Mengobati luka di hari yang penuh kelukaan
Tidak lagi terdengar kabar dari nya; deru senja kini mulai mensiasati hati yang terluka, duduk diatas bebatuan seraya menatap gumawan awan yang memuai pudar dari pandangan, dan aku pun menulisan setiap karangan kata kerinduan ku terhadap nya.
Kini pena ku memuntahkan tinta pertamanya di secarik kertas tua, meluahkan setiap karangan yang akan ku perbuat di hari yang mulai temaram ini.
Seraya hati merintih, bersedih akan kepiluan, meluluh-lantahkan setiap huruf yang akan kutulis. Tak mampu ku untuk menahan kerinduan ini, hanya bisa merenungkan lingkaran takdir yang mengelilingi ku.
Pekat kalbu menyelimuti senja, seakan senja tak lagi ingin becengkrama dengan ku, dengan pria yang pengukuhan nya hampir rubuh karena kerinduan; kerinduan terhadap wanita yang pernah menyakitinya.
Tak mampu aku melupakannya, wanita yang aku cintai. Bagaimana bisa aku melupakannya; wanita yang aku idam kan, ku potret lewat imajinasi ku, kusimpan di album lubuk hati ku yang terdalam; takan lah bisa ku mengambilnya kembali dan membuang nya begitu saja. Sungguh mahal dan tak mampu ku membayar nya kembali ketika hilang, jangan salah kan aku ketika hati ku lebih mengunci impiannya untuk seseorang yang diharapkannya.
Kini senja ku telah usai, aku akan kembali esok dan menagih untaian kata yang tak terselesaikan hari ini. Aku harap esok aku bisa mengirimkan pesan kepada senja untuk dikirim kepadanya; kepada wanitaku.
(S),