Mau ngingetin buat yang gak srek sama cerita amburadul ini mending gausah lanjut bacanya daripada kalian julid dibelakang.
Gausah ngeyel kalau ga suka yaudah gausah dibaca.
Aku gak maksa buat kalian baca loh yaa jadi jangan nyesel kalo ceritanya amburadul gini. :)
.
.
.
Ada yang sedang berjuang tapi bukan Pahlawan?
Ardho Adipura Wijaya💕
------------------
Disinilah fania berada duduk diapit oleh ke-6 temannya yang memandanginyaa menuntut penjelasan lebih perihal kejadiaan diruang meeting tadi.
Setelah rapat tadi di akhiri dengan secara tidak etisnya fania langsung diseret oleh Rino dan Revan ke kantin kantor dilantai 3. Yupss mereka ber-6 adalah Rino, Revan, Ardhi, Ardho, Renata, dan Maudhi yang menggantikan posisi orang tua mereka untuk menghadiri rapat tadi.
Hmm pantasaja mereka semua tidak terlihat batang hidungnya disekolah seharian ini, ternyata ngumpul disini semua.
Khhmm
Deheman dari Ardho tadi membuat fania harus menghela nafas berat sebelum berbicara. Mungkin ini saat yang tepat untuk ia menceritakan masalah ini ke teman temannya.
Satu persatu rahasia yang fania tutupi selama ini perlahan terungkap.
“jadi gimana beb?” pertanyaan dari revan yang terkesan centil itu membuat Arho dan Rino yang duduk didekatnya berlagak mau muntah mendengarnya- jijikk
“Ya seperti yang lo pada tau semuanya tadi. Ini perusahaan punya gue. Tap—
“APPAAAA” seketika fania menutup kupingnya rapat, mungkin setelah ini ia akan pergi ke THT untuk memeriksa gendang telinganya akibat teriakan ke-6 orang tersebut yang tidak tanggung tanggung. Penampilan saja yang mencerminkan kedewasaan mereka tapi tidak dengan tingkah lakunya
“Biasa aja dong ekspresinya” jengah fania melihat ke-6 nya menganga lebar
“Eh hehe abisnya kita kaget banget tau. Gue kira tuh sekertaris mau nge-prank kita semua” ujar Ardho ngelantur yang diangguki mereka semua
“Terus gimana cerita lengkapnya dek. Kok bisa gue gatau sih”
“Jadi gini. Waktu gue pindah dulu disana gue gaada kerjaan kan selain sekolah. Mungkin taun pertama disana gue fine-fine aja ngejalaninya tapi ditahun pertama itu juga gue ambil keputusan untuk nyelesaiin sekolah gue dan lulus duluan sebelum waktunya—
“Jadi lo udah lulus dong” potong Ata yang dibalas anggukan singkat fania membuat mereka semua kagum. Tidak perlu diragukan lagi sih kecerdasan fania kan emang diluar kepala manusia
“Jangan jangan lo reinkarnasinya Albert Einstein ya fan?” celetuk Ardho diikuti kekehannya
“Ngawur” balas fania seadanya
“Lanjut” ujar Ardhi yang sedari tadi diam menyimak
“ya gitu, tahun kedua kan gue gaada kerjaan disana. Terus gue buat coba berbisnis kecil kecilan dari duit hasil lomba yang gue dapet ditambah uang jajan gue selama itu dengan menyewa tempat di pusat kota LA untuk dijadiin cafe kecil gitu tempat nongkrong--
--Tapi 3 bulan setelah cafe gue buka pengunjung tiap hari tambah banyak buat omset gue naik drastis, dari situ gue udah bisa beli tempat itu bahkan dengan tempat disampingnya untuk gue memperluas cafe gue. Di tahun pertama juga waktu itu gue udah bisa buka cabang hampir keseluruh benua Amerika walaupun tempatnya Cuma kecil tapi itu semua hasil jerih payah gue sendiri. Tahun berikutnya usaha gue lancar hingga ditahun ke-tiga gue disana gue coba untuk ikut investasi disebuah perusahaan terkenal dikota New York yang bentar lagi akan bangkrut. Dan betul aja setahun kemudian perusahaan itu bangkrut dan menjual aset berharga mereka ke gue dengan harga yang lumayan lah, tanpa pikir panjang gue langsung beli itu semua aset perusahaan mereka dan gue olah lagi dari awal”
“Bentar gue haus mau minum dulu” jeda fania menyeruput jus mangga dihadapannya membuat temannya mendegus tidak percaya ketika sedang serius fania malah dengan santainy minum
“Singkat cerita ,uang hasil kerja keras gue, gue gunakan untuk banyak investasi entah itu properti, kendaraan, rumah, vila, tanah, restoran dan apapun itu yang sekiranya menghasilkan uang. Sebenarnya bukan uangnya sih yang gue cari selama ini karena kalian udah tau sendiri kan kalau kehidupan gue sangat terjamin jadi putri keluarga Sander, itu semua gue lakukan untuk mengisi kegiatan gue yang kosong. Tapi siapa sangka di tahun kelima kemaren perusahaan gue yang banyak memiliki cabang tersebar hampir seluruh dunia termasuk Indonesia menjadi perusahaan tekaya di dunia. Bersyukur aja sih gue dengan itu semua, jadi dengan begitu gue udah gapernah lagi minta uang dari mami papi kecuali mereka sendiri yang transfer”
Jawaban panjang lebar dari fania membuat mereka semua manggut manggut mengerti dan juga kagum se kagum kagumnya dengan usaha fania kala itu. Kegabutan fania yang tidak ada kerjaan bisa mengantarkan dirinya menjadi pengusaha tersukses disunia dan menempati peringkat 1 orang terkaya di dunia.. wow
***
Keesokan harinya fania berangkat sekolah dengan Revan. Gimana enggak, revan sudah stay disofa depan kamar fania dan rino pukul 05.00 pagi bahkan saat itu fania masih asik bergelung dengan dunia mimpinya.
“Nanti ada acara” tanya revan memecah keheningan didalam mobil membuat fania yang sedari tadi memandang jalanan menoleh singkat
“Em enggak deh kayanya” jawaban fania membuat senyum revan kian melebar. Dengan keberanian yang sudah ia mantapkan tangan kiri revan menggenggam tangan kanan milik fania membawanya kepangkuannya
Fania yang sedang memandang jalanan tersentak kaget, menahan nafas untuk beberapa detik kemudian ia menoleh dengan cepat ke arah tangannya yang digenggam tangan besar revan. Perasaan hangat langsung menjalar keseluruh tubuh fania, jantungnya bahkan berdegub dengan kencang saat ini, dengan cepat fania menolehkan kepalanya ke jendela karena dirasa pipinya yang bersemu merah
“Nanti malam jalan yuk. Aku jemput” tawar revan dengan mengecup punggung tangan fania yang ada digenggamannya.
Mendadak tubuh fania menjadi lemas tak berdaya jika diperlakukan manis seperti ini terus terusan. Dengan gugup fania menjawabnya dengan deheman membuat revan terkekeh.
“fan”
“Fania”
“Sayanggg”
Tersentak kaget ketika revan memanggilnya sayang membuat lamunannya seketika buyar “Ehh iya apa? Kok berhenti” jawabnya refleks membuat revan tertawa. Jika tadi tangan kirinya untuk menggenggam tangan fania, kini tangan kanan revan dibuat untuk mengusap lembut pipi fania menimbulkan semburat merah yang menjalar dari pipi sampai ke telinganya
“Saking nyamannya gamau turun ya? Kita udah sampek 5 menit yang lalu loh” goda revan
“Ha ehh” refleks fania mengedarkan pandangannya ke depan dan Bomm tentu saja mereka berhenti, mereka sudah ada diparkiran khusus SHS.
Fania merutuk dalam hati kenapa bersikap bodoh kali ini, rasanya ingin sekali fania menceburkan diri ke sungai Amazon karena malu
“Yuk turun” ucap revan yang sudah terlebih dulu keluar dari mobil. Hendak saja fania membuka pintu mobil tapi revan terlebih dahulu membukanya dari luar dengan badan sedikit membungkuk dan mengulurkan tangannya
‘Mamiiiiii dedeq gabisa diginiin terussss’ jerit fania dalam hati melihat perlakuan manis revan kepadanya. Dengan sedikit ragu fania menerima uluran tangan revan dan berjalan bersama ke kelas fania.
Fania kembali memasang wajah datar khas miliknya ketika melewati koridor yang sudah ramai. Lain fania lain juga dengan revan, jika tadi fania memasang wajah datar dan dinginnya berbeda dengan revan yang sedari tadi tersenyum dengan lebar seolah memamerkan kepada semua orang bahwa fania adalah gadisnya.
Berita kedekatan mereka berdua telah tersebar luas diseluruh kalangan bahkan guru-guru, satpam, tukang kebun dan penjaga kantin pun tahu kalau mereka berdua sedang dekat bahkan dikabrkan sudah pacaran.
Setelah menghantarkan sang pujaan hati kedalam kelasnya dengan keadaan selamat, revan kembali berjalan menuju kelasnya dengan senyuman yang tak memudar diwajahnya
“Senyum terus ga kering apa tuh gigi” celetuk Rino yang berpapasan dengannya di lantai 2
“Eh kakak ipar, selamat pagi” jawabnya dengan senyum semakin melebar membuat Ardho yang baru saja sampai dengan kakaknya menampol kepalanya pelan. Bukannya marah revan malah tertawa dibuatnya-efek mabuk cinta inimah si revan
“Kesambet apaan lo cengar cengir kaya orang gila” heran Ardhi berjalan sejajar dengan ketiganya
“kakak ipar ntar malem gue mo pinjem adek lo ya”
“Minjem? mau lo ajak kemana anak orang van” saut Ardho mendahului Rino yang hendak menjawab
“Hotel” ceplos Revan asal membuat langkah ketiga temannya terhenti dan memandangi revan dengan tatapan horor, bergidik ngeri revan kembali meralat ucapannya “Hehe sans bro, mau gue ajak jalan lah kan malming entar”
“Oke. Awas aja lo macem macem pulang tinggal nama lo” ancam rino yang sepenunya tidak bercanda. Karena fania adik rino satu satunya apalagi perempuan membuatnya bertanggung jawab harus melindunginya
“Siappp bosss” jawab revan mantap tanpa ragu sedikitpun dengan badan tegap
***
Malam tiba. Disinilah mereka berada disebuah cafe mewah menonton live musik. Raut wajah fania mah biasa aja datar kaya biasanya, tapi berbeda dengan revan yang sedari tadi cemberut dan terkesan kesal.
“Dek dek cobain deh makanan gue, enak banget sumpahan ga boong”
Menganggapinya dengan anggukan fania membuka mulutnya lebar ketika abangnya menyuapkan sesendok stik daging medium ke arahnya. Jika kalian tanya yang membuat revan dari tadi cemberut ya ini nih, ada sohib kampretnya yang bentar lagi merangkap menjadi kakak iparnya-aminin ajalah ikut dalam acara kencannya dengan fania. Rino ikut dengan nada memohon yang mebuat fania tidak tega jadi mengiyakan saja.
Flashback
“udah siap fan” tanya revan ketika fania menuruni tangga menuju kearahn ya di ruang tamu
“udah yuk” bukan fania yang menjawab melainkan rino yang dengan seenak jidatnya merangkul fania membawanya masuk ke mobil revan dan dukuk berdua dikursi penumpang membiarkan revan didepan sebagai sopir pribadi mereka
“Ngapain lo” sewot revan ke rino yang sedang duduk santai menaikkan kakinya di atas kursi mobilnya
“Turun gak lo sekarang” ancam revan
“Dek abang ikut ya yayaaya pliss. Masa ga kasian abang lo diem dirumah aja” melas rino membuat fania jadi ga tega
“bolehin ajalah van” pinta fania membuat revan mendegus kasar mau tak mau
“Lo tuh ngapain sih rin disini ganggu acara kencan gue aja” masih belum bisa terima, revan kembali mendebat dengan rino yang ada dikursi belakang
“Gue? Ya ikutlah. Gila aja gue malming gini ngedekem diri dirumah udah kaya anak prawan aja” jawabnya santai membuat revan ingin menampolnya kalau sekarang ini tidak ada fania disampingnya
“Ganggu aja lo pakek ngikut segala” cibir revan “Ehh kok gue dududk sendiri sih. Fan kamu duduk di samping aku dong jangan dibelakang gitu.” Pintanya memelas
“apelu nyuruh nyuruh adek gue segala. Udah buruan cepet jalannnya” perintah rino seenak jidat membuat fania terkekeh pelan didekatnya
“Kampret” umpatnya pelan
“Nggih jurangan” jawab revan patuh kemudian menjalankan mobilnya dengan setengah hati dongkol
‘Besok besok gabakalan gue bawa mobil kalau kencan’ batin revan kesal misuh misuh sepanjang perjalanan
Muka revan kembali masam saat fania mengacuhkan dirinya dan memilih ngobrol dengan abangnya. Kalau seperti ini dirinya yang menjadi nyamuk diantara kakak beradik ini.
“Rin lo gamau apa gitu pergi dari sini? Gue kasih black card gue deh gimana?” tawar revan menaik turunkan alisnya mencoba bernegosiasi.
Rino diam seolah berpikir sedetik kemudian “Hm tawaran yang menarik. Tapi kalau lo lupa gue juga punya tuh sepuluh di dompet gue” jawaban rino mengeluarkan dompetnya dan memperlihatkan jajaran black card miliknya. Melihatnya membuat kedua bahu revan merosot. Salah dia juga sih nawarin black card dia, udah jelas rino pasti punya banyak, anak sultan gitu
“Hai rino. Ikut aku yuk” ucapan tiba tiba seorang perempuan yang mengahmpiri mereka bertiga menjadi puat perhatian mereka “siapa” tanya rino kemudian
“Ihh aku Dara, masa kamu lupa sih” jawab perempuan tadi yang diketahui namanya Dara.
Rino nampak kembali berpikir “Ahh dara anaknya Pak Somat ya” celetuk rino membuat Revan dan Fania mati matian menahan tawanya melihat muka Dara yang asem banget
“Ihh kok pak somat sih rin. Aku anak SMA Bhakti” jawabnya mencoba seramah mungkin meski masih gondok dengan rino
“Goblok anak pak somat mana ada yang cewek. Orang laki semua” maki revan dengan menahan tawa membuat rino cengengesan
“Ahh yaudah yuk. Daripada gue disini mending bareng lo kan” ajak rino pergi bersama dengan Dara keluar cafe
Setelah rino dan dara menghilang dari pintu cafe revan dan fania meledakkan tawa mereka
“Alhamdulillahhhh gusti” pekik revan seneng bukan maen. Akhirnya ia bisa kencan berduaan dengan fania
*****
Holaaaaaa eperibadehhhh..........
Akhirnya setelah sekian purnama aku kembali juga hihi..
M
akasih support dan dukungngannya...
Komen dibawahh yang banyak yaa
Next Gak nih?