Prince And Princess [SUDAH TE...

By Intanabilaaa

131K 4.7K 468

[TELAH TERSEDIA DI SHOPEE TOKOBOOK.COM03] "Lo itu satu-satunya sahabat cewek gue. Jadi please, jangan tinggal... More

Prolog
1 - Hujan dan Kafe
2 - Ditinggal Sendiri
3 - Khawatir
4 - Pingsan
5 - Berkunjung
6 - Kunjungan dan Curhatan
7 - Diskotik
8 - Penyelamat?
9 - Dilabrak?
10 - Dia siapa?
11 - Gak peka atau pura-pura gak peduli?
12 - Kedatangan Orang Tersayang
13 - Cemburu
14 - Rooftop
15 - Pengganggu
16 - Pesan
17 - Obrolan
18 - Star's Cafe
19 - Timezone and Friendzone
20 - Maaf
21 - Rumah Sakit
22 - Ikut Menjenguk
23 - Pulang
24 - Chatting
25 - Dua Sisi
26 - Kisah Di Balik Tangisan Seorang Gadis
27 - Cerita
28 - Menginap
29 - Sunset
30 - Fakta menyakitkan
31 - Menghadapi Kenyataan
33 - Merasa Lelah
34 - Belajar Bareng
35 - Sebuah Tragedi
36 - Mulai Retak
37 - Sedikit Perhatian
38 - Mulai Memiliki Rasa
39 - Bertemu Seseorang
40 - Bingung
41 - Cerita
42 - Kabar Gembira
43 - Bukan Untukku
44 - Putus
45 - Kasak-kusuk
46 - Rencana
47 - Cerita Hati
48 - Cerita Hati (2)
49 - Pesta Ulang Tahun
SESI Q & A
PENGUMUMAN TERBIT
Vote Cover
!!OPEN PRE-ORDER!!

32 - Undangan Makan Malam

1.5K 89 9
By Intanabilaaa

Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca 🙌🏻😊

***

"Hanya sebuah senyuman dan tawa yang dapat menutupi sebuah luka besar."

***

TEPAT pukul tujuh malam, Alca keluar dari kamarnya setelah bersiap-siap untuk pergi kerumah Rafa. Alca tidak sendiri, melainkan bersama Raka yang juga diundang kesana. Orang tua Alca tidak bisa ikut, karena ayahnya ada rapat malam, sedangkan bundanya sedang tidak enak badan dan kini berbaring di kamar bersama Camila.

"Udah siap?" tanya Raka.

Alca mengangguk untuk merespons pertanyaan Raka.

Raka membalas dengan mengangguk-angguk dan tersenyum ke arah Alca. "Yuk berangkat!" ajaknya yang lagi-lagi dibalas Alca hanya dengan anggukan.

Alca dan Raka masuk ke mobil dan bersiap untuk pergi.

Sepanjang perjalanan, Alca menutup mulutnya rapat-rapat, menyimpan seluruh energinya untuk nanti.Tentu, Raka mengerti hal itu. Maka dari itu, ia juga memilih diam dan tidak mengajak adiknya berbicara. Hanya sebuah siaran radio yang mengisi keheningan di antara mereka.

Sampai disana, Alca masih diam dan tidak ingin membuka suaranya.

Raka menggandeng tangan adiknya, meremasnya pelan, berharap bisa menyalurkan sedikit tenaganya untuk Alca.

Alca dan Raka melangkah masuk sambil mengucap salam. Di dalam, sudah ada Rafa dan Anna, juga keluarga Rafa.

"Ihh, kamu kok baru datang sih, Dek?" tanya Rana menyambut kedatangan Alca dan Raka dengan Leni di gendongannya.

"Eheheh, tadi macet, Kak, biasa Jakarta, haha," ucap Alca mencari alasan, lalu mengambil alih Leni dari gendongan Rana.

"Jagain Leni bentar, ya? Aku mau ke dalam bentar," pamit Rana kepada Alca.

"Okey, Kak," sanggup Alca, lalu mengalihkan pandangannya pada Leni. "Kita mau main dimana Leni?"

"Main di kamal Eni aja, Kak Aca," jawab Leni dengan suara imutnya.

"Okey, ayo kita ke kamar Leni!" Alca melangkah menuju kamar gadis kecil itu.

Rafa juga Raka yang menyaksikan itu tersenyum senang melihat Alca baik-baik saja setelah bertemu keluarga Rafa.

Sedangkan Anna, sangat tidak menyukai Alca dekat dengan keluarga Rafa. Yang pacar Rafa di sini kan gue, bukan dia!  Batinnya menjerit kesal.

"Bro, gue masuk dulu, ya?" pamit Raka kepada Rafa dan Anna yang duduk di sofa ruang tamu.

"Oke," jawab Rafa.

Kini, di ruang tamu hanya ada Rafa dan Anna yang memasang raut itu cemberut, karena kedatangan Alca, dan Rafa menyadari hal itu.

"Kamu kenapa, sih?" tanya Rafa.

"Gak," jawab Anna cuek.

"Gara-gara ada Alca? Gara-gara aku ngundang Alca juga?" tebak Rafa.

Anna diam.

"Kenapa sih, An? Dia kan sahabat kamu, dia juga sahabat aku. Bunda sama Ayah udah nganggep dia anak mereka sendiri, An. Kenapa sih kamu gak ngerti-ngerti?" Rafa setengah menjelaskan dan bertanya kepada pacarnya itu, lalu ia mengembuskan napas kasar.

"Yaudah sih, kok kamu jadi marah-marah ke aku?" balas Anna seolah tidak terima diceramahi seperti itu.

Rafa mendengus pelan karena sikap Anna yang sangat posesif dan keras kepala.

"Rafa, bawa temenmu masuk sini! Kita mau makan sudah," panggil bunda Rafa dari dalam.

"Hah? Kok temen, sih?" sahut Anna pelan, tidak terima dengan ucapan Rina barusan.

"Sudah, ayo kita makan!" ajak Rafa tidak ingin berdebat dengan gadis itu.

Rafa dan Anna melangkah kedalam dan duduk bersampingan. Anna menebarkan senyuman manis kepada kakak, ayah dan bunda Rafa. Di antara mereka yang membalas hanya ayah Rafa. Rana dan Rina dari awal memang tidak begitu menyukai Anna karena fashion gadis itu yang berbeda dengan mereka. Jangan lupakansikap Anna yang menurut mereka sedikit sombong.

Alca duduk tepat di depan Rafa, dengan Raka yang di samping kanannya, dan di samping kiri Rana yang mengisi. Di samping Rana ada Roni, suaminya. Di samping Raka sudah duduk bunda Rafa serta ayah Rafa duduk di kepala meja.

"Sebelum makan kita berdoa dulu, ya?" celetuk Alca yang melihat Anna seperti sudah ingin memakan makanannya.

Mendengar hal itu, Anna langsung melemparkan tatapan sinis kepada Alca yang sama sekali tidak dihiraukan gadis itu.

"Iyaa, doa dulu. Ayo, doa sama-sama!" ajak Rina.

Setelah selesai berdoa, mereka semua langsung menyentuh makanan yang telah dihidangkan.

"Alca," panggil Rana.

"Hem? Kenapa, Kak?" tanya Alca mendongak.

"Kamu kok tadi datangnya lama, sih? Padahal tadi aku mau ngajak kamu masak sama-sama," beritahu Rana.

"Heheheh, tadi Alca dikasih taunya cuma disuruh datang jam tujuh-an, makanya Alca berangkat dari rumah jam tujuh," jelas Alca.

"Pasti Rafa kan yang ngasih tau kamu?" tebak Rana.

"Iya, haha."

"Memang nih, Rafa," cibir Rana kesal.

"Ya mana aku tau, kan bunda bilang acaranya malem, yaudah Rafa bilang ke Alca malem," bela Rafa tak terima dituduh seperti itu.

"Tapi kan kamu seharusnya tau, kalau masakan Alca itu enaknya poooolll banget! Coba kek suruh datang sore," tampik Rana tidak mau kalah.

"Iya deh iya, Rafa salah," ucap Rafa mengalah.

"Hahahah, kasian banget salah terus," sembur Alca sambil tertawa.

Rana dan yang lainnya juga ikut tertawa mendengar hal itu. Hanya Anna yang terus melipat wajahnya. Tidak tertawa atau bahkan tersenyum sekalipun.

"Ini siapa? Pacar Rafa?" tanya Abdy menatap Anna.

"Iya, Yah. Masa Ayah belum tahu?" jawab Rafa.

"Belum, gak pernah liat tuh. Kamu jarang bawa ke rumah," ucap Abdy.

"Dianya malu, hahaha."

Mendengar percakapan itu, barulah Anna tersenyum malu-malu. Sementara Alca menunjukan ekspresi biasa saja. Di sisi lain, Rana terlihat jijik dengan senyuman Anna, yang menurutnya seperti dibuat-buat.

"Sudah berapa bulan pacaran, Rafa?" tanya bunda Rafa, Rina.

"Dua bulan, Bunda," jawab Rafa.

Rina terlihat mengangguk-angguk dan melanjutkan acara makannya. Setelah itu, tidak ada yang peduli dengan mereka berdua, atau tentang hubungan mereka.

"Ca, mau gak minggu ini jalan ke mal? Aku mau cari barang buat nanti acara," tawar Rana kembali memecah keheningan.

"Acara apa, Kak?" tanya Alca.

"Acara ulang tahunnya Leni, bulan depan."

"Wih, udah mau dua tahun aja nih si kecil, hahahah." Alca terkekeh pelan.

"Hahah iya, gak terasa, kan? Camila kapan?" tanya Rana.

"Masih lama dia, lima bulanan lagi," jawab Alca mengingat-ingat.

"Oh gitu, nanti bikin acara ya, hahahah, kecil-kecilan aja gak papa," saran Rana.

"Siap Kak! Pasti bakal ada acara sih, kalau gak memungkinkan untuk banyak tamu, paling cuma kita-kita aja," ucap Alca.

"Haha, iya gak papa, yang penting makan masakan kamu sama bunda Cerry," balas Rana disertai kekehannya.

Anna dan Rafa tentu mendengar percakapan itu, tetapi mereka hanya diam. Dengan Anna yang langsung menunduk, karena kemarahannya mulai memuncak.

Rafa menyadari hal itu, laki-laki itu langsung menggandeng Anna keluar untuk berbicara. "Kamu kenapa?" tanyanya kepada Anna setelah mereka di luar.

"Mau pulang," pinta Anna cepat.

"Sekarang? Yaudah kamu izin dulu sana sama bunda sama ayah," ucap Rafa.

"Gak mau, aku mau langsung pulang aja," tolak Anna.

"Tapi An–"

"Gak mau!" tekan Anna keras kepala.

"Yaudah terserah kamu," pungkas Rafa pasrah."Bentar, aku ambil kunci mobil dulu," izinnya kembali masuk mengambil kunci mobil yang terletak di meja makan, lalu menyambar jaketnya yang tersampir di kursi makan.

"Mau kemana kamu, Rafa?" tanya Rina.

"Nganterin Anna pulang Bunda," jawab Rafa.

"Kok nyelonong gitu aja? Gak pamit sama Ayah sama Bunda?" celetuk Rina tampak tidak terima, lebih tepatnya merasa tidak dihargai.

"Dia sakit Bunda, makanya tadi langsung keluar," alibi Rafa mengalihkan kemarahan Rina."Rafa jalan dulu, ya? Assalamualaikum," izinnya lalu pergi keluar.

Rina dan Abdy hanya bisa saling bertatapan, dengan Rina yang kemudian menggeleng pelan.

"Gak sopan banget sih," desis Rana pelan, yang hanya didengar oleh mereka yang duduk dekat dengannya.

"Biarin aja, Kak," bisik Alca.

Mereka kembali melanjutkan acara makan malam yang belum selesai. Tidak mengacuhkan Rafa dan Anna yang kini sudah meninggalkan rumah itu.


***
BERSAMBUNG
Jangan lupa vote ya 🙌🏻😄
Supaya authornya rajin update dan semangat buat ceritanya 😄✨♥️










Continue Reading

You'll Also Like

6.5M 720K 53
FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perem...
547K 88.9K 30
✒ 노민 [ Completed ] Mereka nyata bukan hanya karangan fiksi, mereka diciptakan atau tercipta dengan sendirinya, hidup diluar nalar dan keluar dari huk...
32.9M 2.1M 103
1# Mavros Series | COMPLETED! MASIH LENGKAP DI WATTPAD. DON'T COPY MY STORY! NO PLAGIAT!! (Beberapa bagian yang 18+ dipisah dari cerita, ada di cerit...
578K 86.5K 74
Cocok untuk kamu peminat cerita dengan genre #misteri dan penuh #tekateki, juga berbalut #action serta #scifi yang dilatarbelakangi #balasdendam. Kas...