Turunnya hujan dengan suara rintihan dan jeritan kesakitan seorang wanita membuat suasana terkesan dramatis. Wanita itu terus berteriak kesakitan disetiap tubuhnya yang bergoresan dengan pisau kecil yang tajam oleh seorang laki-laki yang memakai hoodie hitam dengan tatapan tajamnya.
Laki-laki itu tertawa senang mendengar suara jeritan kesakitan yang dikeluarkan wanita yang disiksanya menggunakan pisau kecil dan tajam kesayangannya, setiap sayatan pisau tajam itu kepada kulit wanita itu membuat sang wanita terus menjerit dan menangis membuat laki-laki itu sangat senang mendengar suara itu.
Bau anyir darah yang keluar dari tubuh wanita yang terbaring lemas itu sangat menyengat diindra penciuman laki-laki itu, namun tidak membuat laki-laki itu merasa terganggu, justru laki-laki itu sangat membuatnya senang dengan baunya darah. Sialnya laki-laki psikopat itu bisa dibilang laki-laki yang sangat tampan bagaikan malaikat diluarnya, namun didalamnya terdapat iblis yang mengerikan.
"Akkkhhh!! Sakit!!.. hentikan!! Aaaaggghh!!" Jerit wanita itu menangis histeris dan terbaring lemah saat pisau tajam itu menggores setiap tubuhnya.
"Teruslah menjerit sayang. Itu sangat indah untuk aku dengar". Ucap laki-laki itu dengan suara bariton menyayat wajah wanita cantik itu dengan pisau kesayangannya.
"Hentikan!! Sakit hiks... Aaagghh dasar iblis!!"
"Kau benar sayang, aku iblis dan iblis ini akan mencabut nyawamu." Laki-laki itu tertawa senang melihat korbanya terus merintih kesakitan akibat ulahnya.
"Sakit!! Hiks.. kumohon hentikan!! Apa salahku!! Aku tidak mengenalmu!!" Teriak wanita itu saat pisau tajam itu menggores perut ratanya dan lagi-lagi keluar cairan kental berwarna merah pekat itu.
"Kau tidak salah apa-apa honey. Dan aku juga tidak mengenalmu. Aku hanya ingin kesanangan saja untuk membuatmu mengeluarkan suara jeritan indah itu." Laki-laki itu menyeringai iblis.
"Dasar brengsek!! Kau tidak pantas berada didunia ini sialan!!" Wanita itu berteriak membuat laki-laki itu tertawa senang.
"Buktinya aku ada dunia ini."
"Aaaaaggghh!! Sakit hentikan!!" Jerit wanita itu lagi saat pisau menyayatnya terus menerus.
Laki-laki itu mengukir perut wanita itu dengan pisau tajamnya dan ditekan hingga robek dalam disetiap kata yang dia ukir diperut wanita itu hingga darah terus keluar bersamaan dengan hujan yang mengguyur mereka. Laki-laki itu mengukir setiap huruf dengan kapital bertuliskan 'M A T I' .
"Aaagghh... Hentikan!! Hiks.. hiks.. sakit!! Hentikan!!"
"Yah terus lah menjerit." Laki-laki itu tersenyum bahagia saat suara korbannya yang menderita karenanya.
Beberapa saat wanita itu terlihat sangat mengenaskan dimata laki-laki itu, tapi laki-laki itu sangat senang dengan karya yang dilakukan kepada wanita itu hingga bampir mati karena kehilangan banyaknya darah yang sudah tercampur dengan air hujan.
"Ck! Dasar lemah! Jangan mati dulu, aku masih ingin bersenang-senang." Ucap laki-laki itu yang menatap wanita didepanya hampir mati.
"Lebih baik kau langsung saja bunuh aku sialan!! Jangan menyiksaku!!" Ucap wanita itu lirih karena kesadaranya hampir hilang.
"Ck! Lemah."
Jleb
"Aggghhhh!!" Wanita itu menjerit saat pisau itu menusuk dadanya hingga mengenai jantungnya, detik itu juga wanita itu langsung memejamkan matanya dan mati ditangan laki-laki itu dengan mengenaskan.
Tubuh wanita itu penuh dengan sayatan dan darahnya akibat yang dilakukan laki-laki itu. Laki-laki itu tersenyum senang melihat korbanya mati mengenaskan ditanganya dan sangat senang melihat hasil karyanya yang ditubuh wanita malang itu.
Dertt.. Dertt..
Tiba ponsel laki-laki itu berbunyi disakunya dan laki-laki itu mengambil ponselnya yang berdering menandakan ada panggilan, saat dilihat tertera nama Albert dilayarnya, dianggat panggilan itu dan didekatkan ke telinganya.
Panggilan
"Cepat datang keclub, aku sudah lama menunggumu!! Apa kau membunuh orang lagi? Cepatlah kesini!!" Celoteh cowok bernama Albert itu tanpa ada titik diuacapanya mebuat laki-laki yang ditelfonnya malas.
"Aku akan ke sana." Ucap laki-laki dingin itu langsung mematikan ponselnya dan memasukkan kembali disakunya.
Laki-laki itu menatap sebentar korbannya yang sudah tidak bernyawa dengan senyuman miringnya lalu laki-laki itu pergi meninggalkan mayat wanita itu digang sepi itu.
Laki-laki itu tidak takut bila tertangkap polisi, karena polisi tidak akan bisa menemukan bukti-buktinya, laki-laki itu sangat pintar untuk mengatur semua ini dan melakukan tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
***
Seorang gadis cantik nan polos dengan bulu mata lentik serta hidung yang tidak begitu mancung dan bibir berwarna merah mudah alami terlihat sempurna diamata orang-orang, gadis itu berumur 18 tahun.
Gadis cantik itu menyiapkan barang-barang yang akan digunakan untuk berangkat kesekolah barunya besok, selepas pulang dari kejanya ditoko bunga milik orang tua sahabatnya yang selalu membantunya.
Gadis cantik itu bernama Riri Aghatasya, dirinya hanya sendirian tinggal dirumahnya yang sederhana itu, orang tua Riri sudah meninggal sejak berumur 12 tahun karena kecelakaan hebat yang mengakibatkan orang tua Riri meninggal ditempat.
Dari situ Riri diasuh tetangganya dan menganggap Riri sebagai anaknya sendiri, hingga Riri tubuh dewasa berumur 15 tahun Riri memilih berkerja sebagai karyawan ditoko bunga milik orang tua sahabatnya semenjak SMP, Riri juga memilih tinggal sendiri dirumah mendiang orang tuanya.
"Ri, kau serius disekolah baru itu?" Tanya Dista sahabatnya itu dengan sedikit panik.
"Iya dis, memang kenapa?" Ucap Riri dengan tampang polosnya.
"Yaampun Riri sayang! Itu sekolah elit, bagaimana kalau kau dibully sama murid disana! Kau masuk disana melalui beasiswa. Aku takut kau dibully." Panik Dista kalau saja sahabatnya yang terlalu polos ini dibully disekolah barunya.
"Gak akan Dista! Udah Dista tenang aja!" Ucap Riri mencoba meyakinkan sahabatnya yang cerewet itu.
"Kau itu terlalu polos Riri sayang! Aku tidak mau kalau sahabat polos aku ini disakiti."
"Udah Dista, Riri enggak papa! Dista tenang aja."
"Ck! Awas ya, kalau kau kenapa-napa, Kalau ada apa-apa hubungi aku, mengerti?" Ucap Dista akhirnya pasarah.
"Iya iya cerewet banget!"
Mereka mempersiapkan seragam dan juga buku-buku yang akan digunakan besok saat mulai masuk kesekolah barunya Riri.
Keluarga Dista itu kaya, Papa Dista memiliki beberapa cabang Restaurant yang berkembang pesat, sedangkan Mama Dista memiliki toko bunga yang lumayan besar dan toko bunga itu tempat Riri berkerja sebagai karyawan disitu.
Setelah beberapa saat Riri dan Dista selesai menyiapkan perlengkapan barang-barang Riri untuk besok.
"Ri, kau besok harus hubungi aku kalau kau dibully, mengerti?" Peringatkan Dista tegas.
"Siap!! Tapi tidak merepotkan Dista kan?" Tanya Riri polos yang tidak enak juga dengan Dista karena sering merepotkan Dista itu.
Dista menghembuskan nafasnya kasar selalu saja Riri seperti itu, dirinya tidak akan merasa repot kalau menyangkut sahabatnya yang terlalu polos dan tidak tau apa-apa tentang dunia luar, maka dari itu Dista selalu saja menjaga Riri seperti Adiknya sendiri. Bagi Dista, Riri itu sahabat yang paling membuatnya bahagia dan sayang kepada Riri.
"Aku kan sudah bilang, aku tidak kerepotan kalau menyangkut kau! Kau itu sahabat aku yang paling aku sayangi, jadi aku takut kau kenapa-napa." Jelas Dista dengan tulus membaut Riri bahagia mendengarnya.
"Riri sayang sama Dista." Ucap Riri sedikit sedih dan memeluk dista.
"Aku juga sayang padamu!" Ucap Dista memebalas pelukan Riri.
"Ingat kau harus hubungi aku kalau ada yang menyakitimu mengerti? Biar aku kasih pelajaran orangnya."
"Siap Ibu negara." Ucap Riri sambil hormat dihadapan Dista membuat Dista gemas dengan sahabat polosnya itu.
To be continued...