝘰𝘰 𝘠𝘰𝘶𝘯𝘨. 𝘉𝘶𝘵 𝘯𝘰𝘸, 𝘪𝘵 𝘪𝘴 𝘠𝘰𝘶𝘯𝘨 𝘌𝘯𝘰𝘶𝘨𝘩. Cover by @grapicvii
2.5K 490 10
And kids, that's how I met your father! 20 Juni 2022 - 25 Juni 2022 shilaviox 2022
496K 36.1K 44
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG