Sudah hampir dua minggu jimin berdiam diri di rumahnya, bahkan ia sangat enggan untuk di ajak pergi ke club malam, sesekali jaebum datang menjenguknya, namun reaksi yang diberikan jimin hanya seadanya.
Jimin sudah menjauh dari rokok dan alkohol, bukan karena ia patuh pada perintah dokter, melainkan ia tak ingin kembali merasakan bagaimana sakitnya saat ginjalnya telah rusak.
Hal-hal positif kini telah jimin lakukan, seperti berolahraga dan memakan makanan sehat, bahkan ia sudah tidak lagi menyimpan alkohol di rumahnya, melainkan telah ia berikan pada jaebum yang menginginkannya.
Jimin kini tengah berbaring di atas kasur, ia membuka jendela luar sehingga angin malam menerpa tubuhnya, ia berusaha memejamkan matanya untuk tertidur sejenak, namun nyatanya ia tetap terjaga.
Jam sudah menunjukkan pukul 20:45, rasanya sangat berbeda setelah ia pulang dari rumah sakit, ia merasa ada sesuatu yang aneh di dalam dirinya, ia merasa kesepian, entah karena apa?.
"Kembalilah sialan!, aku ingin menyiksamu lagi!" gerutu jimin sembari memukul meja nakas
Sudah bisa ditebak bahwa kalimat itu ditujukan untuk rahyun, ia sama sekali belum puas dengan semua siksaan yang sudah ia lakukan pada rahyun.
Bahkan sekarang ia meminta rahyun kembali hanya untuk menyiksanya, tidak bisakah ia menyadari bahwa rahyun telah berkorban untuk keselamatannya.
"Khe!, dasar pelacur!, dia pasti tengah bercumbu dengan pria di luar sana!"
Begitulah pemikiran jimin saat ini, ia mengira rahyun adalah kupu-kupu malam, gadis yang sedang melayani para pria yang membutuhkan jasanya, namun perkataan jimin tidak sesuai dengan kenyataannya.
Entah apa yang terjadi jika jimin mengetahui yang sebenarnya, mungkinkah ia akan membalas cinta rahyun?, atau rahyun yang akan menghapus rasa cintanya?.
"Ck!, kemana gadis itu!?" gerutu jimin sembari menoleh ke luar jendela
Saat ini jimin tengah dihantui perasaan aneh, ia merasakan sangat kesepian saat rahyun tidak ada disisinya, namun jika rahyun ada disisinya sudah pasti ia akan kembali menyiksanya, perasaan macam apa ini?.
Rindu, mungkin itulah yang tengah jimin rasakan, ia sangat merindukan bagaimana rahyun yang selalu menunggunya hingga larut, dan menerima semua perlakuannya dengan sabar.
"Aghh!, kau menyebalkan!"
......
Seorang dokter tampan berjalan menuju ruangan dimana ada seorang gadis cantik yang terbaring lemah disana.
"Kuharap keadaanmu membaik!" gumamnya sembari membuka pintu ruangan tersebut
Seketika terpampanglah gadis cantik yang tengah ditemani oleh alat-alat medis di tubuhnya.
"Bagaimana?, kau sudah lebih baik?" dokter tersebut menghampirinya dengan dihiasi senyum di wajahnya
Gadis itu hanya mengangguk dan memberi sedikit senyumnya, namun sang dokter pun tidak kecewa dengan tanggapan itu.
"Masih sakit?" tanya dokter kim
"T-tidak" jawab gadis itu yang tak lain adalah rahyun
"Kau harus cepat sembuh, jika begitu maka aku akan memperbolehkanmu untuk pulang!" rahyun pun mengangguk paham dan memberi senyum manisnya
Kedatangan dokter kim hanya sekedar untuk melihat keadaan rahyun dan memastikan bahwa detak jantungnya sudah normal.
"Aku akan pergi ke ruang pasien lainnya"
Dokter kim pun pergi meninggalkan rahyun, ia merasa sangat lega karena kondisi rahyun berangsur-angsur membaik.
Setelah kepergian dokter kim, rahyun berusaha untuk memejamkan matanya karena malam hampir larut.
Seketika sesuatu muncul di pikirannya, kini semua pemikirannya hanya berpusat pada lelaki yang tengah ia rindukan.
"Jimin, aku rindu" gumamnya dibarengi dengan air mata yang mengalir di pipinya
Ia benar-benar berharap agar jimin sudah kembali seperti semula, ia tidak ingin rasa sakit kembali melanda jimin, kini biarkanlah semua rasa sakit itu menuju pada dirinya.
Doa tak henti-hentinya ia panjatkan untuk lelaki yang sangat dicintainya, bahkan sesekali ia menangis di sela-sela doanya.
Rahyun sering kali merasakan sakit di bagian yang telah kosong dengan ginjalnya, bahkan tubuhnya menjadi sangat lemas dan hanya bisa terbaring di ranjang.
Ia menyembunyikan itu semua dari dokter kim, karena ia tahu bahwa dokter kim tidak akan mengizinkannya pulang jika ia tahu yang sebenarnya.
"Jimin, aku akan kembali untukmu!"
Rahyun berniat untuk menemui jimin setelah ia pulang dari rumah sakit, ia tak peduli dengan apa yang akan di terimanya nanti, maupun itu adalah makian atau mungkin siksaan.
Rahasia ini akan ia kubur dalam-dalam, jangan sampai jimin mengetahui bahwa ialah yang mendonorkan ginjal untuknya, biarlah ini menjadi salah satu caranya untuk kembali memperjuangkan cintanya.
......
Hari-hari berlalu, kini rahyun telah diperbolehkan untuk pulang dari rumah sakit, walau wajahnya terlihat sangat pucat, akan tetapi rahyun tidak mementingkan hal itu, ia hanya ingin keluar dari rumah sakit dan kembali bertemu jimin.
"Kembalilah kesini jika kau merasakan hal yang aneh dengan tubuhmu!" ucap dokter kim sembari mengantar rahyun melewati lorong rumah sakit
"Ummh!" rahyun mengangguk dan menoleh ke arah dokter kim sejenak
"Satu lagi!, kau harus benar-benar menjaga bekas operasimu, karena bekasnya masih sangat rentan jika kau melakukan aktivitas yang berat!"
"Aku mengerti!"
"Baiklah, kuharap kita bisa berjumpa di lain waktu!"
"Ummh!"
Tak terasa kini mereka telah melewati pintu keluar, alhasil dokter kim hanya bisa mengantar kepergian rahyun sampai sini, karena masih banyak pasien yang harus ia tangani.
"Terima kasih atas bantuannya" ucap rahyun sembari membungkuk pada dokter kim
"Ummh!, sampai jumpa!"
Rahyun pun berjalan meninggalkan rumah sakit tersebut beserta dokter kim, ia sedikit merasa aneh dengan semua sikap dokter kim saat ia masih dalam perawatan.
Sikapnya sangat memanjakan rahyun, bahkan sesekali dokter kim membawakan bunga untuk rahyun, namun ia hanya menganggapnya sebagai tanda persahabatan dan tidak lebih.
Rahyun berjalan menuju halte bus yang tak jauh dari sana, ia akan menaiki bus untuk sampai ke rumah jimin, dan semoga saja jimin sedang ada di rumah.
Rahyun pun duduk di kursi halte dan menunggu kedatangan bus, sesekali ia memperhatikan sekelilingnya yang terdapat banyak orang tengah berlalu lalang.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya sebuah bus datang, rahyun pun bangkit dan segera menaikinya.
......
Hanya butuh waktu lima menit, bus tersebut kini telah berhenti di halte yang tak jauh dari jalan menuju rumah jimin.
Rahyun bergegas keluar dari bus, lantas ia pun langsung menuju jalan dimana ia akan mengunjungi seseorang yang sudah sangat ia rindukan.
Ia berjalan cepat bahkan sesekali berlari untuk segera sampai ke rumah jimin, senyumnya terus mengembang tanpa henti, dan nama jimin tak henti-hentinya memutar di otaknya saat ini, mungkin memang jiminlah yang menjadi pusat dunianya.
"Jimin, aku sangat merindukanmu!" gumamnya sembari berjalan cepat melewati persimpangan
Dan tak lama kemudian, ia kini hampir sampai di rumah mewah nan megah tempat yang pernah ia huni.
Ia menghentikan langkahnya saat pintu gerbang berada tepat di hadapannya.
Kini ia berusaha untuk membuka pintu gerbang tersebut, namun tiba-tiba saja ada tangan kekar yang menghentikannya.
"Apa yang kau lakukan, nyonya?" tanya pria gagah nan tinggi yang menggunakan kacamata hitam
"Aku ingin bertemu jimin!"
"Apa anda sudah membuat janji?"
"Belum!, tetapi aku istrinya!, apa kau lupa?, aku juga sudah pernah berkunjung kesini"
Pria itu mengingat tentang kedatangan rahyun, dan benar ini adalah wanita yang sama, lantas pria itu pun membukakan pintu gerbang untuk rahyun.
"Silahkan nyonya"
"Terima kasih"
Rahyun pun melewati gerbang itu tanpa ragu, ia berlari untuk segera sampai di dalam rumah jimin.
Saat ia berusaha untuk segera sampai, kini pandangannya di cengangkan oleh pintu yang kini tengah terbuka lebar.
Pintu masuk terbuka, alhasil rahyun pun berpikiran jika jimin ada di rumah.
"Aku akan mengetuknya!"
Tok!... Tok!... Tok!...
Tak lama kemudian, sosok pria gagah kembali berhadapan dengannya, dan tak salah lagi, pria yang ia temui sejak tadi adalah para pengawal jimin.
"Bisa bertemu jimin?" tanya rahyun sembari memainkan jemarinya
"Ada perlu apa?"
"A-aku istrinya!"
Pria itu kini menyingkir dari ambang pintu, ia pun memeersilahkan rahyun masuk tanpa kata-kata.
"Te-terima kasih"
Rahyun berjalan menyusuri megahnya rumah ini, matanya memperhatikan sekelilingnya dan berharap ia menemukan sang pemilik rumah.
Tiba-tiba saja terdengar suara hentakan kaki yang tengah menuruni anak tangg, lantas rahyun pun langsung berjalan ke arah tangga dan memastikan apakah itu jimin.
"Jimin!" pekik rahyun saat benar sosok itu adalah jimin
"Kau!" jimin menuruni anak tangga dengan terburu-buru dan ingin segera menghampiri rahyun
"Apa yang kau lakukan disini!?" tanya jimin yang kini telah di kuasai emosi
"A-aku ingin melihat keadaanmu" jawab rahyun dengan gugup karena jimin tengah menatapnya dengan mata yang sudah memerah
"Khe!, melihat keadaanku?, kemana saja kau saat aku di rumah sakit?" tanya jimin meremehkan
"A-aku..... " rahyun berusaha untuk tidak mengucapkan yang sebenarnya pada jimin
"Apa kau tahu?, ginjalku rusak!, dan aku hampir saja merengut nyawa jika tidak ada sosok berhati malaikat itu yang kini telah mendonorkan ginjalnya untukku!"
"Itu aku, akulah yang mendonorkan ginjal untukmu" batin rahyun sembari menahan tangisnya
"Khe!, kau pasti terkejut mendengarnya, kau lebih mementingkan melayani pria hidung belang di luar sana, dibandingkan suamimu yang tengah terbaring lemah di rumah sakit!"
Rahyun kini mulai meneteskan air matanya satu persatu, ia menahan isak tangisnya dan membungkam mulutnya.
"Kenapa diam?, sekarang kau hanya bisa berdiam?, sudah pasti!, karena kau sama sekali tidak mengetahui apapun tentang diriku!"
"Jimin, maaf saat itu aku......"
"Pergi!, pergi dari rumahku!" usir jimin sembari menarik paksa rahyun
"Hikss... Dengarkan aku.... Hikss"
Rahyun berusaha menahan tangan jimin yang kini tengah menariknya paksa menuju luar.
"Pergi!, rumahku tidak akan pernah menerima pelacur sepertimu!"
"Hikss... Lepaskan....Hikss"
Rahyun menahan langkahnya dan menyingkirkan tangan jimin yang mencengkram tangannya kuat.
Bughh!!
Jimin melepaskan tangannya, namun bukan hanya melepas, ia juga mendorong kuat tubuh rahyun hingga tersungkur.
"Aghh....sakit" lirih rahyun saat ia merasakan sakit yang luar biasa di area bekas operasinya
"Sudah kuperingatkan untuk pergi!, dan beginilah jadinya jika kau membantah!"
"Hikss... Sakit sekali" rahyun memegangi perutnya dan berusaha keras untuk bangun
"Biarku bantu, nyonya besar" jimin mengulurkan tangannya untuk membantu rahyun, namun sepertinya ada maksud tersendiri di dalamnya
"Terima ka--"
Bughh!!
Jimin menghempaskan tubuh rahyun hingga ia membentur dinding, bahkan suara benturannya terdengar sangat jelas.
Rahyun menangis sejadi mungkin, ia sudah menyangka bahwa inilah yang akan di terimanya.
"Hikss.... Jimin.... Hikss"
Jimin melangkahkan kakinya mendekati rahyun, senyum liciknya kini menjadi penghias wajahnya.
"Bagaimana jika...... "
Jimin melepas ikat pinggangnya dan tengah memendam sebuah rencana di otaknya.
"Hiksss... Jimin"
Rahyun mendongakkan kepalanya untuk menatap jimin yang kini berdiri di hadapannya.
"Aku ingin melakukan sesuatu, boleh?" tanyanya sembari memegangi ikat pinggangnya yang kini sudah terlepas
Rahyun hanya diam dan memikirkan apa yang akan dilakukan jimin dengan ikat pinggang tersebut, entah apapun itu, kini ia hanya bisa terduduk lemas sembari bersandar pada dinding.
Splet!!
"Aghh!"
Ternyata jimin menggunakan ikat pinggangnya untuk dijadikan cambukan, dan hebatnya cambukan itu mendarat tepat di perut rahyun.
"Sakitkah?"
"Hikss.... Sakit sekali" rahyun berusaha melindungi bekas operasinya dari cambukan jimin
"Aku belum puas, bagaimana jika ku teruskan?"
Splet!!
Splet!!
Splet!!
Cambukan itu berkali-kali mendarat tepat di bekas operasi rahyun, kini rahyun hampir tak sadarkan diri karena rasa sakit yang tengah menyerangnya.
"Hei nyonya besar!, kau kesakitan?, apa aku harus menghentikannya?, sepertinya tidak"
Splet!!
Splet!!
"Hikss...Hentikan jimin!"
"Apa?, aku tidak mendengarnya"
Splet!!
Cambukan itu kembali mendarat di perut rahyun, kini ia sudah benar-benar lemas saat semua cambukan itu menyentuh bekas operasinya.
"Hikss... Hentikan... Hikss" ucap rahyun dengan nada melemah
"Sekali lagi, ouh tidak!, berkali-kali lagi!"
Splet!!
Rahyun menerima semua cambukan itu dengan ikhlas, ia tak peduli apa yang akan terjadi dengannya setelah ini, namun ia sudah sedikit lega karena menyaksikan sendiri bahwa jimin telah sehat kembali.
"Ji-jimin, hentikan"
Ia melindungi bekas operasinya dengan tangannya, namun sepertinya jimin sudah tidak lagi melanjutkan aksinya.
Rahyun mengadahkan kepalanya dan menatap jimin, ia kini hanya melihat jimin yang tengah menatapnya lekat sembari menjatuhkan ikat pinggangnya.
"Kau benar-benar membuatku muak!"
Bukan menghentikan, kini jimin kembali melanjutkan aksinya, ia mencekik kuat leher rahyun dan menariknya agar ia bangkit.
"Hikss... Lepaskan!"
"Tidak akan!"
Jimin menguatkan cekikannya dan bahkan mengangkatnya hingga rahyun tak lagi berpijak.
"Turunkan aku.... Hikss"
Bughh!!
Jimin membanting tubuh rahyun dengan mudahnya, dan pada saat itu pula senyum merekah di wajahnya.
"Hahaha, kau pasti sangat kesakitan, benar bukan?"
"Uhukk!...Uhukk!"
Tiba-tiba, keluarlah darah segar yang melalui rongga mulut rahyun, bahkan darah itu sampai menetes pada lantai.
"Dasar brengsek!, kau mengotori rumahku!"
Karena dibuat emosi dengan darah yang mengotori lantainya, jimin pun meraih tangan rahyun dan menariknya paksa menuju luar.
"Pergi kau!, atau kupatahkan tanganmu sekarang juga!"
"Jimin aku mohon jangan seperti ini" lirih rahyun saat kini tubuhnya sudah berada tepat di depan pintu
Bughh!!
"Keluar!"
Jimin mendorong paksa tubuh rahyun yang tak berdaya, alhasil tubuh itu tersungkur ke tanah dan pastinya rasa sakit tengah melandanya.
"Jika kau kembali kesini, maka aku akan membunuhmu dengan tanganku!"
Brakk!!
Jimin masuk ke dalam dan meninggalkan rahyun yang tengah terduduk lemas di luar.
"Ji-jimin, buka pintunya" lirih rahyun sembari memegangi perutnya yang sangatlah sakit
Darah tak henti-hentinya mengalir lewat mulutnya, bahkan kini pakaiannya sudah ternoda dengan setitik darah.
"Hikss.....aku mencintaimu"
!!!TBC!!!
Huwaaaa, apa ini!?, kenapa jiminnya semakin menjadi-jadi!, awas lu!, gw sumpahin kena sial tiap hari!😭😭😭
Btw, chapter selanjutnya adalah ending dari FF ini, jdi author akan membuat jimin sadar dengan sekejap, sok atuh ditunggu kelanjutannya😄😉
Masalah sad atau happy ending, hanya author dan tuhanlah yang tau😄
Vote terus biar authornya makin semangat ngetiknya😘😄😉