~Ketika kau tak ingin bangun dari mimpimu yang terlihat lebih indah dari pada saat membuka mata~
-
-
🐰🐰🐰
Pletak...
Reza menjitak dahi Zahra pelan untuk menyadarkan gadis itu dari keterkejutan nya.
"Shh..."
Ringis Zahra langsung tersadar. Memalingkan wajahnya kearah lapangan futsal didepannya. Barulah Zahra sadar jika permainan futsal yang tadi ia tonton telah usai. Melayang kemana saja pikirannya tadi?
Zahra merutuki kebodohannya didalam hati. Wajahnya memerah menahan malu. Tiba-tiba botol air mineral yang ada ditangannya diambil tanpa izin darinya. Membuat Zahra menoleh pada si pelaku.
Yang diperhatikan malah hanya menampilkan cengiran di wajahnya yang mampu melelehkan hati kaum hawa. Terutama Zahra.
Reza menenggak air itu hingga tandas setengah. Memang bermain futsal menyita banyak energi. Terlihat jelas dari tubuh Reza yang dihiasi keringat.
"Mau ngomong nih,boleh nggak?" Reza membuka pembicaraan sembari mengembalikan botol minum Zahra.
"Hmm.." Zahra hanya mampu berdehem menanggapinya. Karena jujur detak jantungnya masih saja belum normal saat ini. Jika mengeluarkan suara,takutnya malah gemetaran,tak ingin terlihat salah tingkah Zahra pun main aman saja dengan tidak berbicara.
"Bener boleh kan?"tanya Reza sekali lagi guna memastikan jawaban Zahra.
"Boleh kok ka.."belum sempat Zahra selesai berbicara,Reza sudah memotong omongannya.
"Aku suka kamu," tiga kata yang keluar dari mulut Reza itu mampu membuat tubuh Zahra menegang seketika. Jantungnya terasa seperti akan melompat dari tempat semestinya. Degupannya semakin cepat bahkan membuat Zahra merasakan sakit di dada bagian kirinya.
"Hah?"beo Zahra tanpa sadar.
Semakin lama suasana jadi semakin canggung karena Reza masih membisu. Zahra bingung harus mengatakan apa. Lidahnya bahkan kelu untuk sekedar mengucap.
Reza menghela nafas sebelum melanjutkan perkataannya.
"Asal kamu tau,sebenernya aku nggak cinta sama Aleta. Dia butuh bantuan makanya aku bantuin dia. Aku harap kamu percaya sama apa yang aku bilang barusan. I just love you, Ra. Ini bukan omong kosong,"jelas Reza panjang lebar dengan suara lembut namun tegas,dan kedua tangannya yang entah sejak kapan sudah menggenggam tangan Zahra.
Ketika sadar Zahra langsung menarik tangannya,ini tidak benar. Tidak seharusnya ia duduk berdekatan dengan Reza seperti ini.
Entah mengapa Zahra bisa mendengar nada menyesal serta jenuh pada penuturan Reza barusan. Ia ingin percaya tapi juga masih bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Rumit sekali,pikirnya.
Ketika akan membuka mulut untuk menjawab penuturan cinta Reza padanya,saat itulah Zahra mendengar teriakan Bundanya. Memanggil-manggil namanya,menyuruhnya bangun.
Apa?bangun? Itu artinya semua yang terjadi tadi tidak nyata?
Zahra kecewa,sangat.
Saat membuka matanya,disitulah Zahra sadar bahwa ia benar-benar hanya sedang bermimpi. Ia sedih menyadari hal-hal yang terjadi sebelumnya hanyalah mimpi belaka. Jika Zahra tau itu hanya mimpi,ia tak akan bangun dari tidurnya.
Tapi kenapa Zahra merasa mimpinya tadi terasa seperti benar-benar nyata. Ia menyudahi pemikiran tentang mimpinya.
Melihat jam di atas nakas yang menunjukkan hampir pukul lima pagi. Syukurlah ia belum terlambat untuk shalat subuh tepat waktu.
Ia beranjak dari tempat tidur lalu membuka pintu kamarnya dan tersenyum kepada Bunda yang telah membangunkannya.
"Iya Zahra udah bangun,Bun,"ucapnya tersenyum dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.
Setelahnya,ia langsung mandi lalu shalat subuh.
🐰🐰🐰
Sebelum melakukan aktivitas,sarapan adalah suatu hal yang wajib dilakukan di keluarga Zahra. Melewatkan sarapan pagi tidak baik bagi kesehatan. Terlebih lagi jangan lupakan jika Zahra didiagnosis menderita sakit maag.
Yang jika sudah kambuh,untuk bergerak pun sulit rasanya. Sangat menyiksa. Oleh karena itu pola makan Zahra benar-benar dikontrol oleh kedua orangtuanya dan juga kakaknya. Bahkan Zahra selalu membawa obat pereda nyeri kemanapun ia pergi,termasuk saat ke sekolah.
Maka dari itu Zahra tidak terbiasa melewatkan waktu makannya. Malah iya termasuk banyak makan.
Apalagi mengingat makanan Indonesia sangat beragam,mulai dari makanan ringan hingga berat. Dan pastinya lezat-lezat rasanya.
Hufftt.. jadi laper hehe
🐰🐰🐰
"Eh udah denger belum? Katanya ada murid baru di kelas kita,"tutur Dila yang memang paling update diantara mereka bertiga.
"Serius?"tanya Zahra dengan alis terangkat.
"Iya. Gue denger dari si Indah tadi,kalo ga percaya tanya aja sendiri,tu orangnya,"jawab Dila menunjuk kearah Indah yang duduk di kursi paling depan lorong pertama.
"Oy Indahh,emang bener bakal ada anak baru di kelas kita yah?"tanya Nanda dengan suara kencang.
"Iya,tadi Madam yang ngasih tau. Mesenin supaya jangan galak-galak sama tu anak ntar,"ujar Indah sambil terkekeh lalu kembali mencatat materi yang belum dicatatnya. You know lah salah satu tugas sekretaris itu mencatat di papan tulis. So,Indah memang diharuskan untuk mencatat dua kali. Dipapan tulis lalu di buku catatan nya sendiri.
"Oo thanks infonya,"kata Zahra yang di hadiahi jempol plus senyuman dari sekretaris kelas mereka.
"Tu denger sendiri kan,"bangga Dila sambil menyunggingkan senyum nya.
"Iya-iya,"kompak keduanya.
"Eh kira-kira cewek atau cowok ya?"tanya Nanda mengusap-usap dagu nya.
"Tanya si Indah aja lagi,gatau gue,"usul Dila.
"Kayanya gausah deh,lagi nyatet di gangguin mulu dianya,"cegah Zahra yang memang mengetahui jika teman sekelasnya itu sedang fokus dan terburu-buru karena bel akan berbunyi tak lama lagi.
"Haha iya juga,ntar ngamuk,"balas Dila dengan suara pelan.
Tak lama bel tanda akan di mulainya apel pagi pun berbunyi. Semua siswa bergegas ke lapangan sebelum dihadiahi tongkat keramat dari pak Taa yang mendatangi setiap kelas untuk melihat apa ada siswa yang sengaja bolos apel.
Hari ini,seperti biasa,berdiri di shaf terdepan dengan pandangan mencuri-curi ke hadapan. This is rutinitas Zahra.
"Inget dosa,Ra," batin Zahra dengan kepala tertunduk begitupun dengan pandangannya.
Jika ditanya kenapa tidak pindah ke belakang saja? Jawabannya ya karena Zahra memang sukanya berada di barisan paling depan jika ada baris-berbaris seperti ini.
🐰🐰🐰
Bel berbunyi lagi menandakan kegiatan belajar mengajar akan dimulai sebentar lagi.
Tak lama Madam Siska selaku wali kelas masuk ke dalam kelas XI IPA 1 diikuti murid pindahan yang di perbincangkan pagi tadi.
Ternyata dia seorang perempuan dan what the hell!. Dia itu adalah perempuan yang bergabung dengan Zahra dan kedua sahabatnya di cafe kemarin malam.
"Ayla?!"beo Zahra,Dila,dan Nanda di dalam hati masing-masing.
"Assalamu'alaikum,good morning all,"
"Wa'alaikumussalam,good morning,Madam,"
"Today kita kedatangan murid baru. And you have new friend now. Silahkan perkenalkan diri kamu,"ujar Madam Siska menyediakan waktu dan tempat kepada siswi barunya.
"Hai semua. Nama gue Ayla Ell, pindahan dari Jakarta. Semoga kita bisa jadi temen baik,"sapa Ayla dengan ceria.
Dan semua pun bersorak menyambut kedatangan siswi baru itu terutama para laki-laki,jelas saja karena Ayla memang cantik. Cantik sekali malah.
"Dia Alya yang tadi malem kan ya?"tanya Zahra memundurkan kepalanya agar Dila dan Nanda yang berada tepat di belakangnya mendengar apa yang ia katakan.
"Iyaa bener,"
"Ga nyangka sih. Lagian gaada nanya-nanya soal sekolah juga kameren,"
Begitulah respon ketiganya yang memang sama-sama terkejut.
"Saya harap kalian bisa akrab. Dan kamu Ayla,duduk di samping Zahra. Zahra angkat tangan,"ujar Madam Siska menyudahi sorak-sorai yang lama-kelamaan semakin riuh dengan pertanyaan-pertanyaan modus kaum Adam.
Seperti,"udah punya pacar?",
"rumahnya dimana?",
"boleh minta nomer hp,?", dan lain sebagainya.
Ayla tersenyum senang saat mengetahui ia satu meja dengan teman barunya tadi malam. Memang Zahra duduk sendiri selama ini. Alasannya karena sedikit orang yang suka duduk di depan,apalagi tepat di depan meja guru seperti yang disukai Zahra.
Lagipula itu sekolah swasta yang tidak menetapkan peraturan bahwa barisan depan harus dipenuhi terlebih dahulu. Masalah tempat duduk,siswanya sendiri yang mengatur.
"Haii.. ketemu lagii,seneng banget deh,"sapa Ayla riang kepada Zahra dan kedua teman barunya juga di belakang mereka. Tentunya dengan suara pelan.
Semakin hari mereka berempat semakin dekat dan akrab. Karena memang kepribadian Ayla yang friendly mudah mendapatkan teman.
Mungkin dalam persahabatan Zahra akan bertambah satu orang sebentar lagi.