Happy reading ❤
[3. SALAH ORANG]
Pagi ini Nadia bangun terlambat, karena kemarin malam ia bergadang untuk mengerjakan proposal yang di minta oleh kepala sekolah hari ini. Nadia pun bergegas untuk kekamar mandi.
Tidak butuh waktu lama Nadia pun sudah selesai lengkap dengan seragamnya yang sudah ia gunakan. Nadia memoles wajahnya sedikit lalu mengikat rambut asal tetapi masih terlihat rapih. Setelah selesai Nadia langsung menuruni tangga untuk segera berangkat kesekolah.
Dimeja makan sudah ada ayah bunda dan adik nya sedang makan bersama. Selama Rafa pergi Nadia sudah tidak pernah merasakan bagaimana rasanya makan bersama dengan mereka berdua.
"Pagi yah, bun, Ra." sapa Nadia, tetapi tidak ada yang menjawab nya.
"Zora, kamu harus makan yang banyak, biar sehat." ucap Bella pada Azora.
"Iyaa bunda, jangan banyak banyak juga dong, kalau Zora gendut gimana? Terus ga ada yang suka sama Zora nanti!" Ujarnya sambil cemberut.
"Anak bunda udah besar ternyata. Kamu ini cantik sayang, pasti banyak yang suka sama kamu." Bella terkekeh memdengar jawaban anak bungsu nya itu.
Nadia memperhatikan interaksi mereka semua. Kapan Nadia akan di perlakukan seperti itu oleh orang tua nya.
"Sayang cepet habisin makanan kamu, udah itu ayah anter kamu ke sekolah ya." Ucap wisnu sambil mengacak rambut Azora pelan.
"Siap ayah!!" Ucap nya dengan semangat.
"Emm ... yah Nadia boleh ikut ayah ga?" tanya nya takut takut.
"Ga usah manja kamu udah besar, biasanya juga berangkat sendiri." ucapnya sangat ketus.
"Tapi kan sekolah Nadia sama Azora sama yah, kenapa ga sekalian aja."
"Udah deh Nad, ayah ga mau berdebat sama kamu ini masih pagi. Biasanya juga kamu naik angkot atau bis sekolah kan?! Gausah manja Nad." Nadia menghela nafas kasar.
"Yaudah kalau ayah ga mau, Nadia berangkat sekolah dulu." Nadia yang sudah biasa diperlakukan seperti itu hanya menghela nafas pasrah lalu ia melangkah meninggalkan meja makan dan segera berangkat ke sekolah.
Nadia harus berjalan terlebih dahulu ke depan komplek yang lumayan agak jauh untuk Dapat menemukan angkutan umum. Sudah lima belas menit ia menunggu tetapi ia tidak sama sekali menemukan angkutan umum atau kendaraan umum lainnya.
"Pada mogok kerja kali ya nih angkot?! Masa dari tadi ga ada yang lewat satupun!!" Nadia mendengus kesal.
Tiba - tiba Nadia melihat sebuah motor yang sama seperti motor yang kemarin mengantar nya pulang, selintas ide langsung muncul di otak cantik nya.
Nadia langsung merentangkan tangannya dan berdiri di tengah jalan, membuat sang pengendara berhenti. Si pengendara motor pun langsung melepaskan helm full face nya dengan kasar, seketika Nadia menganga dan membulatkan mata nya dengan sempurna ternyata ia salah sasaran.
Ko lintang sih?! Gue kira si Reygan yang kemarin nolong gue. Gue salah orang dong!! Batin nya nadia menepuk kening nya lalu tersenyum canggung.
"Lo gila ?! Lo kalau mau mati jangan pake motor gue dong!" Nadia mencoba untuk setenang mungkin.
"Sorry sorry, gue cuman mau minta bantuan doang sama lo, bantuin gue ya plisss ...." Tanyanya dengan muka memelas.
"Lo ga tau malu banget ya, kemarin lo udah bentak bentak gue didepan umum dan sekarang lo mau minta bantuan sama gue?! Gue ga sudi!" Tegas nya, saat lintang ingin memakai helm nya kembali dengan cepat nadia menahan nya.
"Pliss ... kali ini ajaa gue mohon sama lo, gue hari ini ada rapat osis bantuin gue yaa!" Nadia menyatukan kedua tangan nya di depan wajahnya.
"Gue ga peduli!"
"Okee gue bakal nurutin apa mau lo asal lo bantuin gue, gue udah telat nih pliss..." Ucapnya masih terlihat berusaha untuk mendapatkan bantuan nya.
"Lo yakin sama kata kata lo barusan?" Tanya nya, dengan senyum Meremehkan dan menaikan sebelah alisnya.
"I ... iyaa, jadi lo mau bantuin gue apa engga?!"
"Buruan naik!" Tanpa berfikir panjang Nadia langsung menaiki motor milik lintang, tetapi ia seperti kesusahan saat ingin menaikinya, lintang pun yang jengah melihat nya langsung berniat untuk menolong nya.
"Pegang tangan gue!" Ucapnya sambil menjulurkan tangan nya, nadia pun langsung memegang tangan nya dan langsung naik ke atas motor nya.
Siap siap aja lo dipermalukan lagi nad! Batinnya sambil menghela nafas pasrah.
Kemudian lintang menggunakan helm nya kembali dan segera menancap gas menuju ke sekolah. Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama akhirnya mereka pun sampai di dekat halte yang tidak jauh dari sekolahnya, Nadia menepuk pundak lintang agar cowo itu berhenti.
"Berhenti tang, gue turun disini aja." Nadia pun turun dari motor nya saat ia melangkah maju tangan nya di tarik oleh lintang membuat Nadia langsung berbalik badan dan menabrak tubuh lintang.
"Ke--kenapa?" Tanya nya gugup saat harus berbicara dengan lintang dengan jarak sedekat ini.
"Lo lupa sama yang lo bilang tadi?" Nadia menepuk jidat nya
"Gue ga lupa ko, cuman gue ada rapat osis gue udah telat banget sorry, tapi lo bisa pegang kata kata gue, sekarang biarin gue pergi pliss..." Ucapnya memohon.
"Okee gue pegang kata kata lo!" Nadia pun mengangguk dan langsung melenggang pergi dari sana.
"Thanks nad lo mempermudah gue buat jalanin taruhan Ini" Gumam nya. Kemudian ia langsung melajukan motor nya menuju parkiran disekolah nya.
Setelah sampai disekolah Nadia dengan cepat berlari menuju ruang osis, karena ia sudah terlambat lima menit. Saat Nadia ingin berbelok ia tidak sengaja menabrak seseorang sehingga ia tersungkur jatuh ke lantai.
Bruk...
"Awss ... lo bisa ngaa sih jalan pake mata?!" Ucapnya sambil mengelus elus pantatnya yang sudah mencium lantai pagi hari. Tetapi orang dihadapanya hanya dian santai tidak merespon.
"Lo denger gue ga---" Ucapanya terhenti saat ia menyadari siapa yang sedang ia marahi, cowo tinggi, tegap, tidak terlalu putih itu sedang menatap nya malas.
"Udah?" Nadia mengerutkan dahinya bingung.
"Udah? Maksud lo?" Ucapnya tidak tau.
"Lo itu berisik tau ga nad, kalau orang jatuh itu bangun bukan ngedeplak duduk kaya gitu terus, kaya gembel aja." Nadia membulatkan matanya.
"Lo tuh ya, bukan nya minta maaf malah nyela gue." Ucapnya kesal.
"Maaf? Buat apa?" Ucapnya santai.
"Buat apa lo tanya? Lo udah buat gue jatuh, dan lo ga ada sama sekali niat buat bantu gue gitu?"
"Disini lo yang salah, ngapain gue bantuin lo?" Sungguh rasanya nadia ingin melemparkan orang ini ke kolam ikan piranha, sangat menyebalkan.
"Lintang!! Lo tolongin gue dong, tanggung jawab ke." Ya cowo yang menabrak nadia tadi adalah lintang. Ternyata Lintang sampai lebih dulu di sekolah, yaa karena tadi Nadia harus berjalan sedikit untuk bisa sampai ke gerbang sekolah.
"Tanggung jawab? Gue ga ada ya, macem - macem sama lo."
"Lo itu ya ... ihh nyeselin banget sih!" Nadia langsung berdiri dan melewati tubuh Lintang yang menutupi jalan nya.
Saat Nadia melewati tubuh lintang, dengan cepat lintang mencekal tangan Nadia, posisi mereka sekarang Bersebelahan. Nadia memalingkan wajah nya melihat wajah Lintang menunggu apa yang akan pria itu katakan.
"Gue cuman mau bilang sama lo kalau jalan pake kaki bukan pake mata." Ucap Lintang. Pandangan nya masih terfokus kedepan.
"Kalau lo ga punya mata lo ga bakal bisa jalan." Ucapnya sambil menghentakan tangan nya yang berada di cengkraman Lintang.
"Ohh ya masa? Buktinya orang buta masih bisa jalan, karena apa? Karena dia punya kaki. Dan jangan lupa lo punya hutang sama gue." Setelah mengatakan itu lintang meninggalkan nadia yang sedang membuka mulutnya tidak percaya bahwa lintang akan mengatakan seperti itu.
Beberapa detik kemudia ia tersadar ia menepuk dahinya ia lupa bahwa pagi ini rapat osis pasti sudah dimulai. Dengan cepat nadia berlari menuju ruang osis yang tidak terlalu jauh dari sana.
Setelah sampai disana benar saja ternyata rapat nya sudah dimulai beberapa menit yang lalu dengan sedikit keberanian nadia mengetuk pintu ruangan itu.
Tok...tok...tok...
Tidak lama kemudia pintu ruangan itu pun terbuka dan menampilkan iqbal yang sedang tersenyum ramah padanya.
"Sorry, gue telat." Nadia merasa tidak enak pada semua yang ada disana.
"Santai kali nad, kan ada gue yang bisa gantiin lo." Nadia tersenyum canggung pada iqbal. Perlu kalian tahu bahwa iqbal adalah wakil ketua osis disini.
Iqbal juga sangat banyak membantu nadia, menurut siswa-siswi disana mereka dangat cocok jika di jadikan partner untuk bekerja sama, karena mereka sama sama pintar, bertanggung jawab.
"Ohhh ... Ketua osis kita baru dateng guys ... dari mana aja lo? Berasa tamu VIP ya lo sampe baru dateng jam segini, buang buang waktu kita doang tau ga lo." Ucap Nadin salah satu anggota osis disana sekali gus sekretaris osis.
"Gue minta maaf sama kalian semua, gue emang salah maaf kalau gue udah buang waktu kalian, tadi gue susah cari kendaraan buat dateng ke sini."
"Lo ketos tapi bego ya nad! Gue tau rumah wira deket sama rumah lo kan kenapa lo ga nebeng aja sama dia?" Iqbal yang melihat pertengkaran itu langsung merelai nya.
"Udah stop! Kenapa sih malah di perpanjang, mending kita lanjutin rapatnya, kita cuman dikasih waktu sedikit buat rapat ini." Nadin memutar bola matanya malas lalu ia duduk di tempatnya semula, nadia masuk ke dalam ruangan osis lalu ia segera mengambil alih rapat ini.
Nadia menjelaskan dengan sangat baik, semua program yang akan mereka lakukan selama setahun ini sebelum mereka meninggalkan sekolah ini, mereka ingin membuat kesan yang begitu indah untuk sekolah ini, dan pastinya sangat berbeda dari tahun sebelum nya.
"Cukup sekian jika ada pertanyaan kita lanjutan saat rapat selanjutnya, karena waktu yang diberikan sudah habis, kalian bisa kembali ke kelas kalian masing masing." Semua anggota osis mulai bubar dari ruangan ini untuk kembali ke kelas mereka masing masing untuk melangsungkan pelajaran.
Disini hanya tersisa iqbal, nadia dan beberapa anak kelas XI lain nya yang sedang berbincang bincang sebentar untuk membahas sedikit rapat tadi. Iqbal menghampiri nadia yang sedang membereskan barang barang nya.
"Emm nad? Lo hari ini sibuk ga?" Iqbal berdiri dihadapan nadia.
"Bal? Nunduk deh." Iqbal mengerutkan dahinya bingung, tetapi ia tetap menurutkan apa yang dikatakan nadia.
"Kenapa emang?" Ucapnya bingung.
"Lo ketinggian gue pegel harus ngedongkak mulu. Hari ini gue ga tau, emang kenapa?" Iqbal terkekeh melihat tingkah nadia.
"Dasar lo, ohh ya lo mau bantu gue ga cari kado buat nyokap gue lusa dia ulang tahun." Nadia mengangguk anggukan kepala nya sembari berfikir.
"Ohhh...kenapa lo ga ajak cewe lo aja." Ucapnya heran.
"Gue jomblo ga usah ngehina." Iqbal mendengus kesal.
"Ahh lo bohong ya? Kemarin gue liat lo nganterin cewe lo." Ucapnya sambil menunjuk wajah iqbal meledek.
"Gue ga bohong, kemarin gue liat dia selingkuh yaudah gue putusin." Ucapnya sambil memasang wajah memelas.
"Emmm, gue pikir pikir dulu deh takut nya gue ga bisa, tapi kalau gue bisa ada syarat nya." Iqbal menatap nadia sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Apaan? Sama temen ko pake syarat sih nad." Ucapnya tidak percaya.
"Udah ga ada yang graris soalnya, ke wc aja sekarang bayar, tenang ko ga muluk muluk cuman beliin gue berlian aja." Nadia mengucapkan nya begitu santai, sedangkan iqbal sudah melebarkan matanya tidak percaya.
"Hah?! Mana bisa gue!" Nadia tertawa melihat ekspresi iqbal yang begitu terkejut.
"Elah bercanda kali, mana mungkin anak SMA kaya kita bisa beli berlian kecuali dia holkay, gue cuman pengen eskrim doang ko." Iqbal menghembuskan nafas lega.
"Gue kira nad, yaudah kita kekelas yu." Nadia mengangguk, lalu mereka keluar dari ruangan itu menuju kelas mereka masing masing, di persimpangan jalan menuju kelas mereka terpisah, karena iqbal harus melewati lorong kelas IPA, dan Nadia melewati lorong kelas IPS.
✳✳✳
Belajar mengajarpun sudah berlangsung seperti hal nya di kelas XI IPS 5 mereka sedang melaksanakan pelajaran Pa Miwon yaitu sejarah yang menurut mereja sangat membosan kan. Setelah Pa Miwon selesai menerangkan ia langsung bertanya siswa-siswi di kelas ini.
"Baik apakah kalian mengerti?" Semua siswa disana pun hanya mengangguk walaupun ia tidak paham sama sekali apa yang sedang dijelaskan oleh Pa Miwon.
"Jika kalian sudah paham, saya akan memberikan pertanyaan kepada kalian. Di indonesia sudah ada 2 ras yang tersebar di sini salah satunya adalah ras mongoloid, Lintang bisa tolong kamu jelaskan?" Lintang yang merasa terpanggil sangat terkejut, pasal nya ia tidak mendengarkan sama sekali pada saat Pa Miwon menjelaskan.
"Maaf nih ya pa tapi saya baru lahir, pas jaman itu saya belum lahir jadi mana saya tau, bapa yang ganteng melebihi Reza Rahardian." Ucapnya santai.
"Apakah kamu tidak mendengarkan saya lintang?" Tanya pa miwon sedikit kesal.
"Denger ko pa, tapi bapa ngejelasinnya kaya dongeng pengantar tidur, bikin ngantuk." Semua orang yang mendengarnya terkekeh saat mendengar jawaban dari lintang.
"Apa yang kamu tau cuman tawuran saja? Apakah ada yang bisa menjelaskan?" Lintang mengangkat bahunya acuh, Dengan cepat Reygan mengangkat tangan nya.
"Saya pa, Ras mongoloid adalah ras yang berasal dari daerah asia tengah (Mongoloid). Pada zaman es, ras mongoloid terbesar di indonesia bagian barat yang meliputi pulau sumatra, jawa dan kalimantan." Memang benar kemampuan reygan tidak perlu diragukan lagi.
"Itu jawaban yang saya harapkan, bukan seperti kamu lintang." Ucap pa Miwon sambil menunjuk reygan dan bertepuk tangan.
"Lagian bapa aneh aja, nanya soal jaman purba mana kita tau coba." Jawab devan.
"Bapak lahir dijaman itu ya ... makanya bapak tau." Ucap raka langsung dihadiahi gelak tawa dari semua murid dan mendapat tatapan tajam dari pa miwon.
"Kalian ini selalu saja bikin saya pusing!" Ucapnya sambil mengelengkan kepalanya.
"Ohh mau saya beliin obat nyamuk ga pa biar ga pusing lagi.?" Tawar devan pada pa miwon.
"Yang ada saya mati, kamu ini gimana sih?!" Pa miwon sangat kesal pada kelas ini.
"Alhamdullilah." Ucap raka dan devan beraamaan.
"Kalian bilang apa? Kalian doain saya mati?!" Pa miwon menghampiri meja raka dan devan sambil berkacak pingang.
"Kita cuman ngaminin aja pa, itu bapak yang bilang ya bukan saya." Lagi lagi raka terus membuat pa miwon kesal.
"Keluar kalian dari kelas saya sekarang!" Raka dan devan secara bersamaan mengebrak meja, membuat semua orang disana terdiam.
Brak!
"Dari tadi dong pa! kenapa baru sekarang coba!" Mereka berdua bertos ria.
Dengan bangga mereka melambaikan tangan nya kepada teman teman nya yang masih setia duduk di tempatnya, mereka langsung berlalu pergi dari sana dengan senyum yang merekah.
"Kita lanjutkan pelajarannya sebelum bel berbunyi." Mereka semua mengangguk pasrah.
"Sialan! Mereka ko nga ngajak ngajak sih!" Gerutuk Lintang pada Samudra..
"Tau tuh ga setia kawin banget sih." Lintang langsung menoyor kepala samudra.
"Kawan bego!" Samudra hanya menyengir kuda lalu mereka pun melanjutkan pelajaran pak mawon yang sangat membosankan..
✳✳✳
Bel istirahat pun berbunyi, Nadia dan bulan sedang berbincang bincang di kantin sambil menunggu senja yang baru saja ijin untuk pergi ke toilet. Suasana yang awal nya tenang tiba tiba menjadi ramai kenapa lagi jika bukan karena pasukan inti graffiti yang berjalan memasuki area kantin.
"Nad lo liatin siapa sih?" Bulan mengikuti arah pandang nadia tertuju pada keenam inti graffiti.
"Hah? Engga ko gue lagi cari senja." Ucapnya mengelak.
"Bohong ya lo ... jelas jelas lo liatin keenam inti graffiti, lo liatin siapa?" Tanya nya penasaran.
"Gue ... gue lagi liatin Reygan." Ucapnya gugup.
"WHAT?!" Dengan cepat nadia membekap mulut bulan yang sama seperti senja tidak bisa menjaga rahasia. Nadia melihat kesekeliling kantin semua mata tertuju pada mereka, nadia hanya tersenyum cangung.
"Stttt ... jangan keras keras dong." Ucap nadia sedikit berbisik.
"Ehehe ... sorry gue kaget soalnya, kemarin lo bilang ga bakal tertarik sama anak graffiti tapi sekarang? Tapi ... gue penasaran deh reygan itu yang mana sih?" Nadia melirik ke arah anak anak graffiti lalu ia mengarahkan pandangan nya pada reygan.
"Itu yang ada disebelah kanan lintang, tapi lo jangan bilang bilang sama senja ya." Bulan mengangguk semangat.
"Parah sih nad ... ganteng gila, kalau itu mah gue juga mau" Saat bulan mengalihkan pandangan nya pada nadia ia melihat nadia sedang menatap tajam ke arah nya. Bulan hanya tersenyum canggung.
"Nadia!Bulan!" Ucap senja yang baru saja tiba di kantin.
"Apaan sihh ja, ga usah teriak teriak berik tau ga sih lo." Ucap nadia kesal.
"Sorry, gue punya kabar yang lagi trending banget nih kalian mau denger ga?" Nadia sangat malas menanggapinya sedangkan bulan sudah mengangguk antusias.
"Mau/ngaa." Ucap nadia dan bulan bersamaan, senja mengabaikan ucapan nadia ia mulai menceritakan nya pada bulan.
"Gue tadi liat salsa anak XI IPA 1 yang pinter dan cantik, yang bokap nya donatur terbesar di sekolah itu loh, dia pacaran sama lintang!"
"Paling juga cewenya yang nembak." Ucap nadia tenang sambil meminum minuman nya, senja langsung menjentikan jari nya.
"Bener banget! Gilaa ya si lintang masa ada yang nembak dia terima aja tanpa mikir apapun gitu."
"Ngapain lo ngurusin hidup orang , kalau hidup lo aja belum bener."Senja menghembuskan nafas pasrah jika ia dan nadia jika berdebat tidak akan habis satu hari, jika salah satu dari mereka tidak ada yang mau ngalah.
"Emang lo dari mana Ja, ko bisa tau sih?" tanya Bulan penasaran.
"Biasa habis ngebucin sama si Samudra palingan." ucapnya acuh.
"Sirik aja lo jomblo. Gue habis dari kelas cowo gue, pas gue mau kesini ehhh malah liat yang ke gitu." Bulan mengangguk anggukan kepalanya mengerti.
"Jomblo juga bahagia, dari pada bucin alay."
"Gaa denger gue, lo ngomong apa tadi burem sumpah." Ucap Senja. Nadia memutar bola matanya malas.
Lintang yang sedari tadi memperhatikan Nadia, Langsung terlintas di otak nya untuk menjalankan aksinya. Lintang bangkit dari duduk nya kemudia ia mulai berjalan menghampiri meja nadia.
Setelah sampai disana dengan cepat lintang duduk di sebelah Nadia yang masih belum sadar akan kehadirannya, sedangkan Bulan dan Senja sudah membulatkan matanya terkejut.
Nadia yang menyadari isyarat dari senja mengerutkan dahinya bingung. Senja menunjuk lintang dengan dagunya, nadia mengarahkan kepalanya kearah yang senja tunjukan.
"Astagfirullah setan!!" Wajah lintang sanagat dekat di hadapan Nadia, ia memukul bahu lintang cukup keras sampai ia meringis kesakitan.
"Awsss ... lo apa apaan sih, mana ada setan seganteng gue!" Ucapnya sambil mengelus elus bahunya.
"Ya elo ngapain tiba tiba disini sih?!" Lintang mrnjauhkan wajahnya dari nadia, kemudia ia bangkit dari duduknya.
"Ikut gue." Nadia mengerutkan dahinya bingung.
"Kemana?? Gue ga mau ah!" Lintang berdecak kesal ia langsung mendekatkan wajahnya di telinga nadia, membuat semua orang penasaran apa yang akan dikatakan lintang pada nadia.
"Lo lupa sama kata kata lo tadi pagi?" Bisiknya, nadia menepuk dahinya pelan. Lalu ia mendorong tubuh lintang untuk menjauh ia pasrah ketika lintang menarik pergelangan tangan nya keluar kantin , tanpa sengaja mereka berpapasan dengan salsa gadis yang baru saja berstatus pacarnya lintang.
"Lintang, kamu mau kemana?" Ucap Salsa sambil tersenyum sangat manis.
"Rooftop" Jawabnya tanpa ekspresi sedikit pun dan lengannya masih mengengam tangan nadia, tanpa sengaja nadia melihat arah pandangan salsa melirik ke arah tangan mereka yang berpegangan, dengan cepat nadia melepaskan genggamannya tetapi tenaganya tidak kalah besar dari lintang. Ada sorot tidak suka yang diperlihatkan oleh salsa.
"Tang, tangan lo gue ga enak sama pacar lo." Bisik nadia pada Lintang.
"Aku ini pacar kamu tang, ga seharus nya kamu pegangan sama cewe lain di depan aku." Ucap Salsa sedikit emosi.
"Gue udah peringatin lo dari awal, di hidup gue ga cuman ada 1 cewe jadi lo harus terima semuanya." Setelah mengucapkan itu mereka langsung pergi meninggalkan salsa yang masih diam mencerna semuanya.
"Zor ko, kaka lo deket banget sih sama Ka Lintang? Parahh zor kalau lo kena tikung kaka lo sendiri." Ucap Ghea salah satu teman Azora.
Saat Azora ingin ke kantin ia tidak sengaja melihat Nadia bergandengan dengan Lintang. Ada rasa tidak suka saat melihat Nadia sangat dekat dengan Lintang.
Sejak hari pertama masuk sekolah Azora sudah sangat menyukai kaka kelasnya itu. Menurut Azora, Lintang adalah manusia yang sempurnah. Sudah tampan, tajir dan humble dan sedikit pintar.
"Gue juga ga tau, tapi awas aja kalau sampe ka Nadia suka sama ka Lintang gue ga akan biarin."
"Yaa iyaa lah jangan Zor, lo jangan mau kalah sama kaka lo. Kalau di liat liat nih yaa cantikan lo kemana mana dari pada ka Nadia." Zora hanya tersenyum sinis. Sudah tidak diragukan lagi.
Azora memang sangat cantik, penampilan nya pun sangat modis seperti anak anak jaman sekarang. Tidak heran jika banyak kaka kelas yang mengincar dirinya.
"Cabut, kita kantin aja lah." ucapnya lalu masuk kedalam kantin untuk mengisi perutnya.
Setelah sampai di rooftop lintang dan nadia langung duduk di sofa yang sengaja disediakan disana, tidak ada yang membuka pembicaraan hanya terdengar suara angin yang menerpa wajah mereka masing masing, sampai akhirnya nadia bosan dengan suasana seperti ini.
"Lo sebenernya mau apa ngajak gue kesini." Nadia menoleh ke arah lintang yang sedang menutup mata nya menikmati angin yang sejuk, Nadia memperhatikan wajah lintang yang terlihat damai saat ini.
Beberapa detik kemudia lintang membuka matanya, membuat nadia gelagapan, nadia takut jika ia ketahuan memandangi wajah lintang.
"Gue cape." Hanya kata itu yang terlontar dari mulut lintang.
"Cape? Yaa kalau cape istirahat lah ngapain ngajak gue kesini?!" Ucapnya bingung. Lintang membenarkan posisi duduk nya menghadap ke arah nadia.
"Tolong bantu gue, buat keluar dari masalah gue, tolong bantu gue buat nyingkirin semua cewe yang ada di hidup gue, gue cape nad kaya gini terus." Nadia meneliti mata lintang apa kah ia akan mendapat kebohongan dari kata kata lintang barusan, tetapi tidak ada lintang sangat serius mengucapkan itu semua.
"Kenapa gue? Maksud gue masih banyak ko cewe yang lebih cantik dari gue."
"Lo emang ga secantik dan semodis kebanyakan cewe lainya, tapi cuman lo satu satu nya cewe yang sama sekali ga mandang gue kaya pangeran." Nadia menghela nafasnya.
"Apa yang bisa gue lakuin buat bantu lo?" Ucapnya serius.
"Terus ada di samping gue saat gue butuh lo, sampe semua cewe ga berani lagi deketin gue karena mereka pasti bakalan ngira kalau lo pacar gue." Nadia membulatkan matanya terkejut.
"Hah?! Tapi----" Ucapanya terhenti saat lintang memotongnya.
"Gue mohon nad, bukan nya lo dari dulu mau gue berubah kenapa saat gue mau berubah lo ga mau bantu gue?" Nadia menghela nafasnya pasrah.
"Tapi lo yakin dengan cara kaya gini bakalan bikin mereka jauhin lo? Lo tau sendiri kan lo udah punya pacar aja mereka masih ngejar ngejar lo." Ujar Nadia.
"Guee tau, tapi gaa salah nya kan dicoba dulu, mereka pada takut sama lo yang Galak." Nadia mendengus kesal.
"Yaudah oke, tapi cuman dua minggu doang ya, setelah itu gue bebas"
"Apaan dua minggu, ngaa ada 1 bulan."
"Lama banget tang, yaampun!"
"Lo ikhlas ga sih ngebantuin gue?!"
"Okee fine 1 bulan, ga lebih tapi kalau bisa kurang." setelah mengatakan itu Nadia melangkah pergi meninggalkan Lintang.
"Kalau gini jadinya, gampang buat gue menang in taruhan ini." Gumam nya, saat Nadia sudah pergi meninggalkan rooftop. Lintang tersenyum sinis saat melihat kepergian Nadia tadi.
Gimana gimana suka ga ? Pasti suka dong jangan lupa vomen guys karena itu semua berharga buat bikin autor semangat....❤❤❤
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa Vote and Coment itu berharga banget buat autor biar nambah semangat buat bikin cerita nya, hehe....