ALETTA

By esterspy

2M 165K 45.5K

#4 fiksi remaja [06/9/20] "Aku mau ngapain lagi?" Gavino terdiam. "Kok, lo takut?" Aletta bertanya kembali, "... More

P R O L O G
01. Kantin SMA Tunas Bangsa
02. Kamu Yang Aneh
03. Kenapa?
05. Terkejut
06. Gavino Untuk Alcebol
07. Siapa Orang Itu?
08. Bahagia dan Tangis
09. Rumah Gavino
10. Mulai Mendekat
11. Tindakan Amanda
12. Kejadian Dari Persembunyian
13. Semakin Mendekat
14. Gavin dan Alcebol
15. Biola dan Tante Lina
16. Biola dan Tante Lina (2)
17. Insiden Saat Pulang
18. Panggilan Bu Monica
Info
19. Perkemahan Gabungan Antarkelas SMA Tunas Bangsa
20. Kutub Utara dan Kutub Selatan Beriringan
21. Kita Itu Apa?
Announce
22. Bertemu Tante Lina
🍫ROMANTICHOCOLATE🍫
23. Dia Suka Kamu
24. Gavin dan Alan
25. Gavino, Aletta, dan Reju
rawr.
26. God's Blessing
27. Reju vs Gavino
00. Ey's Part
28. Preman Jelek dan Gavino yang Baik
29. Dia Bingung
30. Dia Kembali
Soon
31. Kekesalan Amanda dan Reta
32. Patah
33. Alan dan Milky Way
34. Dia Berada Dalam Palung Terdalam
Sorry
35. Ternyata Kutub Utara dan Kutub Selatan Tak Dapat Bersatu
Untitled Part
36. Dia Benar-benar Mencarinya
37. Who's wrong
[CAST] ALETTA
38. Membenci Semesta
HNY 🤍
39. Kita Berada Pada Waktu dan Rasa yang Salah
40. Labirinmu Benar-Benar Rumit
41. Are You With Me
42. Berkawan Dengan Rindu
42. Berkawan Dengan Rindu
43. Kita Begitu Kelabu
44. Kaki Langit Jingga Menjadi Perantara Kita
45. Little Do You Know, I Wuff You 'til The Sun Dies
46. Alcebol dan Gavin
Q - ALETTA
47. Kita Ternyata Sudah
Selesai Ya
chill, i wanna update, but...

04. Retak

47K 4.5K 1.4K
By esterspy


"Kehilangan orangtua memang tidak pernah sesederhana kedengarannya. Patah hati yang senyata-nyatanya patah."

MEREMAS kedua ujung roknya. Debaran jantungnya berdetak lebih kencang dari yang biasa. Menatap cewek yang di tangannya terdapat sebotol minuman dingin, dan di sampingnya terdapat seorang lagi yang di tangannya menggenggam sebuah permen tangkai.

Entah bagaimana caranya, Aletta yang tadi sudah berusaha sekuat tenaga untuk bersembunyi dari jangkauan dua cewek di depannya ini, sekarang malah bertemu di taman belakang tanpa ada yang tahu.

"Nyokap lo didepak sama Papa." Santai, Cassandra atau yang lebih sering disapa Cassie itu membuka pelan salah satu kepalan jemari Aletta, lalu memberi pelan bekas botol minuman dinginnya yang sudah tandas.

Nyokap lo didepak sama Papa.

Didepak-dikeluarkan.

Dikeluarkan.

DIKELUARKAN?!

Keberadaan taman belakang yang jarang didatangi, sekarang entah kenapa malah tampak beberapa murid bermunculan satu persatu dengan sembunyi-sembunyi di balik dinding.

Baiklah. Ternyata pertunjukan akan segera dimulai sekarang. Tanpa perlu diberi tahu atau diingatkan, kalian akan tahu bagaimana akhir dari kejadian di taman belakang ini.

Lidahnya kelu mengucap sepatah kata penolakan. Semua ini salahnya! Benar-benar salah gadis berkacamata itu. Walau ia tahu jika menolak sampai bersujud pada kedua orang berkuasa di depannya ini, tak akan memberi dampak baik apa pun.

Pada akhirnya hanya anggukan, pada akhirnya hanya penurutan, pada akhirnya hanya penyerahan yang menjadi jawaban.

"Gue udah kasih tau, ya. Awas kalau besok nyokap lo dengan semangatnya pake baju pembantu. Thanks." Cassandra berlalu dengan salah satu jari telunjuknya yang mendorong keras dahi Aletta hingga membuat gadis itu jatuh ke tanah beralas rumput.

"Kasihan, sih, tapi seru liat mukanya gini gimana, dong?" Trisya bersuara. Kaki beralaskan sepatu pansus putihnya menginjak tangan Aletta yang menggenggam rumput di bawahnya.

Bundanya menjadi asisten di rumah Cassandra. Segala faktor menyedihkan yang kalian lihat saat membaca awal cerita ini adalah dari sana. Ia tak dapat berbuat apa-apa.

Sangat menyedihkan, anak tak tahu diri mana lagi yang seperti dirinya ini? Yang dengan bodohnya tidak berlari dan mengerahkan seluruh tenaganya untuk berlari ke sekolah. Jika ia sampai jam 06.00 pagi tadi, pasti bundanya tak akan mendengar informasi menyayat hati seperti ini.

Yang menjadi pasokan materi dan sumber segala kebutuhan mereka adalah dari pekerjaan sang bunda. Dan sekarang semuanya lenyap.

Ia menundukkan kepala, guna menyembunyikan beberapa tetes air mata yang sialnya keluar di saat beberapa murid masih berada di sana melihatnya dalam keadaan lemah seperti ini. Aish, bukannya malu, t-tapi ....

Ah, sudahlah.

Ia bangkit lalu berjalan diam di koridor sekolah. Sebagian orang menatap gadis itu. Bohong jika berkata bahwa ia adalah seorang yang buruk rupa. Bohong jika berkata bahwa ia tak memiliki sisi unik. Semua sisi baik dari fisik dan hatinya tertutupi tanpa tersisa akibat ... latar belakangnya.

"Weh. Cebol jelek." Suara khas seorang cowok yang tak jarang gadis itu dengar menginstrupsi dirinya.

"Istirahat kedua lo datang ke markas gue, antar makanan, jangan sampe telat. Kalau sampai telat ... gue bisa buat lo makin cebol." Gavino memerintah Aletta dan membuat nama panggilan 'cebol' pada gadis itu mengingat tubuh pendek Aletta. "Oh, ya, lucu juga kalau dipanggil cebol."

Kemudian Gavino melanjutkan melanjutkan perjalanan yang tertunda.

"Iya."

-o0o-

-o0o-

Bel berbunyi.

Aletta yang mendengar itu langsung bergegas pergi ke kantin, melaksanakan perintah yang diberikan cowok di koridor tadi. Beruntung ia tak menemukan Cassandra dan Trisya sejak mereka meninggalkan dirinya di taman belakang sekolah tadi.

-o0o-

-o0o-

"Ngelamun. Antara dua pilihan." Edgar berbisik pelan pada beberapa cowok di sampingnya. "Satu, ya ... lo pada tau apa yang sering dipikirin cowok kalau mel--"

"Kamu juga cowok, Bund." Billy berujar sok lembut, lalu disambut dengan lemparan kaos kaki entah milik siapa ke atas kepalanya.

Mereka kemudian berpikir mengapa seorang cowok bernama Gavino Revano Ricolas melamun tidak jelas seperti lalat.

"Dan ... kedua mung--"

"Ngelamunin si cupu mungkin," jawab asal Reno Pramudya, salah satu anggota Geng EAGLE.

Gavino melempar sebuah bantal bulat berwarna coklat muda ke atas kepala Reno.

"Woi anak Cempaka ngajak perang," ujar Dino kelas XII IPS 2 sekelas dengan Gavino dan Edgar.

"Yah, anak tikus lagi yang ngajak tauran, bosan gua," jawab Edgar malas karena kemampuan dari anak Cempaka.

"Its okay," jawab Gavino menampilkan senyum remeh pada geng yang akan dilawan mereka nanti.

"Wah, pengen mati, nih, mereka," heboh Dino saat kembali melihat pesan yang tertera di layar ponselnya.

"Kenapa emangnya?" tanya Reno kepo sambil melihat ke arah ponsel lelaki berbaju putih abu-abu itu.

'SAMPE KALIAN GA DATANG, KAMI PASTIKAN SALAH SATU SISWI SMA TUNAS BANGSA GAK MULUS LAGI!'

Gavino tersenyum. Lebih mencondongkan tubuhnya ke belakang seperti orang yang ingin berbaring. Ia kemudian menyunggingkan senyum miring.

"POKOKNYA KITA HARUS HABIS--"

"Halo, permisi." Sebuah kepala mungil tiba-tiba menyembul bagai Burung Unta dari balik pintu markas EAGLE. Mereka  tercengang, bahkan Gavino tak sempat menyelesaikan kalimatnya.

"Lo kalau masuk, ketuk dulu, dong!" semprot Gavino pada gadis yang tengah membawa nampan di depannya ini.

"Maaf, ya, Kak. Tapi aku dari tadi sudah ketuk pintu sampai tanganku hijau." Seluruh anggota EAGLE berusaha menahan tawa mereka, menyadari kesalahan dari kata terakhir gadis berkacamata itu.

"Eh, maaf, maksudnya biru. Aku udah ketuk seribu kali, tapi yang kudengar teriakan super kakak. Kakak frustrasi karena kelaparan, jadi langsung masuk aja, Kak." Lagi, lagi, dan lagi anggota EAGLE harus menahan tawa mereka sebab mendengar istilah-istilah aneh dan kata hiperbola adik kelas mereka itu.

Percayalah, sekarang Gavino terdiam seperti anak 5 tahun, yang dimarahi ibunya karena tidak mendengar nasihat.

Gavino menyadarkan dirinya. "Lo kenapa datang di waktu yang gak tepat?"

"Maaf, Kak, aku gak mau badanku makin pendek kakak buat." Gadis itu meletakkan nampan yang sedari tadi ia pegang, di meja yang terletak di pojok kanan markas itu, dan berlalu pergi meninggalkan ruangan itu.

Cukup sudah! Tawa yang sedari tadi ditahan anggota Eagle pecah menggelegar. Sedangkan Gavino memutar bola matanya malas melihat kelakuan teman-temannya itu.


-o0o-

-o0o-



Ia bimbang. Melihat selembar uang berwarna ungu di saku seragam putih abu-abunya dan berpikir cepat.

Sebentar lagi kelas XI IPA 1 akan ada jadwal renang di kolam utama yang bukan di area sekolah. Uang sepuluh ribu ini ia berniat agar menjadi uang pegangannya selama di kolam.

Namun, telepon dengan status 'miss call' dari sang bunda masuk yang berarti bahwa wanita paruh baya itu tak memiliki pulsa, beberapa kali masuk saat ia dan 'teman' sekelasnya masih bersiap-siap untuk pulang.

Baiklah, tak ada waktu. Tanpa keraguan, gadis itu menjulurkan tangan untuk menghentikan angkutan umum yang lewat di depan gerbang. Setelah dapat, gadis itu masuk dengan tangan yang gemetar takut.

Bukan, bukan karna takut diculik atau kejadian tak mengenakkan di angkot ini, namun entah karena apa dahinya dipenuhi peluh dan perutnya memulas.

Gadis itu mengucapkan kata 'kiri' pada sang supir saat atap besar rumah sakit sudah mulai tampak di matanya. Ia kemudian memberi ongkos pada sang supir lewat jendela.

Tak memerlukan waktu lama, Aletta mengikat rambutnya, meletakkan tas di bangku ruang tunggu, dan berjalan cepat tanpa tahu tujuan.

Ia menganggukkan kepala saat seorang perawat berbaju dinas bewarna coklat datang dari balik dinding membawa alat tensi dan menepuk pundak kirinya dengan tangan menunjuk ke arah depan.

Tak heran, ia sering bercengkrama pada orang-orang medis di rumah sakit ini karena penasaran. Oleh karena itu, sebagian orang di sini sudah kenal pada Aletta dan keluarganya.

Pintu bewarna putih itu terbuka.

Aish, siapa pun tolong sadarkan gadis gila yang terpaku ini.

Kepalanya mendadak seperti dilempar batu, dadanya mencelos, napasnya seperti sengaja ditahan semesta. Seragam sekolah masih ia kenakan, ia kemudian berjongkok dengan tangan yang memegang erat gagang pintu.

"Kenapa? H-ha..? KENAPA HARUS KITA?! Hah ...?"

Dia marah, dia kesal, dia kecewa. Ia masih manusia, punya rasa kesal, marah, dan kecewa. Ia masih manusia, manusia yang sering murka pada keadaan.

Dengan berjongkok, gadis itu memeluk dirinya sendiri. Matanya memerah, matanya sembab--bukan, matanya membengkak.

Semuanya jahat, semuanya! Tak ada manusia yang peduli akan keluarganya, tak ada! Semua orang berlagak semaunya, semua orang menginjak-injak mereka tanpa tau apa sebabnya.

Gadis itu tak terima. Benar-benar tak terima. Ia marah, tapi tak tahu pada siapa.

Klise, namun tetap ia lakukan. Aletta menggoyang-goyang kaki sang ayah yang mengeras. Bahkan dia tak berdiri, menggunakan lutut untuk berjalan adalah pilihan satu-satunya saat telapak kakinya tak mau diajak kerja sama.

Lidahnya kelu. ARGH, pembohong! Apa semua orang akan bernasib sama seperti dirinya ini?

Kata mereka, jika kau melampaui kesedihan, pasti akan ada kesenangan. Kata mereka, jangan menyerah, semua akan baik-baik saja. Kata mereka, setelah hujan badai, pasti akan pelangi indah berwarna cerah akan datang.

Kemarin-kemarin gadis itu percaya, kalimat motivasi hidup yang ia dengar maupun baca menjadi penyemangat dalam diri bahwa kehidupan mereka akan berubah menjadi lebih baik.

Ia menyerah. Ternyata tidak ada kebahagiaan. Pelangi sehabis hujan hanya sebatas di atas langit sana. Sepertinya dalam kehidupannya berbeda. Setelah hujan, pelangi yang muncul adalah suram. Pelangi yang muncul setelah hujan di hidupnya adalah sunyi, hitam, pekat tak terlihat.

Katanya, ada dua hal yang begitu setia menjadi pendamping dalam hidup. Perkenalkan, ia bernama tawa dan air mata.

Yang menjadi pertanyaan, mengapa air mata menjadi dominan pada hidupnya?

-o0o-



[ Wattpad esterspy_ ]

Instagram :
@esterspy
@wattpadester
@aletta_rechesa
@gavinrevano_

[have a great day, yall.
you're doing well. trust me]




—esterspy

Continue Reading

You'll Also Like

HER LIFE By hulk

Teen Fiction

7.4M 364K 64
Sudah terbit di Glorious Publisher. Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya...
Say My Name By floè

Teen Fiction

1.2M 69.9K 34
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
786K 22.1K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...
328K 9.4K 40
Alskara Sky Elgailel. Orang-orang tahunya lelaki itu sama sekali tak berminat berurusan dengan makhluk berjenis kelamin perempuan. Nyatanya, bahkan...