Senang rasanya bila di dekatmu.
Agatha♪
🌜🌕🌛
'Registration is open for students who want to join the English club...'
'Pengumuman bagi peserta OSN untuk memberikan formulir pendaftaran paling lambat tanggal 24 Januari...'
'Pekan Raya di alun-alun minggu ini di meriahkan band sekolah SMA Bagaskara, SHAGA! Jangan lewatkan malam meriahnya!'
'TELAH HILANG : Kunci motor merek Vario 125 dengan gantungan kunci berbentuk gajah. Bagi yang menemukannya harap memberikannya ke Jihan kelas XI IPS 2.'
'Poem of the week : My Dream by Karina Arkiran.'
Agatha kini membaca sebagian tulisan yang menempel di mading umum yang di kenal juga sebagai 'Neue Nachrichten' yang dalam bahasa Jerman artinya 'Berita Baru'. Papan panjang yang bertengger di sepanjang koridor menuju kantin itu mengalihkan perhatiannya.
"Tha lo ngapain sih? Nanti kita gak kebagian meja," cerewet Rose ketika menyadari Agatha selama ini hanya berdiri membaca mading yang isinya hanya hal-hal yang tidak menarik sama sekali.
Pintu kaca tinggal beberapa langkah lagi, dan Agatha tidak beranjak dari tempatnya. Rose mendesah bosan menunggu cewek itu beranjak dari tempatnya dan segera menarik paksa Agatha. "Tha lu budek apa emang minta di seret ama gue hah!"
"Eee buset iya-iya Roseee ampun, kotak bekal gue jatuh nih ntar kalo lo tarik-tarik tangan gue begini!" pekik Agatha sambil memegang genggaman Rose di tangannya. Rose akhirnya melepaskan genggamannya, namun tekukan di wajahnya tidak kunjung pudar. "Lo sihhh Tha lama banget, cacing di perut gue juga harus di urusi nih."
Melihat Rose menepuk-nepuk perutnya, Agatha tertawa kecil. Nampaknya perut cewek di sampingnya ini perlu ditangani dengan cepat. "Ya udah, gue cari meja, lo pesen aja," ucapan Agatha di balas anggukan antusias Rose dan mereka berdua lalu berpisah. Rose ke arah utara ingin memesan ayam geprek ke konter ayam geprek itu sambil berdesakan dengan murid lainnya
Agatha berjalan ke arah selatan, dan diarea sana sudah terisi penuh. Ia kembali berjalan ke arah timur disana tinggal beberapa meja yang kosong, namun juga di sekitar bangku itu ramai segerombolan cowok-cowok yang membuat Agatha risih sendiri, dan lihat! Sekarang mereka menatap Agatha seperti santapan mereka, Agatha bergidik ngeri, namun Agatha tidak menyerah, ia lalu berjalan ke arah barat dan meja di sana juga sudah sangat penuh, bahkan di beberapa meja ada yang sampai diisi hingga dua belas orang, padahal maksimalnya hanya bisa menampung delapan orang.
Agatha menyapu pandangan. Agatha celingukan mencari wajah familier yang diharapkan bisa menampung dirinya dengan Rose nantinya. Segerombol cewek sekelasnya duduk bersama di dekat dinding kaca, dan bangku yang di tempati mereka sudah penuh. Astaga Agatha sungguh bingung, kasihan Rose jika mereka nantinya sampai tidak mendapatkan bangku, terselip rasa menyesal karena ia tidak mengikuti ucapan Rose untuk segera memasuki kantin lebih cepat.
"Agatha, gabung sini aja!" teriakan yang Agatha dengar di balik bisingnya suasana kantin. Agatha mencari asal suara dan sedikit ingin tahu, siapa seseorang yang memanggilnya tadi.
"Agatha!" mata Agatha terhenti ketika melihat cowok itu melambai-lambai ke arahnya dan tersenyum. "Sini!" katanya lagi sambil menggerakan tangannya isyarat memanggil cewek itu.
Agatha tidak tahu, mantra apa yang di berikan Raga kepadanya, namun kakinya tertuju kepadanya sekarang. Agatha sadar penuh akan hal itu, tapi apa yang ia lakukan ini sudah jauh di luar pikirannya. Dia harus berhadapan dengan Raga lagi, salah satu cowok yang bisa membuat semua orang menoleh kepadanya, salah satu cowok yang terkenal di sekolahan mereka.
Pandangan Agatha terpaku, ketika langkah kakinya mendekati meja merah di tengah-tengah kantin itu. Untuk pertama kalinya ia benar-benar memperhatikan ke lima cowok famous yang merupakan teman seangkatannya selama ini. Agatha benar-benar bisa melihat mereka dengan sedekat ini.
Bara yang anteng memakan semangkuk bakso di hadapannya, Rann yang asik menuang coca-cola di gelasnya, Erga yang mencamil kentang goreng, Sean yang berjalan menghampiri Rose di konter ayam geprek, dan Raga yang setia menatapnya, menunggu kedatangannya. Ada ruang kosong di sebelah Raga yang bisa di tempati siapa saja, dan jantung Agatha berdebar saat mengetahui hal itu.
"Sini duduk," kata Raga sambil menepuk-nepuk kursi di sampingnya. Agatha tetap berdiri di dekat bangku kantin itu, sedikit ragu-ragu.
"Duduk aja kali, babang Raga enggak gigit kok," kata Erga sambil cengegesan dan kembali mencocol kentang goreng ke saus tomat di hadapannya.
"Belum aja itu," tukas Rann cepat yang di balas plototan tajam Raga. Erga dan Rann tertawa melihat itu. Diam-diam Agatha tertawa tanpa suara ketika menyaksikan itu. Pembicaraan ini cukup menimbulkan tawa, hanya saja ada rasa canggung yang menyelimuti Agatha, terlebih lagi kepada sahabat-sahabat Raga yang ia kenal hanya sepintas nama saja.
"Atut kami bang! Pokoknya ya Agatha, kalo lo deket-deket sama Raga hati-hati aja."
Agatha sedikit terkejut ketika namanya disebut Erga. "Lo tau nama gue Er?"
"Ya tau lah, gue kan tau segalanya!" sombongnya. Agatha tertawa kecil, benar-benar Erga dan Rann bisa dengan cepat mencairkan kecanggunganya.
Hingga kepalan tangan Rann mendarat halus di jidat Erga.
"Anjir lo biji korma! Dikira tuhan bisa tau semuanya, istigfar lo banyak-banyak tobat biar jadi sobat gurun!" sergah Rann sengit, ia lalu mencomot kentang goreng Erga yang tersisa beberapa biji saja.
"Dasar sok suci lo, laptop isinya link bokep semua aja nyuruh-nyuruh gue tobat, dasar lo daki onta!"
"Udah gak usah dengerin mereka, lo duduk di sini, anteng-anteng ya. Jangan sampe otak lo ternodai Tha," ujar Raga kembali menepuk-nepuk bangku disebelahnya. "Nanti Rose duduk di sini juga kok, jadi lo ada temennya," dan Agatha menurut.
"Ealah ada temennya? Palingan juga tu mak lampir ngapel sama si Sean, lo jangan percaya Tha!" cerocos Erga lagi. Memang Rose dengan Erga dan Rann sudah cukup akrab karena memang setelah menjalin kasih dengan Sean, Rose juga menjalin pertemanan dengan Rann dan Erga yang selain juga sahabat Sean sendiri, juga notabenenya memang bisa cepat akrab dengan orang, ditambah memang jika Rose itu cewek yang cukup dikenal karena Rose sendiri adalah seorang model yang baru-baru saja merintis karier.
Jeweran kuat menyerang Erga. Cowok itu berteriak kesakitan mengaduh ampun kepada cewek yang baru saja ia bicarakan, siapa lagi kalau bukan Rose. Kencangnya teriakan Erga bisa membuat beberapa orang di kantin menoleh ke arah mereka.
"Ampun! Dikira kuping gue plastisin apa bisa di plintir-plintir! Ini sakit banget!"
"Lo ngatain gue barusan!" Rose melepas jeweran itu dan duduk tepat di hadapan Agatha. "Awas lo!" sungut Rose kepada Erga yang kini sedang mendumel sendiri, bisa di dengar Erga sedang berucap "nyinyinyi!", mengejek Rose.
Agatha membuka kotak bekalnya. Di dalamnya ada nasi goreng buatannya dan telur mata sapi. Ia lalu mengambil sendok di kotak bekalnya. Namun ketika ia menyuapkan sesuap nasi goreng di hadapannya, ia melihat di ekor matanya bayang Raga yang masih memperhatikannya. Agatha menoleh sambil mengunyah makananya. "Lo mau?"
Raga mengangguk dan tersenyum. "Iya gue mau. Lo buat sendiri?"
"Iya, ini di makan, maaf ya kalo gak terlalu enak, dimaklumin, soalnya pagi tadi gue masaknya buru-buru."
Raga lalu menyuapkan sesondok nasi goreng itu ke mulutnya dan rasanya enak, seperti buatan ibundanya. Raga mengunyah nasi itu penuh semangat. "Ini enak bengat! Lo harus buatin buat gue besok!"
"Eh?" Agatha mengerjapkan matanya berulang kali. "Ogahhh!"
"Itung-itung lo gantiin kesalahan lo karena lo berani-beraninya pake topi gue." Agatha cemberut mendengar itu.
"Eleh, lo juga udah gue pinjemin HP buat nelpon ayah lo, itu kan udah adil! Kita impas!"
Raga menggeleng menolak. "Gak, lo masih punya utang budi sama gue." Raga memberi jeda dan menyuapkan salad buah di depanya. "Lo inget pas hari senin yang lo di tabrak sama Geofani?" Agatha mengangguk mengiyakan.
"Yang nolongin lo siapa coba pas kejadian itu siapa coba?"
"Lo, dan lo pinjemin gue jaket setelah itu."
"Nah itu! jadi lo harus lo bayar pake nasi goreng! Gak mau tau gue, pokoknya lo buatin gue ni nasi, enak banget soalnya."
Agatha kembali fokus ke nasi gorengnya dan melahap kasar nasi di kotak bekalnya itu. "Tau gitu gue mah ogah nawarin nasi goreng gue ke lo!" ia melirik Raga kesal. "Iii lo kan bisa beli!"
Raga tersenyum puas. "Gak mau, pokoknya harus lo yang buat. Besok jangan lupa ya! Sekalian kasih jaket gue, gue kangen banget sama jaket gue."
Raga lalu mengacak-acak rambut Agatha dan pergi bersama Bara yang sebelumnya memang sudah mengajaknya kembali ke kelas. Agatha terpana, Raga mengacak-acak rambutnya? Astaga di perut Agatha seperti ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan rasanya.
"Ekh, ada yang jadi bucin nih," goda Rose dan Sean bersamaan.
"Anjir pipi lo nge-blush Tha! Anjir gini ya kalo cewek lagi bucin!" kata Erga menggebu-gebu. "Coba aja gue liat Alen pas kayak gini, udah gue bully sampe seminggu!" Agatha semakin salah tingkah dan memegang pipinya sendiri, apakah benar sekarang pipinya merah?
Pipi gue panas!
Batinnya malu sendiri.
"Iya, trus si cewek kutub itu bakalan ngediemin lo satu bulan dan lo mohon-mohon sama dia supaya dia bisa maafin lo!" sahut Rann cepat. "Ogah gue liatin muka lo pas lagi melas-melasnya, udah burik tambah burik muka lo."
"Emang anjing lo Rann!" dan semua orang di meja itu tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan Erga dan Rann yang sangat absurd.
🌜🌕🌛
Tsafita Zulfa
10 Maret 2020