‘Hyung...Yeojoo mengalami kecelakaan!. Dia sekarang sedang dibawa ke rumah sakit!’
Sosok laki-laki itu berlari terengah-engah. Dia melihat ke sekelilingnya, jalanan mendadak cukup sepi kala itu hingga menyulitkannya untuk mencari taksi. Deru nafas terasa membara di hidungnya. Tidak. Tidak. Tidak. Katakanlah bahwa apa yang baru saja didengarnya hanyalah omong kosong? Mantan kekasihnya Yeojoo—bagaimana bisa terjadi kecelakaan padanya padahal beberapa saat lalu Hoseok menyebutkan jika dia masih di tempat kerjanya?. Ditambah kemana Taehyung pergi ketika dia tak sadarkan diri?
Laki-laki bernama Seokjin itu menghentikan langkahnya mendadak, matanya membulat dengan jantung yang terasa berhenti berdetak di saat yang bersamaan. Suaranya terkesiap saat penglihatannya menemukan sosok yang tidak asing tak jauh dari tempatnya berdiri
“Kau mau kemana?—dan kenapa wajahmu pucat begitu?”
“Y-yeojoo kecelakaan. A-aku harus pergi ke ru..mah sakit” jawab Seokjin dengan suara gemetar. Wajah sosok laki-laki diujung sana terlihat sedingin es di danau.
“Apa obat yang kuberikan tadi tak cukup” Dia—Taehyung, mengayunkan langkah kakinya mendekati Seokjin hingga mereka hanya berjarak kurang dari satu meter.
“Obat? ...Obat apa yang kau berikan padaku?!”
“Tidak ada, hanya obat agar bisa membantumu beristirahat”
“Kenapa? Kenapa kau membuatku tertidur dan—APA kau yang melakukannya?” Seokjin panik, dia menggucangkan bahu Taehyung dengan tatapan nyalang, seolah berusaha mencari jawaban lewat mata Taehyung. “Apa kau yang berada dibalik semua ini?!”
“Lalu kenapa? Apa pedulimu jika sesuatu terjadi padanya...kau sudah tidak ada hubungan dengannya kan?”
“Jawab aku Kim Taehyung!” Seokjin membentak dengan suara bergetar.” Apa kau yg melakukannya?”
“Wae? Apa dia begitu penting bagimu? Kau sendiri yang bilang jika kau membencinya—“
“Aku memang membencinya tapi BUKAN BEGINI CARANYA! Ahhhhhhhhh sial! ” Seokjin mendorong tubuh Taehyung, dia menundukkan wajah dengan nafas terengah, dadanya naik turun karena menahan emosi. Sungguh dimana akal sehat Taehyung? Bagaimana bisa dia melakukan hal sekejam itu? Dan yang lebih membuat Seokjin ngeri adalah ekspresi Taehyung. Laki-laki itu sama sekali tak menunjukkan perasaan bersalah. “ Apa yang sebenarnya kau pikirkan? Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Yeojoo, bagaimana jika Yeojoo—“
“YEOJOO YEOJOO YEOJOOO!!” Taehyung dengan marah berteriak, tatapan tajamnya pada Seokjin seolah siap menusuk dirinya. Taehyung tampak begitu menakutkan, Seokjin merasakan dadanya berdegup kencang karena teriakan keras Taehyung. “Apa hanya nama gadis itu yang kau pikirkan hah?”
Seokjin berusaha menemukan sisa-sisa suaranya, “K-kau tidak mengerti”
“Maka buat aku mengerti! Buat aku mengerti kenapa gadis itu selalu menjadi prioritasmu! Buat aku mengerti kenapa kau masih peduli padanya padahal dia sudah menyakitimu! BERKALI-KALI!” Taehyung membentak “Lalu—Bagaimana denganku? Apa kau pernah sedikitpun memikirkan perasaanku? Berapa kali aku harus mengatakan kalau aku menyukaimu? Aku rela melakukan apa saja untukmu! Tapi kau...” Taehyung mundur, “Hanya karena aku seorang pria? Lantas aku tak punya kesempatan untuk bisa bersamamu? Jika aku tahu akan seperti ini, aku juga takkan meminta mereka melahirkanku sebagai laki-laki!”
BUGH.
Ucapan Taehyung seperti pukulan bagi Seokjin. Seokjin tahu dia tak bersikap begitu baik pada Taehyung, terlebih di awal- awal pertemuan. Dia selalu kasar dan dingin terhadap Taehyung—dia tak membantahnya. Tapi mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Taehyung sendiri. Itu begitu mengejutkannya, dan membuatnya merasa begitu jahat.
“Jika memang kau ingin pergi menemuinya..” suara Taehyung mengalihkan pikiran Seokjin yang masih menatap Taehyung nanar, “Maka temuilah. Tapi perlu kau ingat, jika kau pergi, maka kau takkan bisa bertemu denganku lagi”
“Taehyung-ssi..”
“Aku serius. Aku takkan muncul lagi di hadapanmu jika kau memilihnya” suara Taehyung terdengar tidak kukuh, ”Katakan...”
Seokjin terdiam, dia memegang dadanya , wajahnya tak berani menatap Taehyung.
“Maaf. Maafkan aku Taehyung-ssi”
“Tidak..jangan, jangan minta maaf” Taehyung menggeleng, dia mengguncang tubuh Seokjin. Pandangannya yang semula tajam tiba-tiba berubah panik seolah berganti kepribadian. “Kau tidak bersungguh-sungguh ‘kan?”
Namun hatinya mencelos dan matanya terguncang dengan perasaan sedih ketika Seokjin mendorong pelan tangannya.
“A-aniya...”
“Maafkan aku, aku benar-benar harus pergi”
Seokjin mundur perlahan , wajahnya terangkat dengan senyuman pahit di bibirnya. Waktu seakan berhenti bagi Taehyung ketika melihat Seokjin berbalik memunggunginya dan berlari menjauh, menjauhinya.
Seokjin pada akhirnya memilih Yeojoo.
bukan dirinya.
“Hhhh...Haha....Hahahahhahaahaa”
Laki-laki itu tertawa, tertawa cukup keras hingga orang-orang disekitarnya mungkin menganggapnya gila...
Ya, gila karena dia tertawa dengan pipi bercucuran air mata...
Dia tertawa namun matanya menangis. Hingga tawa itu kini berganti menjadi raungan parau. Matanya terasa panas hingga dia merasakan sesak yang teramat sangat.
Dia menjatuhkan lututnya, tenaganya bagai terisap ke dalam tanah . Berkali-kali dia menggelengkan kepalanya seolah menyangkal bahwa apa yang baru saja terjadi adalah mimpi. Itu tidak nyata, itu tidak nyata!
Seseorang.
Seseorang tolonglah dirinya.
Seseorang tolonglah dirinya.
Seseorang tolong hanya peluk dirinya.
Seseorang tolong rangkul dia dan katakan bahwa dia begitu berharga
Karena hanya itu yang diinginkan Seorang Kim Taehyung.
**
Seokjin langsung bergegas menuju tempat dimana Yeojoo di rawat, dia menemukan rekan-rekan kerja Yeojoo disana, juga dua orang berseragam polisi. Salah satu teman wanita Yeojoo yang bernama SungKyung mengatakan bila Yeojoo masih di ruang ICU dan belum sadarkan diri. Seokjin bisa melihat lewat kaca pintu ruangan dimana di dalam sana ada sosok gadis yang terbaring di ranjang dengan perban serta selang juga alat bantu pernapasan di hidung nya. Tangan Seokjin bergetar, dia takut. Dia takut sesuatu terjadi pada gadis itu dan dia takut jika Taehyunglah yang melakukannya...dan kenyataan bila Taehyung melakukannya untuknya..
“Kau masih berani datang kemari?”
Seorang wanita paruh baya dengan mata sembab menghampiri Seokjin dan sebelum Seokjin sempat menjawab, pipinya sudah dihadiahi sebuah tamparan keras hingga orang-orang yang berada disana terkejut melihat kejadian itu.
“Apa yg sudah kau lakukan pada anakku! Kau pria tidak tahu diri!”
“Eommoni tenanglah, Y-yeojoo akan baik-baik saja, kami yakin” bujuk beberapa teman Yeojoo dan kedua polisi yang juga ikut menengahi wanita itu juga Seokjin, namun sang wanita yang merupakan ibu dari sang gadis yang kini terbaring di ruang ICU itu malah mendorong gadis-gadis tersebut dan menyuruh mereka untuk tidak ikut campur.
“Seokjin-ssi apa kau baik-baik saja?” tanya Sungkyung khawatir mendapati Seokjin terlihat syok sambil memegangi pipinya dengan tatapan tak percaya.
Wanita paruh baya itu mendorong bahu Seokjin, “Aku sudah cukup baik memperbolehkan laki-laki sepertimu berpacaran dengan putriku!”
“M-maksud eommoni?”
Ya, Seokjin tahu dia tak bisa disandingkan dengan tingkatan sosial keluarga Yeojoo, namun keluarganya juga bukan berasa dari keluarga menengah kebawah. Jadi bukan berarti dia perlu mendengar hinaan dari seorang ibu mantan kekasihnya bukan?
“Bagaimana bisa kau membuat putriku celaka dan merusaknya?!”
Seokjin benar benar tidak mengerti, “E-ommoni apa—”. Tiba-tiba Seokjin merasakan bahunya ditarik ke belakang dan dia menemukan Hoseok yang baru saja kembali dari tempat lain. Hoseok terlihat membisikkan sesuatu kepada Seokjin dan membuat laki-laki itu terkejut.
“H-hamil?” bisik Seokjin tak percaya, Hoseok mengangguk. Kemudian Seokjin sadar orang-orang di sekelililingnya melihat ke arahnya, seolah menunggu reaksi Seokjin atas kabar itu. Seokjin terkesiap dan menggeleng cepat, dia membela diri,“Tidak, bukan aku. Bukan aku yang melakukannya!”
“Apa kau bilang?!” Ibu Yeojoo hampir memukul Seokjin lagi jika salah satu polisi wanita yang sedang berada disitu tidak cepat menahan tangannya.
“Eommoni” kata petugas kepolisian wanita itu dengan nada defensif.
“Biarkan aku memberi pelajaran padanya, eoh? Kau juga wanita kan? Maka kau seharusnya bisa merasakan perasaanku sebagai seorang ibu?” katanya sambil memukul-mukul dadanya, suaranya kembali bergetar. Air mata kembali jatuh di pelupuk matanya. Dia kemudian mengalihkan pandangannya pada Seokjin dengan marah. “Kau sudah merusak putriku! dan... dan dia pasti memikirkan hal itu sendiran hingga dia tak fokus dan terjadi kecelakaan padanya! Yeojoo-yaa huhuhu...Aigooo...putriku yang malang.... kenapa hal ini harus terjadi padamu...”
Tubuh sang ibu merosot dan tersungkur di lantai lorong. Wanita itu berteriak pilu walaupun polisi wanita dan rekan-rekan wanita Yeojoo membujuknya, tak peduli dengan bagaimana beberapa orang di ujung sana cukup terganggu. Hatinya benar-benar sakit melihat putri satu-satunya terbaring tak berdaya dan tengah hamil di luar nikah.
Seokjin masih mematung hingga akhirnya dia memberanikan diri kembali bersuara, “E-eommoni, itu sungguh bukan aku” kata Seokjin bergetar. “Aku tidak pernah melakukan hal itu dengan Yeojoo...aku tidak mungkin menyentuhnya karena—“
"Maksudmu kau menuduh anakku melakukannya dengan laki-laki lain? Kau melecehkan putriku dan menganggap jika dia melakukannya dengan org selain kau ?! kau benar-benar sinting! Bagaimna bisa kau mengatakan itu hah?! Seharusnya kau yang celaka bukan Yeojoo ku!"
“EOMMONI!!” Seokjin tak bisa menahan emosi.
“Anak kurang ajar, beraninya kau membenta—k"
“KAU YANG TIDAK TAHU APA YG DIPERBUAT YEOJOO DI BELAKANGKU! DIA SELINGKUH DENGAN PRIA LAIN ... Selama ini putrimu membohongiku... " Seokjin merasakan suaranya bergetar, matanya menatap marah sang wanita paruh baya itu. "Jika kau ingin curiga dan menyalahkanku lakukanlah tes DNA. Aku sama sekali tak ada kaitannya dengan itu"
Wanita itu cukup terguncang dengan ucapan Seokjin. Bahunya naik turun, menahan amarah. Untunglah kedua petugas polisi itu akhirnya berhasil membujuk ibu Yeojoo dan meminta beberapa teman Yeojoo untuk membawanya ke tempat yang lebih tenang, sementara 2 teman pria Yeojoo akan menunggu di luar ruang ICU sampai ayah Yeojoo tiba.
Hoseok menawarkan sebotol air mineral pada Seokjin yang kini duduk di salah satu bangku lorong rumah sakit dengan bahu terkulai dan turut duduk di sebelahnya.
"Terima kasih" Seokjin tersenyum tipis pada teman dekatnya itu dan mengambil air tersebut, dia meneguknya hingga hampir setengahnya. Antara haus juga gugup.
"Kau baik-baik saja hyung? Sebenarnya apa yang terjadi?"
"Aku sudah putus dengan Yeojoo dan yahh... Ceritanya sangat panjang" Seokjin membenamkan wajahnya diantara kedua telapak tangannya. "Aku tidak tahu harus mulai darimana.. "
"Permisi, maaf mengganggu"
Kedua pemuda itu segera menoleh pada sumber suara dan melihat sang polisi wanita menghampiri mereka. Seokjin menelan ludahnya dengan susah payah. Dia tidak tahu kenapa jantungnya kembali berdetak kencang, seolah takut pada petugas kepolisian itu. Untuk apa takut? Kau tidak melakukan kesalahan kan? Batin Seokjin meyakinkan diri sendiri.
"Ah, begini" Kata Hoseok memulai, "Seokjin hyung masih terguncang dengan kabar ini jadi kupikir... "
Polisi wanita itu memotong perkataan Hoseok, "Ini tidak akan lama Hoseok-ssi... Seokjin-ssi, kami hanya perlu mengajukan beberapa pertanyaan guna membantu penyelidikkan"
Seokjin terasa tercekat. Matanya membulat dilanda rasa panik, dan Hoseok bisa melihatnya, dia meraih telapak tangan Seokjin yang mengepal, suaranya diturunkan agar sang polisi wanita tak begitu menangkap perkataannya, "Tidak akan apa-apa hyung, kau tidak perlu cemas. Aku juga tadi melakukannya sebelum kau tiba"
Sebelumnya Seokjin ingin protes tapi tentu itu akan menimbulkan kecurigaan, jadi pada akhirnya dia memutuskan untuk mengikuti polisi wanita itu. Seokjin berjalan lebih lambat satu dua langkah dari sag polisi. Matanya terus menunduk menatap ubin koridor rumah sakit. Perasaan takut dan resahnya tak bisa hilang begitu saja bahkan sampai mereka masuk ke dalan satu ruangan berukuran kurang lebih empat kali lima meter. Itu adalah ruang istirahat para dokter yang memang biasa dipinjam pihak kepolisian. Seokjin duduk di sofa, saling berhadapan dengan petugas kepolisian yang memiliki tubuh cukup tinggi dan rambut terikat yang ditutupi topi dinas itu.
"Perkenalkan namaku Moon Byulyi. Aku polisi divisi satu wilayah Selatan." Wanita cantik itu menunjukkan kartu identitas dirinya yang menggantung di lehernya pada Seokjin yang hanya mengangguk canggung. Polisi Byul tersenyum, "Tenang, kau tidak perlu khawatir. Ini hanya pertanyaan biasa"
"Ah.. N-ne"
Polisi Byul mengambil note kecil serta pulpen dari dalam sakunya. "Apa hubunganmu dengan Nona Yeojoo?"
"Aku..mantan kekasihnya"
"Lalu, apa hubungan kalian terakhir kali baik-baik saja? Apa terjadi pertikaian?"
Seokjin mengalihkan pandangannya ke samping agar matanya tak bertemu mata sang polisi, "Y-ya aku pernah bertengkar dengannya.. T-tapi itu sekitar seminggu yang lalu dan.. Dan itu karena dia berselingkuh"
Polisi Byul mengangguk dengan tangan yang sibuk mencatat jawaban Seokjin. "Lalu apa ada seseorang yang mungkin mencurigakan bagimu?"
Deg.
"Seokjin-ssi? "
"Y-ya?" Seokjin terhenyak. Matanya terlihat gamang.
Polisi wanita itu membenahkan duduknya, "Apa ada yang mencurigakan?"
Seokjin menggeleng tak menjawab, ketakutan tergambar jelas di wajahnya dan sebagai seorang polisi yang sudah berpengalaman selama 3 tahun, wanita itu bisa menangkap rasa tidak aman dari perilaku narasumbernya.
"Seokjin-ssi dengar, jika memang ada seseorang yang mencurigakan atau mengancammu, katakan pada kami. Kami akan membantumu dan bisa menyuruh seseorang untuk mengkawal atau mengawasi jika kau takut terhadap orang itu... Kau bisa mempercayai kami" Wanita itu meyakinkan Seokjin. "Jadi.... Siapa yang kau curigai?"
Seokjin tak menjawab, tapi dia terkekeh pelan, membuat Polisi Byul heran. "Kenapa kau mengatakan seolah-olah aku tahu seseorang? Apa jangan-jangan kau mencurigaiku?!"
"Tidak. Kami tidak mencurigaimu tapi ini demi kepentingan investigasi , Seokjin-ssi. Agar kami bisa mempersempit ranah penyelidikan. Kau juga ingin segera tertangkap bukan pelakunya?"
Bagaimana jika akal sehat Seokjin mengatakan tidak?
Dia tidak mau jika pelakunya ketahuan, tidak jika orang itu benar-benar Taehyung.
Polisi Byul tampak menghela napas panjang, Seokjin tak menjawab pertanyaan maka dia perlu mengatakan hal ini, "Kami menemukan nomormu pada riwayat panggilan korban, itu nomor terakhir yang ada di kontak nona Yeojoo"
Seokjin hampir menjatuhkan mulutnya. Apa jangan-jangan polisi itu pun tahu jika dia menghubungi Hoseok? Apa Hoseok mengatakannya?
"I-itu... Itu karena"
"Kau perlu menceritakannya pada kami Seokjin-ssi, ini kesempatanmu. Jika tidak, kecurigaan bisa berbalik padamu"
"Kenapa?!" Seokjin hampir berteriak. "I-itu bukan salahku.. Maksudku"
"Rileks oke, tarik napas panjang dan buang perlahan. Kami disini untuk membantumu" Ucap polisi Byul memegang pundak Seokjin yang tampak ketakutan. Itu adalah tugasnya.
Apa yang harus Seokjin katakan?
Jika memang bukan dia yang menghubungi atau menelepon Yeojoo.
Jika dia yang tak sadarkan diri di tempat Taehyung karena Taehyung memberikannya obat tidur. Jika... Jika orang yang berbicara dengan Yeojoo adalah Taehyung. Apa kecurigaan agar berbalik pada Taehyung? Tapi bagaimana jika memang dia melakukan hal itu demi dirinya dan Seokjin tetap terseret?
Apa yang harus dilakukannya?
**
Seokjin sudah berada di depan apartemen Taehyung. Tidak dengan polisi. Dia sendirian.
"Seokjin-ssi?"
"A-aku tidak benar-benar ingat"
"Maksudmu? "
"Aku... Aku tidak ingat jika aku menelepon Yeojoo, aku terkadang mengigau saat tidur..i-itu terjadi jika aku sedang stress, dan aku minum alkohol sebelumnya..tapi sungguh aku benar-benar tak ingat dan tidak tahu menahu soal itu. Aku hanya mencurigai laki-laki yang berselingkuh dengan Yeojoo..tapi aku tak tahu siapa namanya."
"Baiklah. Bisa kau sebutkan ciri-cirinya?"
"D-dia tinggi dan berambut agak gondrong sebahu, warna rambutnya coklat gelap dan ... Dan dia seperti memiliki tato tapi aku tak ingat letaknya dimana"
Itu lah yang terjadi satu jam yang lalu setelah polisi wanita itu mengajukan beberapa pertanyaan padanya. Seokjin sangat lega karena pada saat itu, seorang polisi laki-laki bernama Hyeseop—tadi ditemuinya depan ruang ICU—mengetuk pintu dan mengingatkan polisi Byul untuk menyudahi interogasi karena ada hal yang sepertinya perlu diurus, polisi Byul juga memberikan kartu nama pada Seokjin untuk jaga-jaga bila Seokjin menemukan sesuatu yang mencurigakan. Seokjin hanya mengangguk.
Dia beberapa kali menghubungi Taehyung tapi Taehyung sama sekali tak menjawab. Seokjin mencoba berpikiran positif, ya mungkin, mungkin karena Taehyung masih marah padanya dan takut jika seseorang mencarinya. Seokjin sendiri tidak percaya bahwa dia baru saja berbohong dan menyembunyikan pelakunya. Tapi sungguh, setelah makian yang ditujukan ibu Yeojoo padanya, Itu sangat membuatnya sakit hati dan berpikiran bila apa yang terjadi pada Yeojoo... Itu karena hukuman dari Tuhan pada keluarga Yeojoo...Bukan kesalahan Taehyung... Dan bukan kesalahannya
TO : KTHTIGER
Taehyung-ssi...
Ini aku, maafkan aku barusan. Kau tidak perlu khawatir, takkan ada yang mencarimu. Aku sudah mengatakan yang lain pada mereka. Kembalilah dan ceritakan padaku semuanya. Aku tidak akan menghakimimu... Aku akan mendengarkan penjelasanmu.
Seokjin bisa merasakan jari-jari tangannya gemetar ketika mengirimkan pesan pada Taehyung. Dia merasa dirinya seperti seorang buronan. Dia menyelipkan ponsel ke dalam saku dengan terburu-buru dan memutuskan untuk kembali ke rumahnya, dia melirik kiri kanan dan bernapas lega ketika tak ada orang yang melihatnya disana.
**
Ini sudah hari keenam sejak kecelakaan Yeojoo terjadi. Penyelidikan masih berlanjut karena Yeojoo belum bisa dimintai keterangan, gadis itu baru sadarkan diri dua hari yang lalu dan berdasarkan kabar terkini, pihak kepolisian belum menemukan jejak pelaku yang diduga melakukan tabrak lari itu. Mereka berhasil mendapatkan plat nomor kendaraan yang digunakan, itu mobil Carens keluaran tahun 2015 tapi anehnya kepemilikan kendaraan itu hanya menuliskan Inisial TMK yang polisi sendiri kini mulai melacak kantor Kepemilikan Kendaraan Nasional mana yang menurunkan surat itu. Terlebih mobil tersebut tak tertangkap CCTV jalan ketika melewati jalur Tiga. Polisi juga sudah mengecek black box dua mobil milik warga yang terparkir disana, namun mereka tidak bisa menangkap jelas sosok yang terlihat menggunakan pakaian hitam juga masker dan kacamata. Seolah-olah sosok itu memang sudah merencanakannya.
Di sisi lain kabar dari Taehyung belum juga terdengar. Seokjin menghubunginya setiap waktu, entah itu pesan teks, pesan suara atau telepon. Semua tak ada yang diterima Taehyung. Mungkin Taehyung sangat marah pada Seokjin dan sedang menenangkan diri. Iyaa... Itulah kata-kata yang coba Seokjin yakinkan pada diri sendiri. Seokjin malu terhadap dirinya yang betapa angkuh menganggap jika Taehyung pasti akan kembali setelah dua tiga hari. Bukankah laki-laki itu mengatakan suka padanya? Lalu kenapa dia tega membiarkan Seokjin menunggunya berlama-lama?
"Jika kau memilih untuk pergi, maka kau takkan bisa bertemu denganku lagi"
Kata-kata Taehyung kembali terlintas di benaknya dan mengirim rasa panik pada Seokjin. Bagaimana jika kata-kata itu bukan omong kosong belaka? Bagaimana jika Taehyung benar-benar hilang dan takkan muncul lagi di hadapan Seokjin? Tidak!. Seokjin menggelengkan kepalanya takut, tak ingin pikiran negatif menguasi dirinya. Taehyung memang pernah hilang sebelumnya, beberapa bulan lalu tapi itu berbeda. Itu berbeda karena dulu memang Seokjin yang menyuruhnya untuk menjauhinya, tapi sekarang... Taehyung mengatakannya sendiri, setelah apa yang mereka lalui bersama dan mulai semakin dekat. Taehyung menghilang...
Ya, dia menghilang dan itu karena Seokjin. Seandainya. Seandainya. Seandainya!
Bila Seokjin bisa memutar waktu dan mengatakan pada Taehyung untuk tetap tinggal. Ani, seandainya jika Seokjin memilih Taehyung saat itu... Mungkin Taehyung tak akan pergi. Tapi jika Seokjin tidak pergi, maka hal itu akan membuatnya masuk ke dalam daftar orang yang paling dicurigai.
"Seokjin hyung"
Seokjin hampir memekik ketika seseorang mengguncang bahunya dan dia menatap sosok itu dengan pandangan gugup. Rupanya itu adalah sang adik, yang melihat ke arahnya cemas.
"Ah. Eumm ya.. Jadi kau mau kemana? "
Laki-laki muda bernama Jungkook itu terkesiap.
"Hyung. Apa kau benar-benar tak mendengarkanku sejak tadi?"
Seokjin menggumamkan kata maaf dan Jungkook pindah duduk di sebelah sang kakak. Dia menatap sang kakak dengan perasaan khawatir kemudian menaruh punggung tangannya di dahi Seokjin yang beruntungnya laki-laki itu tak demam.
"Hyung, apa kau masih kepikiran karena Yeojoo noona? "
"Ya... Karena itu dan..y-ya, aku hanya sedang banyak pikiran Kook" Jawab Seokjin lemah.
"Apa hyung mencurigai seseorang atau tahu pelakunya?"
Bagaimana Jungkook bisa berpikiran seperti itu? Dan seolah bisa membaca ekspresi Seokjin. Jungkook melanjutkan.
"Maafkan aku hyung.. Tapi Hoseok hyung sendiri yang bilang.. Dia bilang kau menyuruhnya mengecek Yeojoo noona di kantor, dan yeah, kau terdengar ketakutan katanya... "
Seokjin mencelos, kedua tangannya mengepal hingga kukunya seolah akan menembus kulit telapak tangannya, beruntung Jungkook tak menyadarinya.
"Apa seseorang sudah mengincar Yeojoo noona sebelumnya? Maka dari itu kau memastikannya? " Tanya Jungkook lagi cemas. "Hyung, jawab aku"
"Aku tidak tahu!" Seokjin spontan membentak ketika tersadar dia segera memegang tangan adiknya, "M-maaf, aku tidak bermaksud membentakmu Kook"
"Aku tahu hyung" Kata Jungkook, "Kau hanya ketakutan kan? Maka dari itu... Kau bisa bercerita padaku hyung, kalau kau tidak bisa bercerita pada Hoseok hyung tidak apa. Aku tidak akan memberitahukannya, aku janji... Aku hanya tidak mau kau stress karena menyimpannya seorang diri"
Ya, aku takut. Aku benar-benar takut hingga aku bahkan tak bisa mengatakannya pada siapapun.
Jika aku mengatakannya padamu, kau juga pasti akan menyuruh ku untuk mengatakannya pada polisi?
Bahkan bila kau tak menyuruhku memberitahu polisi, kau pasti akan tetap kecewa karena hyungmu membantu menyembunyikan pelaku. Kau pasti akan kecewa bukan?
Pada akhirnya Seokjin tak mengatakan isi hatinya itu pada sang adik, dan memilih untuk merangkul Jungkook. "Itu karena aku terlalu paranoid.. Karena dia pernah berselingkuh dan yahh, tidak ada yang perlu kau cemaskan lagi Kook, kau bisa beristirahat sekarang"
Jungkook ingin memprotes tapi melihat wajah kakaknya yang terlihat lelah, dia mengurungkan niatnya. "Baiklah kalau begitu hyung, kau juga beristirahatlah sekarang. Jika kau membutuhkan sesuatu, aku ada di kamar sebelah."
Seokjin mengangguk sambil mengusap rambut Jungkook sebelum laki-laki itu pamit dan keluar dari kamarnya.
Keesokan harinya Seokjin mendapat panggilan, jika Yeojoo ingin berbicara dengannya. Tentu tanpa sepengetahuan Ibu Yeojoo karena Sungkyung, teman Yeojoo yang memberitahukannya. Dia lantas mengetuk pintu kamar rawat Yeojoo dengan seikat bunga di tangannya, tradisi ketika kau akan menjenguk seseorang.
"Oh Seokjin-ssi masuklah, Yeojoo sudah menunggumu" Kata Sungkyung ramah sambil mengambil bunga yang diberikannya dari laki-laki itu dan menaruhnya ke dalam pot di meja pinggir ranjang Yeojoo. Seokjin bisa melihat Yeojoo tampak tersenyum padanya, namun masih terlihat lemah, tentu saja. "Aku tunggu di luar"
Seokjin mengangguk ke arah Sungkyung, dia menarik bangku di dekat ranjang Yeojoo, "Apa kau sudah merasa lebih baik? "
Yeojoo tersenyum, "Ya cukup baik, terima kasih bunganya"
"Tentu... " Seokjin ingin langsung mengatakan apa maksud Yeojoo ingin menemuinya tapi tentu itu tidaklah sopan.
"Apa aku boleh bertanya? " Gadis itu memulai.
"Ya, tentu saja. Tentang apa?"
"Apa... Hubunganmu dengan Taehyung?"
"M-maksudmu? "
"Dia tampak sangat dekat denganmu dan... Hari itu" Napas Seokjin seperti tertahan saat Yeojoo menggantungkan kata-katanya. "Hari itu aku bermaksud menghubungimu.. Maaf tapi saat itu aku benar-benar tak ingin kehilanganmu dan, a-aku menelponmu untuk mengajakmu kembali.. Tapi Taehyung ssi yang menerima panggilanku"
Seokjin tak menjawab, matanya gemetar dan ketika dia hendak memalingkan wajah, Yeojoo menggenggam tangannya. "Mungkin kalian sedang ada di tempat yang sama pikirku. Tapi, apa kau tahu apa yang dikatakannya padaku?"
"Apa? " Seokjin gugup. Antara siap dan tak siap mendengar kenyataan dari Yeojoo.
"Dia, dia mengatakan jika aku hanya menyakiti perasaanmu... Dia mengatakan jika aku tak seharusnya menghubungimu. Ya, dia tak salah sepenuhnya tapi... D-dia mengancamku. Dia berkata jika aku mendekatimu... Dia takkan segan segan denganku. A-apa itu mungkin jika dia orang yang-"
"Apa kau mau mengatakan jika Taehyung bisa jadi orang yang melakukan ini padamu?"potong Seokjin.
"T-tidak tidak. Bukan itu maksudku.. Aku...aku hanya berandai-andai walaupun ya.. Kau benar, tidak mungkin kan dia melakukannya? Dia tak ada hubungannya denganku kan? Maafkan aku Seokjin-ah"
Seokjin mulai agak tenang, "Jangan beropini yang tidak-tidak, kau tahu..jika kata-katamu barusan bisa sangat berbahaya, mereka akan menyangka Taehyung pelaku nya."
"Maaf, sungguh aku minta maaf. Aku hanya.. Tak paham apa hubunganmu dengannya hingga dia mengancamku... M-mungkinkah dia menganggapmu kakaknya? Karena itu dia marah? "
Seokjin tak menjawab.
"Baiklah, tidak usah kita bahas. Ini salahku, aku minta maaf” kata Yeoojoo panik, dia buru-buru menarik tangan Seokjin dan menggenggamnya. “L-lupakan soal barusan tapi please... Tak bisakah kita kembali? Aku janji takkan mengulanginya lagi dan kau, k-kau boleh mengetahui semua password akun sns serta emailku jika kau mau. Sungguh"
Laki-laki di hadapan Yeojoo menarik napas panjang, dia memandang Yeojoo dengan sorot matanya yang letih. "Tak bisakah kau berhenti? Kau perlu fokus dengan kondisimu saat ini Yeojoo. Bukan membahas tentang kita"
"Tapi aku benar benar tak bisa hidup tanpamu" Kata Yeojoo dengan mata mulai berkaca-kaca.
"Apa aku benar-benar tak memiliki kesempatan kedua?"
Seokjin hampir tertawa dengan kata-mata Yeojoo. Kesempatan kedua? Setelah dia berselingkuh dan berhubungan dengan pria lain lalu Seokjin yang terkena imbas dan dibenci ibu Yeojoo? Tidak. Tentu saja Seokjin takkan mau kembali. Hatinya masih sakit karena dikhianati, ditambah dia dihina dan dipermalukan oleh ibu Yeojoo di depan semua orang.
Seokjin beranjak dari tempatnya duduk.
"Kupikir tak ada lagi yang perlu kau sampaikan padaku, jika tidak ada. Aku pamit sekarang.. Cepatlah sembuh, orang orang mengkhawatirkanmu Yeojoo-ah"
"Seokjin-ah! Oppa tunggu!"
Disaat yang sama Sungkyung masuk karena cemas dan dia hampir kaget karena begitu dia membuka pintu, Seokjin sudah ada di depannya, bersiap keluar dari ruangan.
"Tolong jaga dia Sungkyung-ssi, aku pamit dulu"
**
Seokjin kembali ke apartemen Taehyung, dia berharap Taehyung membukakan pintunya namun tak ada sahutan dari dalam, dia juga tak bisa meminta petugas keamanan apartemen Taehyung untuk memberikannya kunci ganda. Dia begitu takut saat mendengar kabar dari pihak kantor Taehyung bekerja, mereka mengatakan jika Taehyung mengirimkan surat pengunduran diri mendadak lewat pos dan baru diterima pagi tadi. Mereka juga sama kaget dan kecewanya dengan Seokjin, bedanya mereka kecewa karena kehilangan karyawan cekatan dan pintar seperti Taehyung, tapi bagi Seokjin, dia sangat sedih jika harus kehilangan Taehyung yang baru saja menjadi salah satu orang terdekatnya. Dia benar-benar takut skenario terburuk yang selama ini tak ingin dipikirkannya ternyata terjadi. Taehyung benar-benar pergi! Dan dia tak siap akan hal itu.
Dan dia tak tahu kenapa di saat kondisi sudah seperti ini, dia baru mengingat semua kenangan baik tentang Taehyung. Kesabaran, kebaikkan dan semua yang sudah dilakukannya pada Seokjin, kenapa baru terasa sekarang setelah Taehyung pergi?
Penyesalan selalu datang terlambat.
Seokjin tak mengindahkan perumpamaan itu walaupun mengetahuinya, karena dia tak pernah berpikir Taehyung akan meninggalkannya...
Dan Seokjin baru menyadari betapa pentingnya peran Taehyung dalam hidupnya. Dia tak menyadari jika dia sudah menggangtungkan sebagian dirinya pada Taehyung.
Seokjin bahkan meminta foto pada kepala bagian karyawan tempat kerja Taehyung dan berbohong bila itu Taehyung yang membutuhkannya. Taehyung tak memiliki foto selca dengan rekan-rekan kerjanya karena dia selalu pulang lebih awal. Dia pulang lebih awal karena...dia selalu menjemput Seokjin.. Memastikan laki-laki itu pulang dengan selamat.
Oh. Kenapa matanya tiba-tiba terasa terbakar. Panas dan dia mendadak menjadi emosional. Dia susah payah menahan diri selama ini agar dia tak menangis tapi hancur sudah pertahanannya.
Dia tersungkur dan menjatuhkan punggungnya di pintu apartemen Taehyung. Kedua tangannya memeluk lutut dan wajahnya tertunduk.
Tes. Tes. Tes.
Air mata mulai jatuh melewati kedua sisi wajahnya.
Dia terisak dengan tubuh berguncang. Jari jemari kanannya semakin erat memegang selembar foto kecil milik Taehyung yang digunakannya saat melamar pekerjaan. Hanya itu yang dia miliki dari Taehyung, dia bahkan sadar bahwa dia tak pernah berfoto dengan Taehyung. Dia hanya bisa mengingatnya lewat senyuman kecil di foto itu.
Sesak dan dia ingin berteriak.
Sangat.
Sangat rindu.
Seokjin benar-benar merindukan Taehyung.
Dia terlambat menyadari...
Bahwa dia sudah menyukai Taehyung.
Namun itu sia-sia karena Taehyung takkan kembali
END
Terima kasih sudah membaca crita ini ya guys maafkan akhirnya sad ending 😢🙏
Ditunggu vomentnya buat sequel hihi
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TAPI BOHONG / dirajam massa 😂😂😂😂
Oke lanjut wkwk
.
.
.
.
**
Laki-laki itu tampak terlihat kacau. Sangat kacau. Seisi ruangannya penuh dengan barang terlempar kesana kemari. Rambutnya berantakan dan matanya sembab, jejak sisa air mata mengering di wajahnya. Tak luput dari pemandangan mengerikan, bercak-bercak darah menetes dari ujung jarinya.. Di sebelahnya terdapat botol alkohol yang sudah terpecah belah. Pandangannya kosong seolah dia tak memiliki tujuan hidup.
Disaat yang bersamaan suara pintu tampak dibuka terdengar, ada suara langkah kaki. Langkah kaki yang terdengar seperti sepatu hak tinggi seorang wanita dan dua atau tiga langkah sepatu laki-laki dewasa. Sosok yang tampak begitu kacau itu seakan enggan bangkit dari tempatnya namun matanya menatap awas ke arah pintu depan yang sedikit terhalang dinding. Dia tak memiliki tamu di malam hari dan tak ada yang mengetahui password apartemennya. Matanya membelalak dan berganti menjadi geraman ketikan menemukan sosok wanita berusia 20an akhir juga ketiga pria dewasa berperawakkan tinggi besar menghampirinya.
Wanita itu bersenandung seolah tak terganggu dengan pemandangan kacau juga ngeri yang dilihat mata kepalanya sendiri. Wanita itu cantik dengan gayanya sendiri, dia memiliki rambut panjang nyaris sepinggang dengan warna coklat keemasan yang sedikit bergelombang, dress hitam diatas lutut melekat pada tubuh ramping juga idealnya, dipadukan dengan mantel bulu serigala berwarna abu. Dia tersenyum pada sosok laki laki yang masih menatapnya dengan tatapan membunuh.
"Jadi apa kau bersenang-senang selama aku tak ada? " Wanita itu bertanya sambil mengambil tempat duduk di sofa dan menyilangkan kaki serta tangannya. Sang laki laki yang tampak kacau tak menjawab. "Lagi-lagi kau tak bisa mengontrol emosimu? Ckckck, kupikir kau sudah berubah?"
Laki-laki itu mendengus, "Kenapa kau ada disini? "
Sang wanita cantik itu tertawa bak mendengar pertanyaan terbodoh dalam hidupnya. "Aku disini? Tentu saja untuk mengambil propertiku" Katanya sambil beranjak dan melangkahkan kakinya mendekati sosok laki-laki itu kemudian berjongkok. Dia meraih wajah laki-laki itu, "Apa kau benar benar ingin membunuhku? Tatapanmu.. Uhh sangat mengerikan hhh"
Laki-laki muda itu menepis kasar tangan sang wanita hingga jarinya sedikit tergores pecahan kaca botol. Membuat sang wanita meringis dan ketiga bodyguardnya bergerak, namun sang wanita menjulurkan tangan satunya untuk memberikan intruksi bahwa itu bukan apa-apa.
"Sepertinya kau sedang patah hati hmm? Kenapa? Apa lagi-lagi seseorang meninggalkanmu? Oh tentu saja, itu karena takkan ada yang tahan dengan sikapmu...adik kecil" Wanita itu mencemooh dan si laki-laki dengan cepat menyergapnya, berusaha mencekik lehernya. Ketiga pria bertubuh kekar itu langsung berlari ke arah mereka dan segera mendorong sosok laki-laki berambut hitam yang baru saja mencelakai majikannya. Dua diantaranya mengunci kedua lengan sang laki-laki agar tak melakukan hal membahayakan.
"Kau berani mencekik kakakmu sendiri?" Hardik wanita itu sambil menampar pipi laki-laki muda yang dipanggilnya adik tersebut. Dia menampar sekali. Dua kali..dan menamparnya terus sampai pipi laki-laki itu memerah dan sudut bibirnya mengeluarkan darah.
"Nona Jean, lebih baik kau hentikan. Seseorang bisa mendengar kita, dan...jika kau ingin melakukannya, kita harus segera membawanya dari sini."
Sosok wanita yang dipanggil Nona Jean itu menghentikan aksinya, dia membetulkan mantelnya,"Kau benar, kita harus segera membawanya"
"Berhenti mengusikku! Aku muak dengan semua ini--arggh" laki-laki malang itu memekik tertahan saat salah satu bodyguard wanita bernama Jean memukul bahunya hingga dia terjatuh. "Apa sebenarnya maumu?"
"Mauku? Itu mudah" kata sang wanita, "Aku ingin kau selalu menjadi budakku, selamanya. Dan kau juga butuh seseorang yang memperhatikanmu bukan? Kemarilah..aku bisa memberikan perhatian padamu" dia lagi-lagi tertawa.
"Kenapa kau tidak membunuhku saja?" Laki-laki itu berkata parau, benar, baginya sudah tak ada yang dia harapkan. Seseorang yang menurutnya begitu berharga dan menjadi alasannya untuk bisa bertahan hidup nyatanya baru saja meninggalkannya, demi orang lain. Tak ada yang membutuhkannya di dunia ini. Jadi untuk alasan apa lagi dia harus hidup ?
"Aku sudah pernah mencoba melakukannya kan? Bukankah kau hampir mati saat kau mencoba kabur dariku? Tapi kau sungguh beruntung, kau bisa pulih. lihat, sekarang kau tampak baik baik saja kan ? Pftt, walaupun agak kacau. Ya setidaknya aku bersyukur kau bisa selamat, karena jika tidak aku akan kehilangan mainanku" ucap wanita itu begitu enteng. Dia lagi-lagi mendekati sosok laki-laki tersebut dan menatapnya dengan tatapan sayu, "Aku takkan pernah melepaskanmu. Kau hidup untukku dan aku akan memberi siksaan juga kenikmatan..dengan.cara yang kau suka"
Laki-laki itu tahu apa maksud si wanita. Dia sangat paham hingga perasaan panik juga takut mulai melewati punggungnya. Dia tak mau itu terjadi lagi, dia ingin berteriak namun seseorang membungkamnya dari belakang, membuat kepalanya terasa pening hingga dia tak bisa melihat apapun dan semua gelap.
"Bawa Taehyung ke mobil, pastikan tak ada siapapun yang melihatnya"
***
TBC
Beneran 😂
Gimana gimana guyss? Drama bgt ya emang wkwkw. Jangan pusing n bosen ya, kalo bosen ntar udahan XD
Thankyou buat yang dah mau voment, silahkan menebak2 seperti di part sebelumnya. Selamat berpuasa juga ya guyss, buat yang menjalankannya ❤😁
Bonus tae tae from mehh