Chanyeol terbangun meski kedua matanya masih berat karena mengantuk, tapi alarmnya sudah berbunyi dari tadi, ini waktunya untuk terbangun dan waktunya bersiap-siap untuk bekerja. Chanyeol membuka matanya perlahan, kemudian ia merasa sebelah tangannya tertindih sesuatu, Chanyeol menengok ke arah samping, dan dilihatnya sosok Naeun yang sedang tidur di atas lengannya itu. Entah mengapa Chanyeol sedikit terkejut ketika melihat Naeun ada disampingnya, Chanyeol sepertinya lupa, jika Naeun sudah kembali, dan semalaman ia tidur dengan kekasihnya itu.
Chanyeol melepaskan tangannya perlahan dari kepala Naeun yang menindihnya, karena Chanyeol tidak ingin membangunkan kekasihnya yang masih tertidur pulas. Chanyeol begitu lembut mengangkat kepala Naeun, lalu menarik tangannya, dan menggantikan tangan tersebut dengan sebuah bantal sebagai penyangga kepala Naeun.
Chanyeol menatap penuh cinta wajah kekasihnya itu, perlahan ia mengelus pipi mulus Naeun, hati Chanyeol begitu senang ketika sosok ini kembali bersamanya, ia bersyukur Tuhan kembali mempertemukan dirinya dengan Naeun di tengah-tengah keputusasaan nya, Chanyeol berterima kasih karena Naeun tidak menyerah, dan kembali dalam keadaan baik-baik saja.
Chanyeol cukup lama memandangi Naeun, ia melihat ke arah jam dinding, ini sudah pukul 8, ia harus bergegas, Chanyeol langsung saja bangkit dan berlari menuju ke kamar mandi.
Setelah mandi, Chanyeol melihat Naeun yang sudah dalam posisi duduk, namun terlihat masih tertidur, mungkin Naeun baru saja bangun, dan memaksa diri untuk bangkit, jadinya ia duduk dengan kepala yang masih terkulai lemas dan matanya tertutup.
Chanyeol terlihat tersenyum melihat tingkah kekasihnya itu, Naeun memang paling malas bangun pagi dan Chanyeol sudah tahu itu, pasti dia tengah memaksakan diri saat ini.
Chanyeol berjalan menuju lemari nya, Chanyeol terlihat menghela nafasnya, lagi-lagi pikirannya terlintas pada sosok Wendy, biasanya Chanyeol tidak perlu membuka lemari ini, karena Wendy biasanya sudah menyiapkan satu stel baju untuknya.
Chanyeol melihat deretan baju yang sudah tertata rapi itu, ini pasti Wendy yang merapikan nya, ini pasti Wendy yang menyetrika semuanya, entah mengapa hati Chanyeol merasa terhantam sesuatu jika mengingat hal itu, mengapa orang sebaik Wendy begitu tega menyakiti dirinya sejauh ini.
Tangan Chanyeol meraba satu persatu baju yang tergantung rapih itu, ia memilih mana yang akan ia pakai hari ini, tangannya berhenti di salah satu baju favorit Wendy, warna kesukaan gadis mungil itu, warna yang selalu Wendy siapkan pada hari Senin, agar Chanyeol merasa lebih segar dan semangat, sky blue, entah Wendy selalu menganggap warna itu akan mencerahkan hari seseorang, seperti namanya, warna itu menggambarkan langit yang cerah.
Tangan Chanyeol menggenggam baju itu, ia mengambilnya dari lemari itu, ini bukan hari Senin, tapi Chanyeol ingin memakainya, ini hari yang cerah baginya, Naeun telah kembali, membuat mentari bersinar indah, bahkan sang awan pun tidak berani menghalanginya.
Chanyeol sudah berpakaian rapi, kemudian ia menghampiri Naeun yang masih terduduk dalam keadaan mengantuk. Chanyeol duduk di dekat kekasihnya itu, tangannya terangkat, menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Naeun, kemudian senyumnya mengembang dengan merekah.
"Cucilah wajahmu, dan kita sarapan bersama" Ucap Chanyeol pelan sembari mengusap lembut pipi mulus Naeun.
"Baiklah" jawab Naeun dengan suara seraknya, ia mengangkat kepalanya, dan melihat ke arah kekasihnya itu, lalu tersenyum dengan manis.
"Aku akan ke bawah, takut bibi belum menyiapkan sarapan, kau cuci muka dulu, segarkan dirimu" Chanyeol mengecup kening Naeun singkat, kemudian ia bangkit dan berjalan keluar kamar meninggalkan Naeun yang masih mengumpulkan kesadarannya.
"Bibi masak apa?" Tanya Chanyeol pada pembantunya yang tengah sibuk di dapur.
"Bibimbap" jawab si bibi cepat.
"Jangan itu, aku bosan" Chanyeol terlihat tidak suka ketika mendengar kata bibimbap, karena ia sudah muak memakan masakan itu.
"Tapi tuan, ini rasanya pasti sama, soalnya nona Wendy sudah menyiapkannya segala bahan dan bumbunya" jawab si bibi, karena bibi menyangka Chanyeol tidak mau bibimbap masakannya karena selalu berbeda rasa dengan buatan Wendy.
"Terserah, cepatlah, nanti keburu siang" perintah Chanyeol, entah kenapa tiba-tiba Chanyeol jadi ingin memakan makanan itu, untuk terakhir kalinya -pikirnya-, terlebih setelah Chanyeol mendengar jika Wendy lah sudah menyiapkan bahan dan bumbu untuk sarapan sebelum ia pergi.
Bibi dengan cepat menaruh dua mangkok bibimbap diatas meja, tapi kening Chanyeol berkerut heran.
Dua? -pikirnya-
Ahh untuk Naeun.
Lagi-lagi Chanyeol lupa akan keberadaan Naeun disini, ada apa dengannya? Apakah mungkin karena ia sudah terbiasa hidup tanpa Naeun akhir-akhir ini.
Naeun turun dari lantai atas menuju meja makan dengan keadaan sudah terlihat segar, kemudian Naeun menghampiri Chanyeol dan duduk tepat di sebelah pria jangkung itu.
"Bibimbap?" Naeun bergumam ketika ia melihat bibimbap di hadapannya.
"Makanlah, kau pasti lapar" ucap Chanyeol seraya senyumnya mengembang, ia begitu bahagia ketika melihat Naeun ada di sampingnya, Chanyeol menyentuh kepala Naeun dan mengelusnya dengan lembut.
Naeun hanya mengangguk, kemudian ia mengaduk bibimbap yang sudah tertata rapi itu, Naeun sedikit termenung teringat sang adik, Wendy selalu membuatkan bibimbap untuk sarapannya, dan Naeun selalu senang, karena bibimbap buatan Wendy begitu enak, beda dari yang lain.
Tapi kali ini, Naeun sedikit membenci hal itu.
Wajah Naeun seketika berubah muram, ketika ia mengingat apa yang sudah dilakukan Wendy padanya, Naeun tidak akan memaafkan sang adik, tidak akan pernah, jika perlu ia ingin menghancurkan kehidupan adiknya itu, karena Wendy juga sudah menghancurkan kehidupannya bersama Chanyeol.
Naeun memasukan satu sendok penuh bibimbap itu pada mulutnya, ia terkejut ketika merasakan rasa yang tak asing di setiap kunyahannya, ini bibimbap khas Wendy, bukankah Wendy sudah pergi? Mana mungkin ia memasak sekarang.
"Ada apa?" Tanya Chanyeol yang melihat wajah Naeun terlihat bingung.
"Ini bibimbap buatan Wendy, apakah manusia itu belum pergi?" Naeun terlihat kesal, karena ia beranggapan jika Wendy belum pergi dari rumah ini.
"Bukan, ini buatan bibi" jawab Chanyeol, karena memang ini buatan si bibi, hanya saja Wendy yang berandil besar menyiapkan semua bumbu dan bahannya.
"Tidak, ini buatan Wendy, hanya dia yang bisa memasak bibimbap dengan rasa seperti ini, tidak ada yang bisa memasak dengan rasa yang sama" Naeun terlihat ngotot, ia melihat sekeliling untuk memastikan apakah Wendy di rumah ini.
Hanya Wendy?
Tidak ada yang bisa memasak dengan rasa yang sama.
Chanyeol termenung, tangannya yang menggenggam sendok terasa lemas, apakah Naeun tidak pernah memasak untuknya selama ini? Apakah selama ini makanan kesukaannya itu memang buatan Wendy, bukan buatan Naeun?
Entah mengapa, pikiran Chanyeol langsung tertuju pada hal itu (keraguan pada sosok Naeun).
Chanyeol menggelengkan kepalanya dengan cepat.
Tidak.
Ini tidak benar, Chanyeol harus memastikannya, Chanyeol akan meminta Naeun memasakan bibimbap untuknya nanti, dan ia akan mendapat jawaban dari perkataan Naeun tadi, Naeun pasti salah berbicara, jika yang bisa memasak bibimbap ini bukan 'hanya Wendy', tetapi Naeun juga pasti bisa membuatnya.
Chanyeol harus yakin, jika dulu, Naeun yang selalu memasakkan bekal itu buat dia, bukan Wendy.
"Tidak ada sayang, Wendy sudah pergi" seru Chanyeol pada Naeun yang masih mencari Wendy di dapur.
"Tapi, ah sudahlah, yang penting dia sudah pergi" jawab Naeun yang kembali berjalan menuju meja makan.
"Aku malas sarapan, ini tidak enak" Naeun sedikit membanting mangkuk makanannya menjauh.
"Apa mau masakan yang lain, biar bibi nanti masak lagi"
"Tidak, aku sudah malas, kau pulang kapan? Jangan terlalu larut, karena aku benci menunggu sendirian disini" bibir Naeun terlihat maju ke depan, sepertinya ia berpikiran akan bosan jika sendirian di rumah.
"Iya sayang, aku akan pulang cepat" ucap Chanyeol lembut, sembari mencubit pipi Naeun dengan gemas.
Naeun tersenyum senang, kemudian ia bangkit dari duduknya dan menghampiri Chanyeol untuk memeluk kekasihnya itu.
"Aku sangat merindukanmu" ucapnya.
"Aku lebih lebih merindukanmu"
Chanyeol menangkup kedua pipi Naeun, kemudian menariknya agar mendekat pada wajahnya, kemudian dengan lembut ia mencium bibir sang kekasih yang sangat ia rindukan itu, Naeun pun dengan cepat membalas ciuman Chanyeol, dan mengalungkan lengannya dengan nyaman di belakang leher si tinggi.
"Aku harus segera pergi, kau baik-baik di rumah" ucap Chanyeol setelah pagutan mereka terlepas, Naeun hanya mengangguk cepat kemudian menjauhkan dirinya dari tubuh Chanyeol.
"Hati-hati" seru Naeun ketika melihat Chanyeol sudah melangkah pergi.
Sepertinya Chanyeol tidak peduli padaku? Bahkan dia tidak menanyakan keadaanku selama ini? Mengapa? Dia berubah. -Batin Naeun-
.
.
.
Naeun hanya berleha-leha seharian di ruang TV, ia menumpuk seluruh cemilan diatas meja di depannya, dan ia berbaring diatas sofa, sesekali gadis bertubuh sempurna itu tertawa akibat acara komedi yang ia tonton.
Si bibi yang bertugas membersihkan ruangan terlihat berdecih kesal ketika melihat Naeun, entah kenapa ia begitu kesal melihat Nona barunya, tidak seperti Wendy, dia jauh berbeda dari Wendy.
"Mungkin dia bukan saudara Nona Wendy, dia sungguh berbeda, wajahnya saja yang Cantik, tapi dia pemalas" gerutu si bibi sembari ia menyapu dan mengepel rumah itu, biasanya Wendy akan membantunya, tetapi kini bibi harus menghandle semuanya.
"Mungkin inilah karma karena aku memakan gaji buta selama ini, aku selalu terlena karena Nona Wendy selalu mengerjakan apa-apa sendiri, jika dia kembali aku berjanji tidak akan membuatnya lelah" raut wajah si bibi terlihat sedih, entah belum juga satu hari Wendy pergi, ia sudah merindukan Nona nya itu.
"Kenapa melamun bi, cepat bereskan, aku tidak suka jika ruangan ini kotor" teriak Naeun yang melihat si bibi malah melamun sembari memegang alat pel nya.
"Baik Nona"
Cih padahal dia yang membuatnya berantakan, so so an tidak suka kotor, dasar gendeng!
Entahlah, mengapa si bibi malah mengumpati Naeun di dalam hatinya, untungnya Naeun tidak memiliki kekuatan membaca pikiran, jadi bibi bisa mengumpat sepuasnya.
.
.
.
Chanyeol terlihat lelah setelah bekerja seharian, ia menumpuk berkas terakhir yang ia kerjakan hari ini, jam sudah menunjukan pukul sembilan, dan ini terbilang sore buat Chanyeol, karena ia biasanya lembur sampai tengah malam.
Tapi kali ini ia harus cepat pulang, karena ia mengingat jika Naeun tengah menunggunya, Chanyeol tersenyum senang mengingat itu, ia harus cepat pulang sekarang, tidak akan ada lagi acara minum-minum, atau berkeliaran dulu, tapi kali ini Chanyeol akan langsung pulang, menemui kekasihnya di rumah.
Ketika keluar kantor, Chanyeol di hadang oleh seseorang, ya itu Nayeon, yang sudah menunggunya selesai bekerja.
"Aku menunggumu, dan ternyata kau pulang cepat" ucap Nayeon riang, karena ia sudah tidak sabar bertemu dengan Chanyeol hari ini.
"Tidak hari ini" jawab Chanyeol dingin, Chanyeol mengerti Nayeon pasti mengajaknya minum, seperti biasa yang selalu mereka lakukan.
"Mengapa? Atau kita minum di rumahmu saja? Aku rindu padamu" Nayeon membelai dada Chanyeol, dan sedikit menarik dasi hitam pria itu.
Nayeon sangat merindukan Chanyeol, karena akhir-akhir ini Chanyeol sedikit menjauh, dan jarang menghubunginya.
"Tidak, sebaiknya kita tidak perlu bertemu lagi Nayeon-ya, jangan datang ke rumah ku, karena ada Naeun, aku tidak ingin dia marah karena aku membawa orang lain ke rumah" Chanyeol menjauhkan tangan Nayeon dari tubuhnya.
Mata Nayeon membulat tak percaya, jadi Naeun sudah kembali? Dan sekarang Chanyeol menolaknya karena ada Naeun? Sama seperti dulu, Nayeon tidak diperhatikan karena ada sosok gadis cantik itu.
"Sebentar saja, kau bisa bertemu denganku tanpa sepengetahuan Naeun" Nayeon seperti memohon agar Chanyeol tetap bersamanya, tak apa meski harus secara diam-diam, tanpa sepengetahuan Naeun.
"Tidak, aku tidak bisa bersamamu lagi, kumohon kau mengerti Nayeon-ya, aku tidak ingin menyakiti Naeun, aku akan serius sekarang" jelas Chanyeol yang sama sekali tidak melihat ke arah Nayeon, Chanyeol ingin berubah untuk Naeun, ia tidak ingin ada kesalahan lagi, karena Chanyeol tidak ingin sampai berpisah lagi dengan kekasihnya itu.
Nayeon terlihat kecewa, jadi sekarang Chanyeol membuangnya?
Jadi benar? Chanyeol hanya menganggapnya sebagai jalang? Tidak lebih, bahkan Chanyeol tidak menganggapnya seperti seorang teman.
"Aku harus segera pulang" ucap Chanyeol seraya melangkahkan kakinya menjauh, meninggalkan Nayeon begitu saja.
Nayeon terlihat mengepalkan kedua tangannya, buliran bening menetes dari manik indahnya, hati Nayeon terasa teriris sampai hancur, ya seharusnya ia sadar diri, jika dia hanyalah Nayeon si manusia miskin, yang tidak akan pernah dilihat oleh seorang Park Chanyeol.
"Aku akan membuat hidupmu menderita Chanyeol-ssi"
.
.
.
.
.
TBC
Wendy pergi kemana ya?