For a Moment [Completed]

By oreanderhmz

241K 17.7K 3.3K

{SPIN-OFF HURT, JUDUL AWAL 'DEVA'} Dejavu. Satu kata yang pantas mewakili kisah ini, semuanya mirip, bahkan h... More

Prolog
•Satu•
•Dua•
•Tiga•
•Empat•
AUTHOR NOTE
•Lima•
•Enam•
•Tujuh•
•Delapan•
•Sembilan•
•Sepuluh•
•Sebelas•
•Tiga belas•
Roleplayer
•Empat belas•
•Lima belas•
•Enam belas•
•Tujuh belas•
•Delapan belas•
•Sembilan belas•
•Dua puluh•
•Dua puluh satu•
•Dua puluh dua•
•Dua puluh tiga•
•Dua puluh empat•
•Dua puluh lima•
•Dua puluh enam•
•Dua puluh tujuh•
•Dua puluh delapan•
•Dua puluh sembilan•
•Tiga puluh•
•Tiga puluh satu•
•Tiga puluh dua•
•Tiga puluh tiga•
•Tiga puluh empat•
•Tiga puluh lima•
•Tiga puluh enam•
•Tiga puluh tujuh•
•Tiga puluh delapan•
•Tiga puluh sembilan•
•Empat puluh•
•Empat puluh satu•
•Empat puluh dua•
•Empat puluh tiga•
•Empat puluh empat•
Epilog

•Dua belas•

4.7K 371 31
By oreanderhmz

Btw gue keknya mau HIATUS dulu deh ngetik DEVA. Salah satu alasannya karena gue lagi ujian dan selalu gak ada mood nulis karena baca komen yang gak mengenakan.

Gatau kenapa gue juga akhir-akhir ini sering baperan, bukan apa, cuma sedih aja saat baca komen kaya gitu. Terserah kalau kalian mau nyangka gue terlalu ngegede-gedein masalah, tapi ini baru gue alami jadi belum biasa dalam situasi kayak gini. Masih pemula soalnya wkwk.

Oke deh. Nanti kalo gue update berarti cepet ya HIATUS nya wkwk.

Happy reading...

Flashback on

Setelah mandi, Deva langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Matanya sedikit terpejam, namun rasa kantuknya seketika hilang saat ia mengingat surat misterius yang tiba-tiba ada di apartemennya.

Deva bangun dari posisinya lalu berjalan ke ruang tamu, dan mencari kemana surat itu ia lempar. Deva sama sekali tidak takut dengan ancamannya, ia hanya penasaran. Siapa pengirim yang sebenarnya? Hatinya meyakini kalau itu Geo namun inisial yang ada di surat itu A. Lama mencari akhirnya Deva temukan, lalu cowok itu kembali ke kamar dan membuka laptopnya.

Dengan penuh keseriusan, Deva terus mengutak-atik laptopnya. Satu jam Deva berkutat dengan laptop akhirnya ia berhasil tahu siapa pengirim sebenarnya. Deva cukup kaget saat membaca semua informasi yang ia baca di laptop, tangannya terkepal kuat.

"Bajingan lo Geo!" Gumam Deva sambil menahan emosi yang siap meledak.

"Nama asli Aland, seorang psikopat? Jadi selama ini dia cuma pakai data samaran? Pantes aja inisial di surat ini A bukan G." Monolog Deva.

Dengan lihai Deva menyimpan semua data yang ia dapat dan ditaruh di flashdisk nya. Lalu ia menyimpan surat dari Geo dilaci meja belajarnya. "Aland ternyata nama asli lo Geo? Haha. Salah cari musuh lo, psikopat bodoh."

Dengan senyum kepuasan Deva kembali ke kasur nya dan merebahkan tubuhnya. Ia sudah tenang saat mengetahui semuanya, pantas selama ia melihat Geo seperti ada yang janggal, ternyata ini. Tidak. Deva tidak takut sama sekali saat ia tahu siapa Geo sebenarnya, justru ia merasa tertantang dengan ini. Akan ada kisah baru dalam hidupnya, ya, Deva berhasil berurusan dengan seorang psikopat artinya sebentar lagi Deva akan merasakan bagaimana jika melihat kesadisan mereka saat membunuh, mungkin tubuh Deva lah yang akan menjadi sasaran. Tak apa, asal jangan orang terdekatnya.

"Kapanpun lo mulai permainan lo, gue siap Geo." Gumam Deva dan tak lama cowok itu sudah di alam bawah sadarnya.

Fyi Deva bukan hacker, tapi saat SMA dulu dia sempat iseng mencari tahu bagaimana caranya mengetahui informasi pribadi seseorang tanpa diketahui. Ternyata tidak mudah, memang butuh otak yang cerdas.

Flashback off

"Gak ada ruginya dulu gue cari tahu gituan. Gak sabar gue berurusan sama tuh psikopat," gumam Deva sambil tersenyum sinis.

Jika ada yang mendengar gumamannya tadi, mungkin Deva akan disebut gila. Orang lain sangat takut jika sudah berurusan dengan seorang psikopat, sedangkan Deva? Dia malah ingin, aneh.

"Abis dari mana lo Dev?" Tanya Jack saat melihat Deva keluar dari lorong kampus.

Deva menghentikan langkahnya. "Abis nemuin dajal."

"Ada dajal dimana anjir? Serius lo? Bahaya Dev! Tobat tobat dunia sudah tua." Heboh Jack.

"Iya. Lo termasuk ke dalam salah satu dajalnya Jack," ucap Deva tanpa beban.

Jack menjitak kepala Deva kesal. "Sembarangan lo kalau ngomong,"

Deva tak menanggapi lalu ia jalan mendahului Jack. Sudah biasa, Jack memang selalu ditinggal jika bertemu Deva. Entah cowok itu seperti tidak suka jika Jack dekati.

***

"Dev abis ini lo mata kuliah pak Freddy bukan?" Tanya Jack saat mereka sedang duduk di bangku kantin.

Deva mengangguk. "Kenapa?"

"Gapapa sih, berarti sama. Bareng ya ke kelasnya, jangan ninggalin gue mulu!"

"Alay."

Jack hanya menatap Deva geram. Lalu mereka kembali melahap makanan masing-masing, setelah selesai Jack menatap kearah belakang Deva, ia seperti sedang di perhatikan oleh seseorang. Dan benar saja, seorang laki-laki tengah menatap dirinya dan Deva dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Dev?" Panggil Jack.

"Apa?"

"Lo kenal dia?"

Deva melihat kemana mata Jack. "Itu dajal yang gue maksud."

"Lebih serem dari dajal anjir," celetuk Jack.

***

Vloretta dari pagi tidak keluar kamar sama sekali, ia terus saja berkutik dengan laptopnya. Seperti biasa Vloretta memang tidak pernah diperhatikan oleh kedua orangtuanya, mareka sudah pergi tadi entah mau kemana tidak bilang apa-apa dengan Vloretta, yang jelas Vloretta tahu kalau mereka pergi karena suara mobil papinya yang ia dengar.

Gadis itu sama sekali tidak menyalahkan Tuhan, Vloretta terima jika jalan hidupnya seperti ini. Namun yang selalu Vloretta minta kepada Tuhan, semoga Tuhan memberikan akhir yang bahagia untuk hidupnya. Tidak ada lagi luka yang membekas dihatinya dan tidak ada lagi kata-kata pedas yang selalu menyambutnya. Ia ingin semua itu berganti menjadi kebahagiaan untuknya dan kenyamanan yang sangat Vloretta nantikan.

"Akhirnya materi ini selesai. Tinggal gue kirim ke mis Selfa buat di cek," ucap Vloretta seraya merenggangkan tubuhnya.

Bayangkan saja dia mengerjakan skripsi dari pukul 07.00 dan baru selesai sekitar jam 13.00, enam jam ia menatap laptop dan duduk di meja belajar, sungguh melelahkan. Tak apa, perjuangannya tinggal sebentar lagi, Vloretta sangat menanti wisuda itu dan ingin sekali cepat-cepat mendapat gelar dokter. Itu impiannya sejak kecil.

Kuliah kedokteran memang sangat melelahkan, namun menyenangkan jika materi yang dosen berikan mudah kita pahami. Setelah 3,5 tahun Vloretta melalui masa kuliah, 1,5 tahun menjalani masa koas dan lain sebagainya. Akhirnya tinggal menghitung bulan ia akan mendapat kelar S. Ked (Sarjana Kedokteran) demi apapun Vloretta sangat menunggu.

"Semoga semuanya berjalan sesuai ekspektasi gue." Gumam Vloretta lalu pergi keluar kamar.

Ia berjalan kearah dapur dan melihat ke meja makan, kosong, tidak ada makanan apapun. Lalu gadis itu beralih melihat kulkas, sama tidak ada apa-apa. Padahal perutnya sangat lapar, dengan langkah gontai Vloretta kembali ke kamar dan mengganti pakaiannya. Lalu ia pergi meninggalkan rumah.

"Geo?" Vloretta kaget karena saat ia sedang menutup pagar tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berdiri di sampingnya, ternyata Geo.

"Hai Vlo. Mau kemana?" Tanya Geo.

"Ke minimarket,"

"Beli apa?"

"Cemilan, lo ngapain disini? Gak ada jam kuliah emang?"

"Dua jam lagi baru ada kelas lagi gue. Gue anter yuk ke minimarket nya,"

Vloretta tersenyum, sebenarnya ia tidak mau namun karena perutnya yang sudah lapar dan ia teringat dengan kertas yang saat itu ia dapat dari temannya membuat Vloretta menerima ajakan Geo. "Boleh deh,"

Untung nih kertas ada di dompet gue. Batin Vloretta.

Keduanya masuk ke dalam mobil Geo dan tak lama mobil itu melaju dengan kecepatan sedang.

"Lo laper banget ya Vlo?"

Vloretta menatap Geo, "Kok-"

"Perut lo bunyi dan gak sengaja gue denger. Mending jangan ke minimarket, kita cari restoran aja." Potong Geo cepat.

Demi apapun sekarang Vloretta sangat kaget dengan ucapan Geo, jadi laki-laki itu mendengar suara perutnya? Ya Tuhan. Lama dalam perjalanan akhirnya mereka sampai di salah satu restoran ternama di kota Sydney.

Geo membukakan pintu mobil untuk Vloretta dan dibalas senyum singkat. Lalu keduanya jalan beriringan memasuki restoran, setelah memesan makanan mereka duduk di pojok ruangan.

"Vlo?" Panggil Geo.

"Apa?"

"Lo udah pacaran sama Deva?"

Vloretta diam, lalu tak lama ia menggeleng. "Belum pasti. Ah iya Geo, ada yang mau gue bicarain sama lo."

"Soal apa Vlo?"

"Ini," Vloretta memberikan secarik kertas dari dalam dompetnya.
"Semua ini cuma rekayasa lo kan Geo? Lo sendiri yang bilang sama gue kalau lo alter ego, kenapa lo bilang sama mereka Deva yang punya penyakit itu?" Lanjut Vloretta.

Laki-laki lain biasanya kalau ketahuan bohong oleh gebetan, langsung takut. Tidak dengan Geo, cowok itu tersenyum tenang seolah itu semua hanya hal biasa.

"Iya bener itu cuma rekayasa gue karena gue ingin mereka gak suka sama Deva." Jawab Geo tenang.

"Maksud lo apaan sih?!" Vloretta mulai geram dengan laki-laki didepannya.

"Gue mau misahin lo sama Deva. Dan mengklaim lo adalah milik gue," lagi-lagi jawaban Geo sangat membuat Vloretta kesal, ingin rasanya ia menjambak rambut cowok itu.

"Gak akan pernah Geo! Gue rasa lo bukan cinta sama gue, tapi hanya sekedar obsesi semata, karena kalau lo cinta lo bisa mengikhlaskan gue sama Deva, bukan malah memaksa."

Geo mencondongkan badannya, hingga dekat dengan Vloretta. "Itu definisi cinta menurut lo? Tapi beda dengan gue Vloretta. Bagi gue cinta itu harus jadi milik gue bukan milik orang lain."

"Terserah lo deh! Capek gue ngomong sama lo!"

Setelah itu Geo kembali menjauhkan mukanya dari Vloretta, dan menatap cewek itu dengan tatapan penuh puja. Tak lama makanan yang mereka pesan datang dengan lahap Vloretta memakannya, tidak memikirkan harga dirinya di depan Geo, cewek itu makan seperti tidak makan beberapa hari dan hanya beberapa menit makanan Vloretta habis. Dengan sengaja ia bersendawa didepan Geo.

Coba kalau di depan Deva? Mungkin Vloretta tidak akan melakukan hal itu.

Bodo amat, semoga aja dia ilfeel. Batin Vloretta.

"Jangan pikir lo bersikap gini gue bakal ilfeel sama lo? gak sama sekali Vloretta. Mau lo jelekin diri lo di depan gue bahkan berakting jadi orang gila sekalipun, gue gak peduli." Celetuk Geo sambil tersenyum singkat.

Uhuk.

Vloretta langsung tersedak minumnya saat mendengar ucapan Geo. Laki-laki di depannya seperti bisa tahu apa yang Vloretta ucapkan didalam hatinya. Mengesalkan!

***

Keluar dari kelasnya Deva tak berniat pergi kemana-mana, ia hanya ingin rebahan di kasur dan mengerjakan tugasnya yang tadi diberikan dosen. Dia juga jadi pengen cepat-cepat membuka ponsel lalu mengirim pesan kepada Vloretta. Ah tunggu, kenapa Deva jadi memikirkan gadis itu? Rasanya seharian ini ia merasa aneh karena tidak ada Vloretta.

Lo ini kenapa sih Dev?! Aneh. Kenapa juga lo kangen sama si Vloretta? Batin Deva berucap.

Deva masuk kedalam mobilnya, lalu tak lama mobil Deva pergi meninggalkan parkiran, baru mobilnya hendak keluar gerbang tiba-tiba seseorang menghalanginya. Itu membuat Deva kesal, coba kalau tadi dia tertabrak? Bisa Deva yang disalahkan.

"Cari mati nih orang!" Kesal Deva lalu keluar dari mobil nya.

TBC.

Masih ada yang nunggu update?

Oh iya gue lagi nyari rp buat Geo sama Jack, ada yang mau? Kalau mau bisa dm Instagram gue nanti gue kasih tahu apa aja syaratnya hehe.

Follow :

@syrfhslsbl.2
@saripahstory
@devaradhian
@vlo_gbyla
@dell.alalala
@gricee15_

Tetap #stayathome ya guys, biar bisa ikut puasa nanti wkwk. Dah ya sampai baca di part selanjutnya...

Continue Reading

You'll Also Like

273K 849 10
Affair | warning konten dewasa 21+ Yumi, wanita yang kesepian karna sering di tinggal suaminya, merasakan godaan dari Dimas, tetangga barunya yang t...
1.1M 97.3K 35
Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah...
231K 12.2K 25
Kisah seorang Andrea si bodyguard tampan tapi Manis yang selalu menarik perhatian tuannya . "Tidak ada yang aneh, hanya saja kamu terlihat menarik di...
1.9M 207K 43
Kanaya itu manusia, ya tentu tidak sempurna! "Prioritas utama Adella, ayah, kok! Bukan lelaki tak jelas seperti mereka." ... Kanaya Tabitha Saat kari...