“Keserakahan hanya akan membuatmu tidak memiliki apapun.”
°°°
Now playing
iKON – 너란 바람 따라 (Flower)
°°°
“Sun⸺”
Netra Donghyuck menatap sayu sebuah gantungan rajutan bunga matahari. Ia menggengamnya sedari tadi. Nyeri. Ada sakit yang menjangkit dadanya. Ia meringis pedih, seorang gadis bernama Kagerama Hana terlintas dalam benaknya. Ini sudah seminggu, setelah Hana mengetahui perempuan bernama Choonhee. Semua seperti baik-baik saja di antara Hana dan Donghyuck⸺saling menyapa, menyanyi bersama, makan bersama, membahas tugas bersama⸺namun, justru membuat Donghyuck semakin sesak.
“⸺Flower.”
Donghyuck masih ingat, tepat di bawah pohon sakura pada tanggal enam bulan Juni lalu. Sebuah senyuman cerah. Pipi semerah apel yang menghias wajah. Binar dari bola mata yang hanya ditujukan padanya. Segalanya melayang-layang dalam pikiran Donghyuck.
“미안해, 이 말도 없이. 널 다시 보기가. 내겐 너무 힘겨워서 그랬어. 웃으며 떠나보낸 널 지우지 못해서/Mianhae, imaldo eobsi. Neol dasi bogiga, naegen neomu himgyeowoseo geulaesseo. Useumyeo tteonabonaen neol jiuji moshaeseo/Penyesalan, kini itu tidak ada gunanya. Melihatmu lagi terasa berat, karena aku tidak bisa menghapus senyumanmu dari ingatanku.”
Donghyuck menengadah. Melihat pepohonan sakura yang berjejer di sepanjang pinggir trotoar. Pikirnya, tempat ini hampir sama dengan waktu itu. Bunga sakura itu⸺mereka seolah mencibir Donghyuck. Beberapa seolah bersedih dan tampak rapuh. Perlahan, satu persatu dari mereka terbawa oleh embusan angin.
“너란 꽃을 담아. 너란 바람 따라. 흘러 날아간다. 멀리 흩어진다/Neolan kkocheul dama. Neolan balam ttala. Heulleo nalaganda. Meolli heuteojinda/Bunga-bunga itu adalah dirimu. Terhembus oleh angin adalah dirimu. Terbang menjauh. Berhamburan pergi.”
Donghyuck bersenandung singkat, kemudian mencoba tersenyum tipis.
“Haechan!”
Suara nyaring itu menyadarkan Donghyuck dari lamunan. Sorot mata Donghyuck beralih ke arah gerbang SMA Yasaeng di hadapannya. Tampak dari kejauhan, seorang gadis berkulit seputih salju dengan rambut coklat panjang bergelombang, berjalan dan melambaikan tangan ke arahnya.
“Maaf membuatmu menunggu,” ucap gadis bernama Kang Choonhee sembari memamerkan senyumnya. Ia meraih lengan Donghyuck dan bergelanyut manja di sana. Donghyuck terkekeh geli, kemudian mengacak puncak kepala Choonhee pelan. Mereka kemudian berjalan menuju asrama tempat tinggal gadis itu.
“Tumben, kamu duluan yang bilang mau jemput,” tutur Choonhee.
“Aku pengen nemenin kamu aja,” balas Donghyuck. “Lagipula, kita lama nggak jalan bareng.”
Donghyuck kemudian memutuskan menuju taman dekat asrama, sebelum memulangkan gadis itu, sekadar menghirup udara segar dan menghabiskan waktu bersama. Tangan kanan Choonhee terulur, meraih telapak tangan Donghyuck. Gadis itu hendak mengenggam tangan Donghyuck, namun ia mendapati benda berwarna kuning pada genggaman Donghyuck. Pemuda itu menggenggamnya erat, tampak pada urat tangan Donghyuck yang sedikit menyembul.
“Kamu lagi bawa apa, sih?” Tanya Choonhee, kemudian melepas lengan Donghyuck. Ia mengerling pergelangan tangan kanan Donghyuck.
Donghyuck mengangkat alisnya, sedikit terkejut saat Choonhee tiba-tiba bertanya. Donghyuck lantas mengangkat tangannya dan membuka genggamannya. Tampak sebuah gantungan berbentuk bunga matahari.
“Hadiah ulang tahun,” jawab Donghyuck beberapa saat kemudian. Ia tersenyum tipis.
“Bunga matahari?”
Donghyuck mengangguk dan berucap samar, “Simbol pertemanan kami.”
“Dari siapa emang?” Tanya Choonhee lagi.
Donghyuck termenung sejenak, menghirup udara singkat, dan berkata, “Hana⸺”
Choonhee mengangguk kecil. Sejujurnya, gadis Kang itu merasa kalau Donghyuck sedang dalam suasana hati yang kurang baik. Kerutan di kening dan sorot mata yang lemah pada gantungan kunci di hadapannya. Dua hal itu, cukup menjelaskan kegundahan seorang Lee Donghyuck.
“Haechan! Duduk di sana, yuk,” ajak Choonhee sembari menunjuk salah satu bangku taman. Donghyuck dan Choonhee pun kemudian menuju ke sana dan duduk.
“Haechan,” panggil Choonhee pelan. Donghyuck kemudian menoleh dan menunjukkan senyum tipis.
“Hana,” ucap Choonhee ragu. Nama yang diucapkan Choonhee berhasil menarik atensi Donghyuck. “Dia … temen dari Jepang yang dulu kamu pernah bilang, kan?”
Donghyuck mengangguk singkat.
“Dia orangnya kayak gimana, sih?” Tanya Choonhee. Jujur saja, Choonhee masih penasaran dengan perempuan yang seminggu lalu dapat mendorong Donghyuck untuk berlari. Pemuda Lee itu lantas termenung sejenak, deretan gambar acak bagai potongan-potongan foto berterbangan tak teratur dalam otaknya.
“Hana⸺” ucapnya perlahan. “Dia suka menyanyi. Suaranya sangat bagus, nyaring dan padat. Aku suka suara yang seperti itu. Ah, dia jago main bulu tangkis dan dia sangat menyukai warna kuning⸺” Donghyuck kembali menaruh atensinya pada gantungan kunci dan Choonhee turut memerhatikan gantungan itu. “⸺bahkan ia memiliki mata amber⸺coklat kekuningan yang indah.”
Choonhee terhenyak. Setiap kata yang diucapkan Donghyuck seolah terselip kepedihan dan kebahagiaan. Choonhee lantas mengulurkan tangannya dan mendekap Donghyuck. Ada rasa takut yang tak terjelaskan dalam benak Choonhee dan gadis itu belum siap menghadapinya. Donghyuck memerhatikan sejenak raut wajah Choonhee yang berada di bahunya. Untuk beberapa saat, keheningan menyelimuti keduanya.
“Haechan-ie,” panggil Choonhee dan memudarkan keheningan keduanya. “Katanya, kamu udah berhenti main cewek, ya?”
Donghyuck mengerinyit. Ia menoleh dan bertanya, “Kamu tau dari siapa?”
“Jaemin,” sahut Choonhee cepat, lalu melepas dekapannya. “Waktu aku dateng ke sekolah kamu itu. Temen-temen kamu cerita-cerita sama aku.”
Donghyuck kemudian mengangguk pelan, menanggapi pertanyaan Choonhee tadi.
“Sejak kapan?”
“Setahun lalu⸺”
“Setahun?”
“Sejak Hana⸺”
Napas Donghyuck tiba-tiba tercekat. Matanya membola, kemudian segera bersitatap dengan Choonhee. Raut wajah gadis itu berubah datar dan dingin, kemudian terdengar tawa sinis dari bibirnya.
“Hana? Hana lagi.”
Kini, tatapan Choonhee berubah sangat dingin.
“Jadi, dia cewek yang kamu maksud waktu itu?”
“Choonhee-ya⸺”
Donghyuck kehabisan kata-kata. Keningnya mengerut, cemas.
“Jeno …,” gumam Choonhee. Sebuah puzzle terpasang dalam pikirannya. Gadis Kang itu masih ingat saat Jeno yang pergi bersama Hana seminggu lalu. Ia juga ingat luka di wajah Donghyuck berkat pukulan Jeno.
Mungkinkah karena Hana? Batin Choonhee mencoba menebak.
Choonhee kemudian menatap lamat-lamat iris kecoklatan Donghyuck. Binar mata pemuda itu memudar. Detik berikutnya, Choonhee membawa Donghyuck dalam dekapannya kembali. Donghyuck dapat merasakan hangat yang menjalari tubuhnya, seolah Choonhee membagikan kekuatan padanya.
"Chan," bisik Choonhee di bahu Donghyuck. “Kamu nggak bisa memiliki semua yang ada di dunia.”
Choonhee menghela napas sejenak. Hatinya bergejolak hebat.
“Ada saatnya, kamu harus belajar melepaskan,⸺
Choonhee melepaskan pelukannya, kemudian menatap setiap inchi wajah pemuda yang telah bersamanya selama ini.
⸺karena keserakahan hanya akan membuatmu tidak memiliki apapun⸺termasuk juga ... cinta.”
bersambung …
11/04/2020
°Note°
wah, udah sampe part 10
kalo ada yg baca sampe part ini,
adakah yg mau memberikan pendapatnya ttg cerita another flower ft. nct dream?
apabila diberi nilai [0-10],
kamu akan memberikan nilai brp untuk cerita ini?
kalo berkenan, tolong diisi ya.
gomawo ^^