RELATIONSICK ✔ (REVISI)

By zedha_

23.8K 1.1K 336

Akira, perempuan tomboy anggota geng, jagoan tawuran, sekaligus pacar dari ketua gengnya, dijebak sampai dike... More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Halo Readers
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima (End)
Hai!

Dua Puluh Satu

510 24 0
By zedha_

AKIRA'S POV

Aku bergegas ke UKS, mau melihat keadaan Gaza. Aku berlajan di koridor dengan malas. Sendalku kugesekkan dengan lantai. Aku putus asa dengan hubunganku dan Yudha yg sudah berada di ujung jurang, dan mungkin itu juga akan terjadi dengan Gaza.

Aku masih gak mengerti, kenapa sih, Yudha sampai harus mukul Gaza? Aku tau dia marah, aku tau aku salah, tapi, kenapa dia harus pakai kekerasan? Padahal ini kan pesantren, bisa-bisanya dia barbar kayak gitu.

Aku tersadar dari semua pikiranku ketika sampai di depan pintu UKS. Aku masuk ke dalam. Mataku langsung terfokus pada seseorang yg sedang kucari, ia berbaring di salah satu ranjang, tangannya mengompres wajahnya yg tadi terkena pukulan.

"Maaf" ucapku sambil menunduk, tak sanggup melihatnya. Hey, dia gak salah apa-apa lho, tiba-tiba dipukuli kayak gini. Aku merasa bersalah, aku takut menatapnya.

"Bukan kamu yg salah," ucapnya santai, tapi aku tau dia pasti ngomong sambil menahan rasa sakit karena rahangnya terkena pukulan cukup keras tadi.

Aku sedikit tersenyum, dia tidak marah rupanya.

Gaza menatapku, "Lebih baik kita gak ketemu dulu, Yudha mungkin masih kesal sekarang," ucapnya mantap.

Aku kaget. Sebentar, dia gak mau ketemu aku lagi? Karena apa?

Aku baru ingin bertanya, tetapi saat baru membuka mulut, salah seorang santri masuk ke UKS untuk memberitahu bahwa aku dipanggil ke ruang BK.

Sial.

Dengan terpaksa aku meninggalkan Gaza dan pergi ke ruang BK.

Aku mengumpat sepanjang jalan, kalau tidak gara-gara sialan yg memanggilku ke ruang BK, pasti aku bisa menyelesaikan pembicaraanku dengan Gaza.

Begitu sampai di ruang BK, aku melihat Yudha tengah dimarahi oleh Ustadzah Ila. Jujur, aku masih malas dengan Yudha, mengingat kelakuan dia tadi. Tapi melihat dia diomeli seperti ini, bikin aku gak tega.

Ustadzah Ila yg menyadari keberadaanku mempersilakanku duduk di sebelah Yudha.

"Salsa, kamu kan ada di tempat kejadian, kamu tau tidak, kenapa Yudha sampai mukul Kak Gaza?" tanya Ustadzah Ila.

Aku terdiam sejenak lalu melirik ke arah Yudha. Yudha menunduk, tak mau menatapku. Aku menusuk-nusuk punggung tangannya yg berada di bawah meja yg mana luput dari pengelihatan Ustadzah Ila dengan jariku. Dia tak bergeming. Dia hanya, diam, dan malah memindahkan tangannya ke atas meja. Semuak itukah dia sama aku? Sumpah, sakit sekali.

Aku bernapas sebentar, "Maaf Ustadzah, ini semua salah sa"

"Dia gak tau apa-apa, Bu," ucap Yudha menyela omonganku. "Saya emang gak suka liat si Gaza itu dari awal," lanjutnya.

Aku memasang wajah kaget, Yudha emang gak ada otak. Ngapain dia ngomong kayak gitu? Bisa-bisa dia dihukum berat, atau bahkan di skors. Kenapa sih dia gak bisa pikirin dikit aja apa yg dia mau omongin? Kenapa harus se-enggak-ada akhlak ini?

"Bener, Salsa?" ucap Ustadzah Ila.

Baru saja aku mau menjelaskan, Yudha sudah duluan menjawab, "Bener, Bu. Saya yg bermasalah, gak usah bawa Salsa. Biarin dia balik ke asrama buat istirahat aja, gak bisa, Bu?"

"Saya gak tanya kamu!" balas Ustadzah Ila, "Kira, jawab. Ada apa sebenarnya?" lanjut beliau bertanya padaku.

Aku kembali melirik Yudha, dia menggeleng sedikit, tanda kalau aku gak boleh cerita jujur.

"Saya gak tau apa-apa Ustadzah, Yudha tiba-tiba aja dateng mukul Kak Gaza," jelasku. Aku gak berbohong, kejadiannya memang seperti itu. Hanya saja, sebenarnya aku tau kenapa Yudha sampai mukul Gaza.

Ustadzah Ila yg telah puas menanyaiku pun menyuruhku pergi dari ruangannya.

"Sakit, Salsa." ucap Yudha pelan sekali tetapi masih bisa kudengar.

Aku yg baru saja ingin bangun dari duduk terdiam sebentar, mencerna kalimat yg barusan kudengar. Sakit? Yudha kesakitan? Bukannya dia yg memukul Gaza? Aturannya Gaza yg merasakan sakit, bukan dia.

Aku memutuskan untuk tak perduli dengan omongan Yudha tadi, dan memilih pamit kepada Ustadzah Ila.

Aku berjalan kembali ke UKS. Pembicaraanku dengan Gaza belum selesai. Apa maksud dari kalimat 'tidak ketemu dulu?'-nya itu? Apa kita cuma break sebentar? Atau kita selesai?

Tolong, Gaza, cukup Yudha yg membuatku patah hari ini, aku mohon, kamu jangan.

*****

Aku memutuskan kembali ke asrama setelah satu jam berkeliling mencari Gaza. Entah dia pergi kemana untuk menghindariku sampai aku gak bisa menemukannya dimanapun di pesantren ini.

"Kenapa mukanya ditekuk gitu?"

Aku langsung memeluk Imah. Entah, aku rasanya lelah sekali, dan memeluk Imah membantu meringankan lelahku.

"Ra, kenapa?" ucap Imah khawatir.

Aku tak menjawab, aku malah menangis sesenggukan di bahu Imah. Tolong ya, Akira gak begini. Akira bukan orang yg nangisan gini. Aku gak ngerti juga kenapa aku malah jadi lemah gini.

Aku mengeratkan pelukanku pada Imah. Menyamankan posisiku, dan menangis lebih dalam. Imah mengusap punggungku, itu membuatku merasa lebih tenang.

"Gak apa-apa, Ra, nangis aja, keluarin aja," katanya.

Mendengar ucapannya, entah kenapa tangisanku semakin kencang. Aku menagis keras sekali. Aku semakin menenggelamkan wajahku dibahu Imah. Aku ingin berhenti menangis, tapi tangisanku malah semakin keras.

Cukup lama posisi kami seperti ini. Setelah puas menangis, aku melepas pelukan kami. Aku mengelap sisa air mataku menggunakan lengan bajuku.

"Ra, jangan bilang, Yudha tau soal kamu dan Gaza?" telisik Imah.

Aku menarik napas panjang, berusaha mengontrol emosiku. Aku gak mau nangis lagi. "Yudha mukul Gaza, gara-gara dia tau Gaza ngajak gue nikah," jawabku.

Aku mengacak rambutku, "Yudha kecewa sama gue. Dan Gaza, dari tadi gue cari dia buat ngomongin ini, tapi gak ketemu. Dia pasti udah gak mau liat gue." Aku menatap Imah frustrasi, "Gue harus gimana, Imah?" tanyaku.

"Sudah aku peringatkan dari awal, kamunya iya iya aja, sih." balas Imah enteng.

Aku semakin tak punya harapan.

"Sekarang tenangin diri kamu dulu deh, nanti baru ngajak mereka ngomong baik-baik." ujar Imah sambil menepuk pundakku. Aku mengangguk pelan.

*****

AUTHOR'S POV

Yudha berjalan di koridor dengan memasang ekspresi marah. Ia marah dengan Kira, ia marah dengan Gaza, tetapi ia juga marah dengan dirinya yg meninggalkan Kira sehigga Kira didekati oleh Gaza.

"Yudha!" ucap seseorang dengan suara sedikit keras.

Yudha menghentikan langkahnya, ia tahu betul siapa yg memanggilnya. Kedua tangannya mengepal, bersiap untuk kembali melayangkan pukulan.

"Saya minta maaf," ucap Gaza setelah sampai di samping Yudha.

"Gua gak butuh permintaan maaf lu!" Yudha lalu mendorong Gaza sampai punggung Gaza mengenai salah satu tiang koridor.

Gaza meringis karena benturan punggungnya dengan tiang cukup keras.

Yudha menarik kerah baju Gaza, "Jauhin Salsa!" ucapnya penuh penekanan. Tatapannya berdarah, seperti ingin mematahkan leher Gaza saat ini juga.

"Kenapa kamu egois sekali?" ucap Gaza tetap tenang, "Bukannya kamu yg ninggalin dia duluan? Sekarang kamu gak tau malu datang lagi kayak gak terjadi apa-apa!" lanjutnya lalu tersenyum kecut.

Ternyata Gaza sama saja dengan Yudha jika berurusan dengan apa yg ia inginkan. Ia tak mau kalah. Ia tak akan semudah itu melepaskan Kira.

Yudha kembali mendorong Gaza sehingga lagi-lagi Gaza meringis karena punggungnya berbenturan dengan tiang. "Lu gak tau apa-apa!" ucap Yudha lalu melepaskan kerah baju Gaza.

"Terserah kamu mau ngomong apa, saya cuma ngasih tau fakta aja, biar kamu sadar." ucap Gaza sembari merapikan bajunya yg agak lecek karena tarikan tadi.

Yudha menatap Gaza dengan tatapan benci, lalu pergi.

-------------------------ZedHa-----------------------

Hai!

Stay safe guys! Jangan begadang ya, jaga kesehatan. Aku ngomong gini padahal aku nge-publish ini jam setengah 2 pagi wkwkwk.

Semoga Bumi segera pulih dari corona virus. Dan kamu, cepat pulih dari sakit menahan rindu karena tak kunjung ada temu.

See ya!

Continue Reading

You'll Also Like

402K 31.3K 42
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...
1.8M 189K 51
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...
562K 15.8K 49
Kata orang jadi anak bungsu itu enak, jadi anak bungsu itu menyenangkan. Anak bungsu di manjain, di prioritas kan, dia sayang, bahkan di ratukan oleh...
16.1K 2.2K 34
nama dia adalah annethia viola Lewis, seorang dokter bedah umum dari universitas rumah sakit terkenal. seorang gadis yang memiliki sejuta keindahan k...