Kitab mimpi pesantren [on goi...

By Tengku-Alma

15.1K 2.2K 176

(Proses Revisi tapi ngalem. 😊) Ketika dia pertama kali masuk pesantren, rasa ingin kembali pulang kadang mu... More

1.Bismillah dulu biar alhamdulillah
2.Shaff persahabatan.
3.Tak kenal maka taaruf
3.Tak Kenal Maka Taaruf 2
4.Fatahillah
5.Rival di Maulid Nabi
6.Peringatan المولد النبوي
7.Keputusan Akhir
8.Kenapa harus Dia..?
9.Pengadilan Pesantren
10.Nasi Goreng Sahabat
11.Arti Sahabat.
12.Pertemuan singkat dan ikatan
13.Devinisi Adam
14.Tetes Embun Bunga yang terjatuh
15.Setelah kesulitan ada kemudahan.
16.Maaf Princes
17.Kitab Mimpi Pesantren
18.Janji Mimpi Sahabat
19.Perjalanan Pelajaran
20.PORSENI 1: Ini Adalah Awal
21.Porseni 2: Semangat Menyapa
22.Porseni 3: Di Sebuah Harapan
23.Porseni 4: Awal Kemenagan
24.Akhir perjalanan
25.Menuju pulang.
26.Kampung Halaman
27.Cinta tak terkira.
29.Problema Dakwah Mujahid
30.Kenagan Aqila
31.Antara Cinta dan Luka.
32. Cinta dan Cita
33.Bertemu dan berpisah karena Allah
34.Rabiah Al-adawiyah
35.Rabi'ah kisah di kala senja.
36.Keluarga baru
37.Semua berbalas
38.Semua bersama sahabat.
39.Indah pada waktunya
40.Melarang cinta.
41.Nafas Terakhir
PROLOG
42.Doaku dalam tidurmu

28.Dinamika Cinta Pasar.

207 16 14
By Tengku-Alma

Hari ini Adam coba membantu Mamanya di pasar tradisional, pagi buta sekali Adam pergi ke pasar naik angkot dengan Mamanya, sedang Kak Farhan naik motor, biasanya Mamanya pergi dengan Kak Farhan, tapi kali ini karena Adam ikut, maka mereka memutuskan untuk naik angkot bersama dengan pedagang lainnya.

Sesampainya di sana sudah banyak pedagang yang menyiapkan barang dagangnnya masing-masing di kiosnya, hari masih gelap, mungkin baru jam 04.00, masih terasa dingin Adam mengenakan jaket hijaunya agar suhu dingin tidak langsung bersentuhan dengan kulitnya, ia juga harus sholat subuh di musholla yg ada di dekat pasar.

Setelah membuka gudang dan membawa seluruh karung dan keranjang berisi sayuran, Adam membereskan dan menata semua di kios sayur Mamanya.

Sudah terasa suasana mulai meramai perlahan, kehidupan para pedagang mengisi kios-kiosnya, kini suara teriakan-teriakan menjajakan barang jualannya itu mulai terdengar peka di telinga Adam.

Pembeli berdatangan di subuh buta ini, membawa keranjang belanjaan, kebanyakan ibu-ibu pemilik warung yang menyebar di setiap sudut kampung, kadang mereka membawa daftar belanjaan yang sebagian juga barang titipan dari konsumen warungnya, atau hanya sebagai santapan pribadi di rumahnya, ya intinya beragam kebutuhan yang mereka lakukan.

Oh iya Kak Farhan juga berjualan, tapi ia bukan jualan sayur melainkan berjualan Ayam potong di samping kios Ibunya, Adam juga baru tau,
"pantas saja kemarin tidak ada"pikir Adam rupanya kakanya menurunkan Ayam sore itu, kandang Ayamnyapun tidak jauh dari belakang rumahnya tapi masih terpaut jarak.

Hari mulai terang, setelah selesai sholat subuh, Adam mulai membantu ektra Mamanya, celemek telah terpasang di tubuh Adam, ia bersiap melayami pembeli, pelanggan mulai berdatangan dengan ocehan tawaran ala khas ibu-ibu, bibir mereka begitu lancar memacu tawaran-tawaran di setiap pedagang yang kian memfokuskan pandangan Adam untuk memerhatikan hasil dari negosiasinya.

Ia juga menerima pelanggan ibu-ibu dengan celetuk latah dari mulutnya yang kental dengan gincu merah, apalagi bahasa kotor yang tidak sengaja ia ucap, bukan istigfar Adam malah menambah keras tawanya, Mamanya juga bilang kalau nama Ibu itu bu Romlah yang selalu jadi langganan Mamanya, perangainya memang lucu malah ia bercerita tentang cucunya yang baru di sunat.

"Cucu saya kemarin di sunat sama layer"

Mendegar perkataan Bu Romlah yang tak logis Mama hanya bengong menatap Bu Romlah.

Hingga Mama tertawa sendiri dan memahami maksud dari perkataan Bu Romlah yang salah sasaran.

"Buka layer bu mungkin maksudnya laser"

"Oh iya itu, aduh saya lupa, gini kalau sudah tua"
Sembari menepak keningnnya.

Layer adalah makanan ikan, tapi yang ia maksud adalah laser, Mendengar itu Mama sampai terpingal-pingal tertawa.

Ibu-ibu yang yang datang ke kedai sayur Mamanya, membicarakan Adam, alasannya karena wajah Adam yang Tampan, banyak pujian-pujian yang terlontar dalam bahasa sunda.

"Gusti meni kasep budak(Gusti, ganteng sekali anak ini)"

Dan sampai ada yang bertanya.

"Budak saha ie nyi, meni kasep(Anak siapa ini de, ganteng banget)"
Tanya ibu itu penasaran pada Mama.

"Anak tatanga(Anak tetangga)"
Jawab Mamanya bercanda.

"Budak abi atuh(Anak akulah)"
Lanjut ibu menerangkan.

"Suganteh Farhan hungkul budakteh, ie mah meni kasep(kirain cuman Farhan anakmu, inimah ganteng banget)"

Adam yang mendengar itu hanya merapatkan bibirnya melihat ibu itu.

Tiba-tiba saja tangannya menyasar pipi Adam, seperti melihat ada kegemasan di wajah Adam.

Malah banyak lagi bukan hanya itu, ada juga dengan serta merta menjodohkan Adam dengan Anaknya, ada yang menawarkan cucunya, dan menawarkan mama Adam agar besanan dengannya.

Ada seorang Ibu berpakaian syar'i dengan hijab hitam panjangnya dengan anak perempuan bergamis merah hati dengan jilbab tak kalah panjang dari ibunya datang ke kiosnya, mungkin anaknya sebaya dengan Adam.

"Itu anaknya?"
Ucap Ibu itu menatap Adam dengan tangan masih memilih tomat-tomat di depannya.

"Iya, Umi"
Jawab Mama singkat.

"Kok jarang kelihatan teh?"

"Iya dia Mondok"
Jawab Mama.

"Kasep"
Lirih ibu itu memuji dengan sudut bibir memebentuk senyum seraya melihat Adam.

Adam tersipu malu, untuk kali ini ia menahan senyumnya, tapi warna merah seraya menjulur ke seluruh permukaan wajahnya, menandakan rasa malu yang tak bisa ia bendung, alasan paling utama ia malu pada anak ibu itu, dia tepat di depan Adam, Adam masih menjaga pandangannya, pandangan Adam berkelebat kesana-kemari.

"Ini juga cantik banget, Mashaallah"
Puji Ibu dengan gemas menyasarkan tangannya pada dagu wanita itu.

Tak sengaja pandangan Adam bertautan dengannya melihat lekat wajah wanita itu, jujur Adam melihatnya cantik, kulitnya putih kemerah-merahan, dengan mata yang bening dan alis yang centik dan hidung bangir, ada potongan wajah ala timur tengah yang terlukis menawan, bagai sebuah bunga yang terlahir di padang arafah, story cinta menganalogi pada dua insan cinta dengan kisan romantisnya, pertemuan antara Rosululloh SAW dan Aisah Khumairah, entah kenapa debar jantung Adam terpompa cepat hatinya kian di liputi rasa yang tak menentu, terasa indah entah rasa apa, tapi ada rasa membuatnya tentram seketika.

"Wah kebetulan sekali nih!"
Ujar ibu agak menggoda dan sedikit mendebarkan suasana hati Adam.

"Anak saya juga Mondok"
Ia seraya menoleh ke kiri melihat anaknya. Ia tertunduk malu, rona merah kian mendesir naik di permukaan wajah indah itu, ia tak kalah malunya dengan Adam, matanya sekali-kali naik mengintip Adam.

Adam yang masih dalam posisi berdiri tegap berhadapan dengannya, dengan pandangan tertunduk ke arah sayur mayur di depan.

"Anak teteh siapa namanya?"
Tanya Ibu itu pada Mama Adam.

"Adam Fatahillah"
Jawab Mama seraya menoleh ke arah Adam.

"Nah Anak saya namanya Afifah Rumaisya"
Terang Ibu itu mengenalkan anaknya.

"Ngenalin nama, maksudnya apa?" pikir Adam.

"Cocok banget kalau kita nanti besanan"
Celetuk Mama dengan senyum menggoda Adam,
Mendengar itu membuat kedua bola mata Adam membulat kaget menatapa mamanya, dia diam mematung, bibir Adam begitu rapat, detak jantungnya tak tertahan meronta rasa seolah ingin mengungkap.

"Afifah juga mau kok, Ia kan Afifah" goda Ibunya pada Afifah.

Dia tersipu malu mendengar itu.

"Ih Umi apa-apaan sih"
Ucapnya protes denga rona merah menguak di sela pipinya.

"Tenang Bu, gak nyesal kalau punya menantu Adam, Adam ini cerdas, kemarin aja dia juara Cerdas-cermat se-kabupaten,

"Afifah juga gak kalah cerdas, kemarin juga juara satu bahasa Arab antar kota, iakan Afifah"
Dia hanya diam mendengar perkataan-perkataan yang sejak tadi terlontar pada Adam dan dia.

"Cocok nih jadi menantu"
Goda Mama Adam bertubi-tubi.

Adam berpikir Seolah-olah Mama dan ibu itu dengan ahlinya menawarkan dia dan Afifah bagai barang dagangan dengan memaparkan kelebihan baranganya masing-masing.

Entah kenapa pasar ini bagai biro jodoh untuk Adam dan wanita bernama Afifah hari itu.

"Cie.. cie.. Adam .. cie. .cie.. Adam"
Celetuk kak Farhan tak kalah menggoda Adam di samping kios ibunya.

"Wah pokoknya cocok banget nih teh, entar kita lanjut lagi"

Dia seraya memberikan kresek sayuran pada Mama untuk di timbang.

"Dam timbang"
Suruh Mamanya memeritah Adam menimbang dengan menyerahkan kresek berisi sayuran itu.

Adam melihat kiloan itu jarumnya menunjukan angka 1kg.

Ibu itu membuka dompet dan membayar dengan beberapa lembar uang.

Ketika Adam akan menyerahkannya.

Mamanya membuka kresek hitam itu dan menambah beberap sayuran ke dalamnya.

"Aduh makasih teh"
Ucap syukur ibu itu berterima kasih pada Mama.

"Gak papa kan udah langganan, sekarang masaknya harus banyak, kan ada Menantu"
Goda Mama sembari tersenyum pada Afidah.

Afifah terlihat cantik, dia menyunggingkan bibirnya yang kemerahan membalas Mama. na

Ketika Adam menyerahkan kresek hitam berisi sayuran itu.

"Afifah ambil"
Perintah ibu itu pada Afifah yang termangu diam.

Afifah mengambil kresek itu dari Adam, dengan menunduk dan malu-malu, karena menunduk tak sengaja tangannya menyentuh tangan Adam.

Seketika tak sengaja tatapan mereka saling bertemu. Tak terkira kira detak jantung itu terus naik sekian detiknya.

Lalu Afifah mengambil kresek itu dengan santai.

"Asalamualaikum"
Ucap ibu itu berpamitan.

"Waalaikumsalam"
Jawab mama.

"Calon menantu"
Ucapnya pelan melihat Adam seraya melangkah pergi.

Detik selanjutnya, Afifah merasa hatinya kian bergejolak tak menentu, ada rasa yang mulai bicara, memikirkan setiap detik kejadian tadi membuatnya senang, dengan sendirinya rasa itu membentuk siratan kebahagiaan di sudut bibirnya, ia tersenyum sendiri, dengan cepat ia menutup senyum itu dengan kedua telapak tangan, dengan tangan kanan masih memegang kresek

Adam membalikan tubuhnya dari Mama, agar Mama tak melihat ada senyum yang terlukis di wajahnya, apakah ini cinta yang benar-benar karena lillah, hatinya seolah rentan mendapat rasa suka, masih menebak rasa rindu yang membuatnya bingung bukan kepalang.

Mama menerawang Adam dari belakang, halisnya naik tanda mencurigai, lalu Mama dengan diam mendongakan kepalanya di samping Adam seraya melihat Adam yang senyum-senyum sendiri.

"Hayoo ketahuan senyum-senyum sendiri, ada yang love nih" goda Mama dengan alisnya terangkat.

"Ih apaan Mah, enggak kok"

"Emm ia deh, Oh iya Dam ibu itu namanya Umi Halimah, sering di panggil Umi, dia kalau ke pasar sering mampir ke kios ibu, orangnya baik, ramah, kalau beli gak pernah nego"
Terang Mama pada Adam.

"Pasti Afifah juga ya Dam!"
Goda Mama untuk ke sekian kalinya.

°°°

Adam melihat Umi dan bibinya datang menghampiri kiosnya, mereka berjalan gontai, Umi sudah tersenyum dari jauh, ruas giginya terlihat.

Makhluk ceria itu selalu membuat gelak tawa orang-orang di sekitarnya, ia begitu lucu dan polos, tapi bakat kulinernya bisa di acungi jempol, walau kedua matanya di tutup ia bisa tau bumbu dapur dengan sekali mengecap, atau menciumnya.

Mungkin suami Umi akan merasakan kebahagiaan,
karena Salah satu istri favorit sebagian lelaki, yaitu istri yang jago masak dan membuat para suami betah makan di rumah.

"Asalamualaikum tante"
Salam Umi dengan penuh semangat.

"Waalaikumsalam cantik"
Balas Mama dengan tersenyum ke arahnya.

"Oh iya, Umi bawa sesuatu buat Uu(tante), Aa Adam dan A Farhan"

"Apatuh Mi"
Umi membuka keranjang belanjaan, dan mencari sesuatu.

"Ini dia!"
seraya mengangkat kotak makam berwarna pink.

"Apaan tuh Mi?"
Tanya Adam.

"Ambil aja"
Jawab Umi seraya menyodorkan kotak makan itu pada Adam.

Adam mengambil kotak itu dari tangan Umi dan membuka tutupnya.

Rupanya di dalamnya Ada bolu brownies kacang, dengan cekatan Adam mengambil satu potong bolu dan melahapnya.

Adam merasakan kenikmatan lembut manis yang menjalar ke seluruh mulutnya, menikmati bolu buatan Umi, kalau ikut perlombaan Adam yakin Umi akan juara, merasakan rasa begitu legit ini tak bisa di tipu setiap indra pengecap.

"Enak banget Mi"
Adam dengan pupil mata membesar.

Mama juga mencomot satu potong bolu itu, dan merasakannya sendiri.

"Emmm, enak pisan Mi(enak banget Mi)"
Ucap Mama dengan penuh kenikmatan.

"Wah Ua(tante) juga kalah nih, sama masakan Umi"
Sambung Mama.

"Ah Ua(tante) bisa aja"
Umi tersipu malu mendengar pujian dari Mama.

"Masakan Abige eleh enakna sareng masakan Umi(Masakan aku juga kalah enaknya sama masakan Umi)"
Ujar Bibj di samping Umi.

"Ah mamah bisa aja, kalau bukan mama yang ngajarin Umi, Umi juga gak bakalan bisa"

"Umi juga banyak masakan yang belum Umi coba"
Terang Umi.

Tiba-tiba Kak Farhan datang dan mencomot 1 bolu dan menggigitnya, setelah merasakannya ia mengambil lagi 1.

"Doyan Apa lapar"

Goda Mama ke arah Kak Farhan.

"Dua, duanya"
Jawab Kak Farhan tanpa canggung.

Melihat Kak Farhan dengan mulut yang penuh oleh kue Bolu, membuat yang melihat tertawa.

Mereka tertawa melihat Kak Farhan.

"Farhan, Farhan"
Mama dengan menggeleng-geleng kepalanya.

Continue Reading

You'll Also Like

173K 9.7K 24
Kisah seorang Andrea si bodyguard tampan tapi Manis yang selalu menarik perhatian tuannya . "Tidak ada yang aneh, hanya saja kamu terlihat menarik di...
1M 94.4K 34
Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah...
648K 37.8K 31
Aku, Neta Fiama, seorang mahasiswi semester akhir dengan jurusan Bimbingan Konseling yang sedang menunggu waktu wisuda. Mimpi dan harapan sudah di de...
1M 73.5K 56
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...