"Keberanian memang sangat diperlukan apa lagi saat kita tertindas."
-Fisya Anastasya-
***
Pagi ini Fisya berangkat sekolah di jemput oleh Yudhis. Seperti biasa saat Fisya keluar rumah Yudhis sudah menunggu di atas motornya itu.
Saat Fisya menghampiri Yudhis, dia sedang memainkan ponselnya.
"Yud." Panggil Fisya.
"Udah?" Dan di angguki oleh Fisya
"Yaudah ayo." Setelah itu Fisya naik ke motornya Yudhis dan motor melaju menuju sekolah.
Saat sampai di parkiran sekolah seperti biasa jika Fisya berangkat atau pulang bersama Yudhis pasti akan mendapat banyak cacian dan juga pujian, walaupun pujian itu lebih di tujukan kepada Yushis sang pangeran sekolah.
'Eh eh mereka sampai tuh'
'Ih jijik banget si Fisya maen nempel nempel kaya gitu'
'Lagian mau aja sih si Yudhisnya sama cewe murahan kaya gitu'
Fisya yang mendapat kata kata cacian seperti itu hanya bisa menundukan kepala. Fisya bukannya takut, bukan. Melainkan hanya mencoba untuk tidak berbuat ulah di sekolah ini mengingat bahwa dia sudah kelas 12 dan itu berarti sebentar lagi akan keluar, apa lagi dia hanya seorang gadis biasa yang sekarang tidak mempunyai apa-apa. Ya sekarang dia memang tidak mempunyai apa-apa berbeda dengan dulu yang hidup berkecukupan, bahkan dia juga dulu cukup di segani oleh banyak orang termasuk siswa SMA Golden.
"Udah ga usah nunduk gitu jalan kaya biasa aja lama-lama mereka juga bakal diem ko." Yudhis menarik dagu Fisya agar gadis itu melihat kedepan dan tidak menunduk terus saat berjalan.
Saat sudah sampai di dalam kelas, Yudhis dan Fisya segera duduk di tempat mereka masing-masing.
"FISYAAAA."
Baru saja Fisya akan duduk dia langsung di kagetkan dengan suara Luna.
"Apasi pagi pagi udah teriak aja lu pikir ini hutan apa." Amuk Arya, baru saja dia memejamkan mata ingin tidur tetapi suara Luna berhasil menggagalkan waktu tidurnya.
"Terserah gua dong mulut mulut gua, lagian molor ko di sekolah sono pulang ke rumah lo kalau gak mau di ganggu." Balas Luna tak kalah nyolot, padahal dia yang salah kenapa dia yang nyolot heran Arya.
Dannis ikutan menimpali pertengkaran mereka berdua. "Udah diem kalian berdua itu salah tau gak."
"Lah gua salah apa Nis?" Tanya Arya
"Lu molor di sekolah udah tau di sskolah itu tempat belajar bukan tempat buat tidur." Luna cikikikan saat mendengar perkataan Dannis yang menurut dia itu Dannis sedang membelanya.
"Ngapain lu ketawa lu juga salah teriak teriak kaya orang utan."
Luna membulatkan mata dia pikir Dannis akan membelanya ternyata sama aja, sontak semua orang yang ada di sana tertawa mendengar perkataan Dannis barusan.
"Udah udah ah kasian Luna nya." Fisya mencoba untuk menghentikan tawa mereka agar Luna tidak terus-terusan cemberut.
"Lu tadi mau ngomong apa Lun?" Tanya Fisya
"Oh iya gua sampe lupa gara-gara orang gila tadi."
"Eh gua denger ya lu ngomong apa." Balas Arya.
Luna memutar bola matanya tidak peduli. "Jadi pas malem tuh pas gua nganter lu pulang ban gua bocor, lu tau ga siapa yang nolongin gua?"
"Nggak siapa?"
Daniell Sya Daniel. Dia nolong gua semalem aaaaa seneng banget gua tau gak." Luna ngomong gitu setengah berbisik karena tidak mau teman-temannya Daniel mendengar apa lagi kalau Daniel mendengar juga bisa malu Luna dan bisa di pastikan kalau Luna bakal mendapat ledekan dari Arya.
"Demi apa lu di tolong si manusia es?" Fisya sangat tidak percaya kalau Daniel yang notabennya membenci Luna itu menolong Luna begitu saja.
Ya Daniel emang membenci Luna karena dia risih dengan sikap Luna yang terus mencoba mendekatinya.
"Iya bener bahkan dia nganter gua balik terus bawa mobil gua ke bengkel sweet banget kan gila sih itu gua seneng banget Sya."
"Ciee seneng banget dong ya lu."
"Banget banget banget banget."
"Ck jangan terlalu kesenengan ah nanti kecewa sakit loh."
"Ah lu ma Sya sok kitu ka urang teh, suka menjatuhkan harapan orang lain." Luna pura-pura akan menangis saat mendengar ucapan Fisya barusan.
"Hahaha udah ah gak usah melow gitu senyum dong, keep smile." Dan mereka berdua pun tertawa menertawakan ucapan Fisya barusan.
-
Istirahat telah tiba, kini Fisya dan Luna sedang berada di kantin untuk mengisi perut mereka.
"Sya lu mau apa?"
"Baso aja sama jus jeruk."
"Oke tunggu bentar." Dan di angguki oleh Fisya.
Setelah beberapa menit menunggu Luna datang membawa dua gelas jus dan ibu kantin yang membawa basonya.
"Makasih bi." Ucap Luna dan di balas anggukan oleh ibu kantin tersebut.
"Nih Sya makan."
Saat Fisya dan Luna sedang memakan baso nya, adik kelas lewat membawa jus jeruk di atas nampan dan betapa kagetnya Fisya saat merasakan cairan yang mengalir dari atas kepalanya saat ia mendongak ternyata Aurel yang menumpahkan jus tersebut.
Fisya dan Luna pun berdiri."Apa apaan si lo Rel." Sentak Fisya.
"Itu akibat lo ngebentak gua waktu itu."
"Lebay banget si cuma di lawan segitu doang nyampe berbuat kaya gini." Balas Fisya.
"Tanggung jawab lo nenek lampir bajunya Fisya jadi basah kaya gitu." Giliran Luna sekarang yang membentak Aurel.
Aurel hanya ternyum miring mendengar perkataan Luna barusan. "Heh gua gak peduli, tunggu kejutan selanjutnya Fisya."
Aurel hendak pergi dari situ tetapi tangan nya di cekal oleh Fisya.
Plakk
"Jangan fikir gua takut sama cewe sinting kaya lo." Tidak sangka Fisya berani menampar Aurel didepan semua orang yang ada di kantin.
"Lu.." saat Aurel akan melayangkan pukulan yang sama, tetapi tangan nya kembali di cekal oleh seseorang.
"Jangan berani-berani nyentuh cewe gua." Yudhis menghempaskan tangan Aurel dengan kasar.
"Ikut gua." Yudhis menarik Fisya dari kantin dan membawanya ke toilet cewe.
"Nih pake." Yudhis menyerahkan baju baru kepada Fisya. Sebenarnya ith bukan baru tapi baju Yudhis yang dia simpan di loker kalau sewaktu-waktu butuh dia pake.
Dan Fisya pun mengambil baju itu lalu dia masuk ke dalam kamar mandi untuk mengganti bajunya.
Setelah selesai dia melihat dirinya di kaca yang ada di dalam kamar mandi, ternyata baju nya cukup walau kebesaran sedikit, dan dia pun keluar menghampiri Yudhis.
"Ternyata cukup juga, untung gua bawa baju dua." Ucap Yudhis saat melihat bajunya yang di pakai Fisya muat di tubuh kecil Fisya.
"Kamu bawa baju dua gini buat apa Yud?" Tanya Fisya.
"Buat sewaktu-waktu kalau abis keringetan banyak."
"Ohh gitu."
"Ko kamu berani si Sya lawan Aurel?"
"Kenapa harus takut toh sama-sama makan nasi ini kan?"
"Iya juga si." Setelah itu mereka berdua kembali ke kelas karena bel masuk sudah berbunyi.
-
Hari ini Fisya kembali pulang sendiri tanpa di antar Yudhis karena dia harus latihan basket lagi, mungkin akan tiap hari dia pulang sendiri karena lomba basket tinggal dua minggu lagi itu artinya Yudhis bakal sibuk dengan eskul nya itu.
Sebenarnya Yudhis dan teman-temannya itu sudah keluar dari basket karena mereka sudah kelas 12, tetapi Pak Aris meminta mereka untuk mengikuti lomba ini karena mungkin Pak Aris sudah percaya kalau mereka tidak akan mengecewakannya.
Saat Fisya sudah sampai di rumahnya ternyata sudah ada mobil ibu tirinya itu artinya ibu tirinya itu sudah pulang.
Langsung saja Fisya masuk kedalam rumahnya, tetapi langkah Fisya berhenti saat melihat Rina dan seorang perempuan yang mungkin sepantarannya tengah mengobrol dengan perempuan itu.
Perempuan itu tidak menyadari kedaan Fisya saat ini karena posisi nya yang membelakangi Fisya.
"Bu." Saat Fisya memanggil Rina, kedua wanita itu pun berbalik dan melihat ke arah Fisya.
Betapa kagetnya Fisya saat melihat siapa perempuan tadi yang sedang mengombrol dengan Rina ikut berbalik menatap Fisya.
"Aurel?"
♧♧♧
Gimana penasaran gak kenapa Aurel ada di rumah Fisya?
Makanya baca terus cerita Fisya
Jangan lupa juga vote nya:)