Troublemaker ∞ z.m

By tragicallyours

216K 19.3K 1.8K

❝Deskripsi untukku cukup satu. Troublemaker. Cerita tentang betapa kacaunya aku, hidupku, dan kisah cintaku... More

Prologue
Chapter 1
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16 [a]
Chapter 16 [b]
Chapter 16 [c]
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Just a note
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46

Chapter 2

9.3K 581 17
By tragicallyours

Happy reading... :) -Tha

Ave's POV

Alarm di meja samping tempat tidurku berdering nyaring, aku menggiring tanganku ke samping untuk menggapainya, ku lirik sesaat dan ku lihat ternyata pukul 06.00 pagi.

Kelas dimulai jam 07.00 dan aku masih merasa lelah dan mengantuk, mengingat semalam aku pergi ke club dan baru menapakkan kakiku di kamar sekitar pukul setengah dua pagi.

ugh! Ku lempar sembarang alarm ku dan ku putuskan untuk kembali tidur tetapi tiba-tiba "Tok. Tok. Tok." Bunyi ketukan dari pintu kamarku dan masuklah Arnie, salah satu maid yang ada di rumah ini.

"nona, maaf tapi saatnya berangkat sekolah.." Arnie sedikit menepuk punggungku, lalu ku tepis tangannya.

"Im tired! just give me five mins, kay? Now get out!" Arnie pun mendapat bentakan pagi yang bahkan tidak ku rencanakan, tapi dia tidak berusik dari tempatnya.

"maaf nona, tapi anda harus segera bersiap agar tidak terlambat dan tidak mendapat hukuman yang berat lagi dari para guru.." sialan, beraninya dia, padahal sudah ku usir dari kamarku.

"damn Arnie! Stop act like you care! Because you are not! Ugh!" aargh! Kantukku sudah hilang ditambah moodku yang hancur at 06.15 in the morning ! What a great start for a new day.

Aku bangkit dari tempat tidurku, ku dorong dia keluar dari kamarku dan pada akhirnya akupun bersiap untuk pergi ke sekolah.

Selesai membersihkan badan, ku pakai outfitku untuk hari ini.Hanya kaus hitam yang sangat nge-pas di tubuhku bertuliskan 'i didn't like you anyway' juga leather jacket kesukaanku, skinny jins berwarna hitam, converse putihku, dan beberapa aksesoris yang lain seperti bracelet, tak lupa earring telinga kiriku, jika kau bertanya, ya. Aku memiliki sekitar tiga tindik di daun telinga sebelah kiriku, dan dua di daun telinga kananku, tapi aku jarang memakaikan earring di semua tempat yang ada.

Ku lihat lagi refleksi ku di cermin, ku rapikan sedikit rambut brunete panjangku yang ku biarkan tergerai. Hmm.. memang bisa dibilang tampilanku ini sedikit berandal, but i dont give a fuck. terserah bila ada yang mau menjudge ku atau apalah, aku ya aku. Dan seterusnya akan begitu.

Aku menuruni tangga dan keadaan rumah seperti biasanya. Sepi.

Yaa.. Kurasa rumah ini terlalu besar untuk ukuran rumah yang sering di tinggalkan, di rumah sebesar ini hanya ada aku dan beberapa maid, orang tuaku tak usah di tanya lagi. They're busy with their fucking disgusting job who more important than their daughter, pffttt. but who cares? I got their money anyway.

Aku mendapatkan uang yang benar-benar lebih dari cukup, aku bisa dapatkan semua yang ku inginkan.

Suasana sarapan ya.. Seperti yang kalian tahu. Sepi.

Hanya ada aku sendiri di meja makan dengan beberapa maid di belakangku, ku habiskan sandwichku dan dengan cepat ku seruput teh ku yang sudah sedikit mendingin.

Lalu dengan gerakan cepat menuju ke luar rumah dimana sudah terparkir cantik mobil audi hitamku, ketika aku baru membuka pintu kemudiku Arnie menepuk bahuku.

"maaf nona, tapi tuan memberikanku ini" katanya sambil menyodorkan amplop berwarna putih, ah.. bisa kutebak apa isi amplop itu. dan benar saja isinya bisa ku lihat sekitar 15-20 lembar seratus dollar dan terselip kertas yang tulisannya berbunyi:

Morning Ave, aku ada urusan dengan perusahaanku di New York dan sepertinya baru akan kembali seminggu atau dua minggu kedepan. Ibumu juga, ia bilang padaku mungkin ia pulang sekitar dua minggu lagi. ku berikan ini padamu untuk keperluanmu selama kami pergi, i love you sweatheart.

P.s bukan untuk membeli rokokmu itu sayang. Dan sebaiknya kau mulailah berhenti.

Oh! sure dad, i'll spend my money for that thing!

Ku berikan selembar untuk Arnie ya setidaknya dia yang menyampaikan pesan ini untukku, ia hendak menolaknya tapi ku berikan dia death glare agar mau menerimanya. Bitch I know you want it.

lalu ku lajukan mobilku menuju Wallace Senior High School, dan ini adalah tahun seniorku, kalian tahu perusahaan ayahku adalah pemilik sekolah itu kan?

Dan tentu saja aku senang karena aku bebas melakukan apa yang ku mau! meskipun efek sampingnya aku tidak memiliki teman, but i dont care! Teman itu mitos! Orang yang akan selalu bersama kita dalam susah maupun senang? Pfftt, you can suck my dick.

Jadwalku pagi ini ternyata Mrs. Florence, salah satu guru killer dan membosankan selain Mr. Ford, uh kau ingat dia kan?

Mrs. Florence mengajar bahasa, ia sering menyuruh muridnya membedah buku, dan kau tahu buku itu siapa kan? right! Salah satu dari sekian banyak musuh besarku, benar-benar menyebalkan dan membosankan. Kau disuruh membereskan satu buku dalam seminggu lalu kau juga harus mengkritiknya.

Memangnya aku tidak ada kerjaan untuk melakukan hal itu? meskipun memang tidak ada. Setidaknya yang lebih penting sedikit! Jadi biasanya aku mengandalkan Arnie untuk urusan ini.

Ku tempatkan bokongku di bangku paling belakang, ku lihat beberapa saat kemudian yang-terhormat-menyebalkan pun datang, dengan sanggul yang tingginya mengalahkan hmm.. mungkin big ben? Ntahlah aku sebal melihat sanggul memuakkan itu.

Dan prediksiku 100 % benar. Tugas menggelikan itu ia berikan lagi pada murid-murid menyedihkannya.

*****

Rossie's POV

Aku melangkahkan kakiku menuju kafetaria pada jam istirahat, sudah kulihat kafetaria yang sedang ramai itu dari kejauhan. Setelah masuk mataku langsung tertuju pada Ave yang sedang duduk di pojok kafetaria dengan segelas smoothie di mejanya.

Memang tempat itu sepertinya spot kesukaan Ave, dan kami semua paham. Jadi, tidak ada yang duduk disana selain dirinya.

Aku sebenarnya kagum pada orang itu. Aku tahu dia bukan anak pintar ataupun sopan dan manis, tetapi melihat orang yang benar benar menjadi sebagaimana dirinya membuatku kagum pada orang itu.

Aku ingin sekali mengenalnya sebagai teman, meskipun kalian sendiri juga tau bagaimana sikapnya yang angkuh, kasar dan sedikit urakan itu. Tapi aku yakin sebenarnya dia anak yang baik dan menyenangkan. Baiklah.. akan ku coba berbicara dengannya sekarang.

Ku hampiri tempat duduknya, ku lihat sekarang dia sedang memandang ke luar jendela, matanya mengartikan kesedihan tapi ia cover dengan muka juteknya.

Sungguh sebenarnya aku sangat takut, tidak ada orang di sekolah ini yang berani berurusan dengannya. ah! masa bodoh lah aku harus mencobanya.

"h-hai Ave.." sapaku, dan tak digubris sedikitpun olehnya. Bebearapa anak sudah mengalihkan pandangan mereka ke arah meja Ave, sebagian besar ber bisik pada kawannya yang rata-rata berkata

"Apa Rossie sudah cukup gila untuk mencari urusan dengan Ave?"

"Apa yang dilakukannya?"

Aku masih diam tak bergeming di tempat, dan setelah beberapa saat "padahal sudah ku beri waktu untukmu pergi dari hadapanku" Ave berkata dengan nada datarnya dan masih menatap jendela di sampingnya.

sempat ada jeda sebelum aku kembali berbicara "A-ave.. aku--"

"Jika tidak penting, ku sarankan angkat kakimu dari hadapanku" Ave memotong perkataanku dengan nada yang sama datarnya.

Aku diam dan menunduk memperhatikan sepatuku, dia juga diam dengan tatapan yang masih tidak teralihkan dari jendela di sebelahnya.

"Dammit Rossie! pergilah dari sini! Apa kau tidak mengerti juga?" aku terlampau kaget saat Ave membentakku, sekarang seluruh isi kafetaria membisu dan menatap kami berdua.

"Ma-maaf Ave t-tapi aku kesini untuk meminta sesuat padamu mungkin.... sebuah pertemanan?" akhirnya kata-kata itu terlontar dari mulut ku. Ku lihat raut wajah Ave yang sepertinya mengartikan.. ntahlah tapi yang jelas sangat kesal.

"Excusme? Who the fuck you think you are?" ia sekarang berdiri dari tempatnya.

"Kau? Seorang nerd yang tiap harinya kau lewatkan dengan bully-an, ingin.mengajakku.berteman?!" ia membentakku dan sesaat kemudian melihat ku dari bawah sampai atas dengat tatapan tajamnya.

Aku terdiam tak berani menatap balik, dan sepertinya air mataku akan tumpah sebentar lagi.

"SHIT!" ia menggeleng kesal, mengusap mukanya lalu kembali menatapku dengan lebih tajam, tapi bisa ku liat raut sedih di wajahnya.

"Now look around! Look what you've done! Kau membuat aku semakin terlihat buruk di mata mereka! Thanks a lot Rossie." bentakkannya seperti sebuah tamparan keras di pipiku. Astaga sekarang dia benar-benar marah dan air mataku sekarang benar-benar tumpah.

Zayn's POV

Screw that girl! Dia membuat anak perempuan itu kikuk dan sepertinya akan menagis sekarang.

Bentakkan pedas yang ia lontarkan cukup membuatku muak. Ku lihat juga sepertinya se-isi kafetaria ini hanya diam menyaksikan, seperti tidak mau ikut campur. Memangnya dia siapa?

Teman-teman yang duduk denganku juga sekarang tengah berdiam. Merasa geram melihat pertunjukan itu, akupun berdiri.

Niall menahan tanganku "Zayn, ku beritahu. Lebih baik jika kau diam saja dan tak usah ikut campur." teman baruku itu mengatakan dengan nada serius dan mendapat anggukan dari tiga temanku yang lain, yaitu Harry, Louis dan Liam.

Tapi aku tak tahan lagi! Ku tepis tangannya dan ku langkahkan kakiku ke arah yang sama dengan semua pasang mata ini tertuju.

"Now look around! Look what you've done! Kau membuat aku semakin terlihat buruk di mata mereka! Thanks a lot Rossie." ku dengar bentakkannya lagi yang lebih menyakitkan dari sebelumnya.

Author's POV

Zayn mendatangi meja yang sekarang merupakan pusat perhatian bagi seluruh isi kafetaria, dan tentu saja membuat dirinya menjadi pusat perhatian juga.

Ketika sampai di meja itu ia langsung menggebrak meja dan "ENOUGH!" bentaknya yang sukses membuat kedua gadis itu terlonjak kaget.

Gadis yang berkacamata semakin menundukkan kepalanya tetapi tidak dengan gadis yang satunya, Ave. Ia malah mendongakkan kepalanya dan menatap Zayn dengan death glare terbaiknya, "Now what do.you.fuckin.want HAH?!" bentak Ave tak kalah kencang.

Bila kalian bertanya sedang apa para penonton di kafetaria ini. Tentu saja bukan membeli popcorn dan softdrink lalu menonton adegan film yang live di sini.

Mereka benar-benar membisu. Bahkan aku tak yakin Mr.Ford bisa melakukan ini pada murid-murid di kelasnya.

"Apa kau bisa tidak sekasar itu pada gadis lain?! Kau seorang gadis tapi kelakuanmu tidak lebih baik dari pada seorang sipir penjara!" Zayn memang benar-benar kesal saat ini.

"Dan siapa kau, yang berani mengatakan hal itu?!" Ave juga tak kalah kesalnya saat ini, tapi ketika melihat wajah Zayn ia teringat dengan insiden 'essay test berdarah'nya kemarin.

"Astaga! Ternyata prediksi pertamaku 100% benar. kau benar-benar menyebalkan! Tidak bisakah kau tidak usah menggangguku? Sudah cukup dengan kemarin! Tuan-sok-tampan-menyebalkan!" Zayn juga yang menyadari bahwa Ave adalah gadis yang ia temui kemarin di kelas kimia terdiam.

Ave lalu melewati Zayn dan Rossie dan dengan sengaja menyenggolkan bahunya dengan milik Rossie lalu melenggang pergi dengan mood yang benar-benar hancur berantakan dari kafetaria, ia juga sempat menyenggol beberapa orang karena ia benar-benar kesal saat ini.

Zayn memperhatikan gadis berkacamata yang ada di sampingnya saat ini. Sedang menangis. Mereka berdua benar-benar tidak berkutik dari tempat duduk Ave yang sekarang hanya ada segelas smoothie yang tumpah di mejanya.

"Hai, aku Zayn.." gadis itu menghapus air matanya lalu mendongak menatap Zayn dengan penuh rasa bersalah.

"Hai Zayn, aku Rossie terima kasih telah membantukku dan maaf telah membuatmu terlibat dengan masalahku.."

"Tidak perlu Rossie. Bukan salahmu, aku memang sangat muak melihat kelakuan gadis itu." Rossie bergeming, tidak pernah ada orang yang mau membantu bahkan membelanya seperti yang Zayn lakukan barusan.

"Zayn.."

"Ya?" sebenarnya Rossie ragu untuk mengatakan kalimat selanjutnya karena seperti yang dapat ia lihat, Zayn memiliki tattoo dan telinganya di tindik. sangat terlihat bahwa ia seorang "bad boy" apalagi ia melihat Zayn tadi duduk se-meja dengan Harry dkk yang memang terkenal bad boy.

"Mau berteman denganku?" ucapnya sebelum ia terkaget dengan jawaban Zayn yang mengatakan

"Tentu saja." dengan senyuman yang bisa dibilang tulus, dan membuat Zayn terlihat jauh lebih tampan dari beberapa saat yang lalu.

Senyum Rossie melebar, ia memang bahan bullyan di sekolah ini dan sama sekali tidak memiliki teman sebelumnya. Zayn adalah yang pertama.

Keadaan kafetaria sudah kembali normal, tapi beberapa orang mulai membicarakan Zayn.

Zayn yang sudah duduk kembali bersama teman-temannya itu memutuskan untuk mencari gadis itu, baru saja ia hendak membuka pintu cafe, "Zayn!"



__________________________
wdyt?

Vote+Comment babes!

Continue Reading

You'll Also Like

106K 11.6K 77
"i'm broke and hopeless too." Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Love, penul...
75.1K 5.6K 17
Laksita Hana Bahira adalah seorang Perempuan yang terpaksa menyewakan Rahimnya pada seorang Laki-laki karena satu masalah yang sedang membebaninya. N...
369K 33.1K 34
Xiao Zhan, dokter manis yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari almarhum sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...
119K 10K 47
Habis nikah langsung kabur ke Bali sama pacar? JANGAN YA DEK YA!! Salsabila Adhikara Rusli yang dijodohkan dengan Ronald Arulian Wijaya langsung berl...