"Aku percaya kebahagiaan akan datang setelah kesakitan"
-Aiden
Rumah sakit
Sudah setengah jam lamanya Kenza mondar mandir di depan pintu UGD rumah sakit
Lain halnya dengan Willian, pria paruh baya itu hanya duduk diam sedari tadi sambil menatap kosong
Cklekk
Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian dua orang itu
"Bagaimana keadaanya?"
"Dia kritis, ada gumpalan besar di kepalanya. Apakah dia sering terbentur? Karena gumpalannya sangat parah. Jika tidak dioperasi sekarang akan sangat fatal nantinya" jelas dokter itu
"Operasi sekarang dok. Saya yang akan membayar semua biaya nya. Berapapun itu" jawab William yang hanya diam sedari tadi
"Baik pak, kami akan menjalankan operasi beberapa jam lagi. Untuk saat ini pasien bisa dijenguk"
"Iya makasih dok" jawab Kenza
Setelahnya dokter itu pergi
"Maaf kamu siapa ya?" Tanya William pada Kenza
"Saya sahabatnya Aiden" jawab Kenza datar. Sangat datar karena dia tahu yang ada dihadapannya ini adalah ayahnya Aiden
"Saya a-"
"Oh ini ayahnya Aiden, yang sering memberi luka di tubuhnya. Bapak tau enggak sebelum saya mengetahui semuanya Aiden selalu bilang ayahnya adalah orang yang paling dia sayang,ayahnya juga yang bisa bikin dia bahagia. Ayahnya selalu baik padanya. Jika dia luka sedikit saja ayahnya selalu khawatir padanya dan setelah saya tahu semuanya kamu adalah ayah yang sangat buruk"
"Ma-af saya menyesal, saya akan melakukan apapun agar bisa membuat Aiden memaafkan saya"
"Saya berikan kesempatan untuk om. Tolong bahagiakan Aiden. Dia sudah sangat rapuh"
"Iya saya janji. Saya akan membahagiakan Aiden sejauh yang saya bisa"
"Saya pegang janji om. Tapi jika saya melihat ada luka lagi di tubuh Aiden, saya akan bawa pergi Aiden jauh jauh om mengerti apa maksud saya?"
"Iya saya mengerti"
"Oke kalau begitu, om masuk temui Aiden, biar saya masuk setelah om, selesaikan permasalahan om baik baik"
Setelah nya Willian melangkah masuk ke kamar rawat anaknya. Ia terpaku melihat banyak alat yang menancap tubuh anaknya itu. Ia berjalan mendekati ranjang pesakitan anaknya dan duduk di kursi samping anaknya
Tangan kiri William menggenggam tangan anaknya dan tangan kanannya mengusap surai sang anak
"Iden, ayah disini. Iden harus kuat ya, maafin ayah, maafin semua kesalahan ayah. Ayah janji setelah kamu bangun hanya akan ada kebahagian. Nggak ada lagi rasa sakit, bentakan, cacian atau apapun itu yang membuat Iden tersiksa, ayah janji
Ayah juga akan masakkin makanan kesukaan Aiden, ayah akan kasih cinta dan kasih sayang hanya untuk anak ayah satu-satunya, tolong bangun ya nak ayah minta maaf, sungguh ayah menyesal"
Setelahnya ia mengecup lama dahi Aiden. Tanpa sadar jari jari Aiden bergerak. William menahan napas saat kelopak mata itu bergerak
"Sshhh"
"Ada yang sakit? Mana yang sakit bilang ayah nak"
Aiden melihat samping kanannya, lalu ia merasakkan tangannya digenggam oleh seseorang. Ayahnya
"A-yah"
Tubuhnya bergetar ketakutan saat melihat siapa yang ada di sampingnya saat ini
William mengangkat tangannya. Aiden yang melihat itu memejamkan matanya karena sekarang ia sangat takut pada ayahnya
William mendaratkan tangannya pada surai Aiden. Mengelus lembut dahinya hingga mata Aiden kembali terbuka menatap bingung ayahnya.
"Kamu pikir ayah akan mukul kamu? Enggak sayang ayah nggak akan ngelakuin itu lagi mulai sekarang. Ma-af maafin ayah, maafin kesalahan ayah selama ini" William sudah menangis. Tidak bisa berkata apapun lagi saat melihat bagaimana kesengsaraan sang anak menghadapi ayah brengsek seperti dia
Apa ini? Ayahnya minta maaf? Tiba tiba matanya berasa panas. Aiden menangis, akhirnya ia dapat merasakan kasih sayang ayahnya
Ia mengangguk tanda menerima permintaan maaf ayahnya
"A-yah" Aiden memanggil ayahnya, membuka masker oksigen yang menempel di wajahnya.
"Iya? Ada yang sakit?"
Aiden menggeleng. Sebenarnya semua badannya sakit tapi dia tidak akan membuat ayahnya khawatir hanya karena nya
"A-ku bo-leh pe-luk a-yah" Aiden menunduk takut
"Tentu saja sayang"
Tanpa menunggu apapun lagi, William merengkuh anaknya,malaikatnya yang sangat baik hati itu
Hangat. Saat ini hanya itu yang Aiden rasakan, ia sangat senang bisa merasakan pelukan hangat ayahnya yang sangat diidamkan idamkannya itu
"Ayah hangat, aku baru merasakan pelukan ayah. Sangat nyaman"
"Kalau begitu ayah akan memeluk Iden setiap Iden meminta. Kapanpun itu"
09.00 p.m
Saat ini Aiden sedang di dalam ruang operasi. Sudah 3 jam lamanya tetapi tidak ada tanda tanda operasi akan selesai
Takut? Tentu saya takut
Cemas? Jangan ditanyakan lagi seberapa cemasnya William
Jangan tanya dimana Kenza karena setelah menjenguk Aiden tadi, Kenza pamit pulang karena ibunya sudah menyuruhnya untuk pulang
Cklekk
"Bagaimana dok? Operasi nya pasti berhasil kan?"
"Ya,operasi nya berhasil pak, Aiden akan dipindahkan kembali ke ruang rawatnya"
"Terimakasih dok, bagaimana keadaan anak saya?"
"Tidak apa-apa pak, hanya butuh pemulihan beberapa hari"
"Baik dok, terimakasih"
Setelah itu brankar yang ditiduri oleh Aiden keluar didorong oleh suster, dilihatnya Aiden masih belum sadar karena obat tidur yang disuntikkan oleh dokter sebelum operasi
05.00
Aiden membuka matanya. Dilihatnya sang ayah tidur sambil duduk dan menggenggam erat tangannya. Melihatnya saja sudah meringis, bayangkan saja tidur dengan postur tubuh duduk seperti itu. Pasti badan ayahnya itu akan pegal pegal saat ia bangun nanti
Aiden balas menggenggam tangan ayahnya, hingga membuat ayahnya membuka matanya
"Kamu udah bangun? Ada yang sakit?"
Ia menggelengkan kepalanya tanda bahwa tidak ada yang sakit. Ya walaupun kepalanya pusing saat ini
"D-duduk"
Dengan sigap, William membantu anaknya duduk dan menaruh bantal di punggung anaknya agar bisa bersender dengan nyaman
"Haus?"
Aiden mengangguk. William mengambil air yang ada di nakas samping ranjang Aiden lalu membantu anaknya untuk minum
Setelah itu Aiden merasa sangat bosan, terlebih ruangannya yang berwarna putih semua dan bau obat obatan yang menyengat semakin tambah membuatnya bosan
William sangat gemas melihat anaknya itu. Lucu sekali pikirnya. Bibirnya ia manyunkan pertanda ia sangat bosan saat ini
"Anak ayah sedang bosan rupanya, mau keluar sebentar, tapi di sekitar ruangan saja ya"
Matanya berbinar lucu, lalu ia menganggukkan kepalanya semangat
"Oke, Iden tunggu disini dulu ya, ayah ambil kursi roda sebentar"
Sekarang Aiden dan ayahnya sedang berkeliling rumah sakit, dengan Willian yang mendorong kursi roda anaknya
"Kamu senang?"
"Senang banget ayah, makasih. Aku bosan di ruangan itu terus"
William hanya terkekeh pelan mendengar nya