Malam ini kami dikejutkan oleh kedatangan tamu tak terduga. Pak Bagas, Papa Ellena. Beliau datang dengan raut muka yang kusut dan amarah muncul dari wajahnya. Mama memilih memberikan ruang pada sang tamu dan Papa agar leluasa berbicara.
"Wah ada apa ini. Baru kemarin lho kita bertamu ke rumahmu. Udah mau nentuin tanggal buat anak-anak?
Ayo silahkan duduk. Minum apa?" Merangkul pundak Papa Ellena dengan bahagia.
"Gak usah repot. Sebenarnya saya mau membicarakan tentang perjodohan anak kita. Saya langsung saja.
Maaf Wiro, kami harus membatalkannya. Maafkan kami Wiro." Ucapnya dengan raut muka yang sendu sekaligus marah.
"Sebentar Bagas, ada apa ini??! Kemarin kau menyetujuinya. Sekarang kau membatalkannya. Ada apa ini?" Tanya sang tuan rumah bingung.
Om Bagas menjelaskan pada Papa kejadian yang menimpa Ellena. Tampak terkejut juga marah. Serta prihatin. Tak menyangka jika hal buruk terjadi pada Ellena. Papa pilih diam dan menawarkan bantuan. Tapi om Bagas menolaknya.
"Tidak perlu Wiro. Saya akan mengurusnya sendiri. Dan membuat perhitungan!! Maaf jika seperti ini jadinya. Kita belum ditakdirkan berbesan.
Saya pamit dulu.. Salam buat istrimu. Sampaikan maaf keluargaku untuknya." Pamit Papa Ellena undur diri setelah membatalkan perjodohan kami.
Dibalik pintu kerja Papa, Mama memilih menguping pembicaraan mereka. Kaget dan tidak terima. Bagaimana waktunya bisa bersamaan. Kemarin malam saat Dave diberitahu tentang perjodohan itu, dia menolaknya dan mengklaim kalau sudah memiliki kekasih. Hari ini Mama bahkan belum sempat memberitahu Papa, tapi sekarang malah mendapat berita lebih mengejutkan. Dan yang lebih menyedihkan hatinya Ellena jadi korban.
Papa yang melihat Mama terdiam menangis langsung paham, jika istrinya pasti tadi menguping pembicaraan mereka.
"Ma, mama. Ayo duduk dulu. Jangan seperti ini. Apa mama mendengar semuanya.?"
Tak ada jawaban, hanya sebuah tangisan yang keluar dari mulut mama.
Dave turun ke lantai bawah dan melihat jika tamu mereka sudah pergi. Tetapi malah melihat sang Mama menangis terisak.
"Pa, mama kenapa menangis? Ada apa Ma?" Dave khawatir dengan kondisi mamanya.
"Gpp Dave. Papa antar mama ke kamar dulu. Ada yang perlu papa sampaikan ke kamu setelah ini." Papa menuntun Mama kembali ke kamar meninggalkan Dave yang bingung.
"Mama bisa sendiri Pa. Papa bicara saja sama anak kesayangan Papa!." Karina langsung pergi, dia enggan menatap Dave. Entah mengapa, Karina merasa ingin marah kepada anaknya.
Dave kaget reaksi mama kepadanya. Begitu dingin.
"Mama kenapa Pa?"
"Ini tentang perjodohanmu. Pak Bagas tadi kesini, membatalkan perjodohanmu dengan Ellena. Ada satu dan lain hal. Papa gak bisa jelasin ke kamu. Kamu gak masalah kan?" Papa menyembunyikan alasanya pada Dave karena sudah berjanji pada Bagas agar merahasiakannya.
"Karena itu Mama menangis?" Tanya dave heran.
"Iya, salah satunya karena pembatalan ini.
Sudah nak. Kamu bisa beristirahat." Papa menepuk pundak Dave lalu berlalu, untuk menemani istrinya.
Dave terkejut. Dia memang meminta Ellena membatalkan perjodohan itu. Tapi dia tidak menyangka kalau om Bagas yang datang langsung dan menemui orangtuanya. Bahkan Mama langsung sedih dan menangis karena pembatalan perjodohan konyol itu.
*****
Sepanjang malam, Ellena berusaha memejamkan matanya. Setelah mengatakan beberapa fakta ke keluarganya, itu memang sedkit mengurangi bebannya. Ya memang tidak semua kebenaran diungkap olehnya. Cukup Ellena yang tahu siapa ayah bayinya. Cukup dia yang tahu. Karena dia bisa merawatnya.
Keesokan harinya, ellena dibawa ke sebuah Rumah sakit. Keluarganya ingin memastikan kesehatannya. Menemui psikiater dan dokter kandungan yang sudah melakukan janji temu.
Setelah sesi psikiater selesai, Ellena diharapkan taat untuk terapi, meminum vitamin-vitaminnya dan mengatur emosinya agar tidak stres. Karena pikirannya sangat berpengaruh kepada berkembangan janinnya.
Ya dia berusaha agar tidak stres. Kesehatan baby lebih penting. Hidupku harus berlanjut. Kita berjuang bersama sayang. Ungkapnya penuh tekad.
Setiap malam mama menemaninya tidur. Memeluknya erat. Menjaga Ellena sampai terlelap. Dia merasa sudah sangat merepotkan Mama Papanya. Karena seharusnya diusia mereka yang senja hidupnya seharusnya tanpa beban. Tapi sekarang Ellena memberi beban berat ke mereka. Sedih, merasa gagal sebagai anak.
Sedangkan Victor, dia juga aktif mengiriminya pesan. Menanyakan kabarnya, berbicara sangat ingin bertemu dengannya. Tetapi Ellena selalu menolak.
Well,,, bukan Victor namanya kalau dia gak bisa menemukan cara bertemu Ellena. Segalanya dia lakukan. Bahkan membayar orang suruhan untuk mencari tahu tentang Ellena.
Dia bahkan sudah tahu siapa pria kurang ajar yang menghina Ellena tempo hari di Bandara, ternyata pria itu yang melecehkan Ellena juga. Victor marah besar. Ia menyuruh anak buahnya agar membuat baj*ngan itu sengsara.
Bahkan dia tahu, kalau Jacob belum sempat 'mendapatkan' Ellena. Menurut penuturan Jacob, karena malam itu Ellena sudah dibawa pergi oleh pria yang menolongnya. Jadi Victor yakin, Jacob bukan ayah bayi yang ada dikandungan Ellena. Lalu siapa? Dan kenapa Ellena gak mau memberitahu ayah bayi itu? Pada keluarganya. Itu masih menjadi teka-teki buat Victor.
Dengan dalih rapat proyek yang mereka kerjakan, akhirnya dia dapat melihat Ellena. Dia merias wajahnya tipis. Sikapnya sekarang lebih tenang, dan tak emosional. Saat selesai rapat, Vic mendekati Ellena dan mengajaknya makan malam. Tanpa penolakan Ellena menyetujui usul itu.
Ellena sudah menyelesaikan pekerjaannya, dia sebenarnya mau pulang. Mual muntah menyelimuti harinya. Tapi ia enggan mengeluh dan mengerjakan tugasnya dan segera beristirahat. Lalu mendapat tawaran dari Victor untuk makan sedikit mengubah niatnya.
"Bagaimana keadaanmu Ellen?"
Vic bertanya kepada Ellena yang menyuapkan sepotong ikan ke mulutnya.
"Aku baik. Kamu lihat sendiri makanku masih oke." Tersenyum manis menunjukan ikan yang ada di sendoknya lalu menyuapkan ikan itu lagi ke dalam mulutnya lahap.
"Apakah masih mual? Atau pusing?" Victor terus menatap Ellena.
Huhkk. Ellena tiba-tiba mual. Dia bergegas ke toilet. Victor yang panik langsung mengikutinya. Menunggu di balik dinding luar toilet restoran. Dia mendengar Ellena memuntahkan makanannya.
"Sudah enakan? Perlu kuantar ke dokter?" Merangkul bahu Ellena dan membawanya duduk.
"No vic. I'm okay. Biasa seperti ini. Makanlah dulu. Setelah itu kita pulang." Ajak Ellena, karena selera makannya langsung hilang.
"Aku udah selesai. Kita pulang aja." Victor lebih khawatir ke Ellena daripada dirinya sendiri. Membawa Ellena masuk ke mobil lalu melajukan kendaraannya menuju rumah Ellena.
Victor mengantar Ellena masuk rumah. Untuk pertama kalinya dia bertemu keluarga Ellena. Mama melihat Ellena dipapah oleh seseorang langsung panik. Takut jika Ellena sakit.
"Kenapa sayang? Ayo istirahat. Mau minum madu dulu? Atau vitamin?
Ohh maaf nak, saya sampai gak sopan gini. Silahkan duduk dulu." Mempersilahkan Victor duduk. Papa menemani Victor di ruang tamu.
Mama bertanya pada Ellena. "Siapa dia sayang?"
"Teman Ellen ma. Klien resort Lombok yang Ellen tangani kemarin. Bantuin Ellen waktu di Lombok juga. Yang bawa Ellen ke rumah sakit, pria yang Ellen ceritakan. Just a friend." Jawabnya dengan tegas. Karena enggan mamanya berharap lebih.
"Ou. Berarti tahu keadaanmu?" Mama penasaran. Karena Victor terlihat peduli ke Ellena.
"Yes and no. Tahu Ellen hamil. Hanya itu. Gak lebih mam." Ellena langsung masuk kamar mandi. Gerah rasanya.
"Ya udah, kamu terus istirahat. Minum vitamin sayang. Mama turun dulu." Menutup pintu kamar anaknya. Langsung bergegas turun untuk mencari tahu siapa pria yang bersama anaknya barusan.
Ellena tahu kalau Victor menyukai nya. Dia menghargai itu, tapi sekarang dia gak bisa memberikan balasan lebih dari teman. Ellena belum berpikir untuk menjalin hubungan. Apalagi kondisinya sedang hamil.
Tiiingg Ada pesan masuk dari Victor
"Aku pulang dulu. Kamu gak usah turun. Minum vitaminmu. Besok pagi aku jemput. Tante om udah ok. Kalau badanmu masih gak enak, gak usah masuk kerja. Itu yang paling penting!"
Kenapa mama papa langsung menyetujui Victor, mereka baru bertemu sekali. Ellena sampai tidak bisa memikirkan alasan apa yang Vic bicarakan pada orangtuanya. Perkataan apa yang membuat Papa luluh.
Ellena heran. Lalu mengetik balasan buat Victor.
"Okay. Hati-hati."
Terimakasih sudah mampir
Jangan lupa Vote bintangnya 😊