My Coldest Dosen

By Elnvia

57.9K 2.4K 74

Warning!!! Cerita ini bukan sequel, tapi spin of Julia sama dosennya yang harus menikah karena permintaan te... More

2. Makalah ve Masalah
3. Ibunya Dosen Kutub
4. Restu?
5. Bukan mimpi
6. Bang toyyib
7. Bang Toyyib Comeback
8. Baiknya sesaat
9. Couple
10. Kondangan
11. Es (krim) batu
12. Notes?
13. Aku-kamu
14. "Mas suka sama Jule, ya?"
15. Kampus
16. Bakso
17. Kuntilanak
18. Suami Nyebelin
19. Bulan keempat bersamanya
20. Jamal
21. Ily
22. Ulang tahun
23. Kay = stalker
24. Gara-gara gimbab
25. Masakan Pak Kemal
26. Orang di masa lalu
27. Dia dari masa lalu
28. Hati Kay yang patah
29. Salah paham
30. Rujak serut
31. Dimas
32. Baju jemuran
33. Gara-gara Jamur?

1. Dosen Nyebelin

9.6K 222 6
By Elnvia

Di pagi hari yang cerah ini koridor fakultas ekonomi sudah ramai dengan banyaknya mahasiswi yang saling berkumpul. Baik yang menempati fakultas ekonomi ataupun dari fakultas lain. Tumben? Satu kata yang ada di benakku saat ini.

Aku berjalan menghampiri Kay yang ternyata ikut rumpi cantik salah satu kerumunan itu. Tumben-tumbenan, biasanya dia tak suka ikut mengurusi hal-hal yang kurang menguntungkan di hidupnya.

Aku mendekati keberadaan Kay, lalu menepuk bahunya pelan,"Kay،" panggilku.

"Jule, ngagetin aja!" ucapnya kaget yang kemudian memperlihatkan ekspresi anehnya.

"Ngapain Kay? Tumben?" Bukan menjawab dia malah berjalan menuju kursi panjang di pinggir koridor dan duduk.

"Dia keliatan aneh, tapi emang dari sananya aneh."

"Ngapain mukanya digituin? Udah jelek. Ngga usah dijelek-jelekkin," ucapku kesal melihat ekspresi anehnya itu.

"Muka aku cantik dari lahir kali" belanya.

"Jadi nanti bakal ada dosen pengganti. Katanya dosennya ganteng." Jawabnya dengan wajah yang dibuat-buat sedih.

Dasar kayyisa ratu dramaak

"La terus apa hubungannya sama muka kamu yang jelek itu?."

Julia kalau ngomong suka lupa disaring ...

Kay menoleh. "Hina muka cantik aku lagi aku kasih kamu piring cantik, asli ngga bohong!" Ancamnya. Bukannya takut, rasanya aku ngga bisa lagi nahan tawa. Kay emang bener-bener ngga bisa liat orang ganteng. Beruntungnya ia bukan kpopers. Mungkin kalau iya dia akan galau setiap harinya.

"Yaa maaf, becanda. Lanjut, terus masalahnya apa?"

"Dasar! Masalahnya itu aku takut si dosen itu lebih ganteng dari Bang Haikal nanti kalau aku khilaf gimana?" Ucapanya kali ini berhasil membuatku tertawa. Mukannya itu loh. Hahaha.

"Kok ketawa sih," protesnya tak terima.

"Maaf-maaf, emang tuh dosen seganteng apa sih? Palingan juga gantengan abang gue."

Ttak lama aku mengatakan itu, tiba-tiba suara riuh mahasiswi memenuhi koridor. Seorang lelaki tampan berjalan melewati koridor yang membuat semua mahasiswi bertambah riuh saat tak ada sahutan dari orang itu ketika disapa. Duh, mahasiswi Unggul Jaya kenapa pada gini amat dah. Tunggu, apa tadi aku bilang? Tampan? Emm, tampan sih, banget. Bang afnan kalah kayaknya, Eh.

"Siapa tuh orang? Mau sok-sokkan jadi es boy apa? Ga cocok," tanyaku yang di balas gelengan oleh Kay.

Dering ponsel terdengar membuat Kay cepat-cepat berdiri. "Bentar ya, Jul. Aku angkat telpon dulu," izinnya padaku.

Tiba tiba saja lelaki tadi menghampiriku. Padahal saat ini aku berada di ujung lorong yang menjadi satu-satunya akses perpustakaan fakultas ekonomi. Mau ngapain dia? Minta tanda tangan kali yak? Pede amat dirimu. Apaan sih thor? Bilang aja iri huhu.

"Permisi, ruangan pak Romli sebelah mana ya?" tanya orang itu datar, dikira ngomong sama tembok apa ya? Aku melirik sedikit kearah name tag yang ada di kemejanya, kemal Syauqi .... Mungkin dia mahasiswa yang mau bimbingan kali ya?

"Ruangan Pak Romli sebelah mana?" ulangnya yang membuatku sedikit kesal, dikira Jule budek apa?.

"Eh, i-ini belok kiri ada pertigaan belok kiri," tunjukku ke arah ruangan dosen.

"Syukron," ucapnya berlalu pergi. Ngga bilang makasih gitu? Main pergi aja tuh manusia. Dikira nama aku Syukron apa? Jule cewe hey.

"Dasar orang ngga tau sopan santun. Makasih kek. Rugi tau mulut cantikku ini kasih tau ruangan Pak Romli, harusnya aku tunjukkin arah gudang belakang aja sekalian," gerutuku kesal.

"Kenapa Jul?" Tanya Kay yang baru kembali dengan wajah cemasnya.

"Tadi ada orang nanya ruangan Pak Romli ke aku, udah di kasih tau, eh, malah pergi tanpa makasih. Ngeselin tau ngga"

"Ya udah kali ah, mungkin aja orangnya buru-buru. Oh ya, aku kayaknya ngga bisa ikut kelas deh. Tolong ijinin ya. Kak Ami mau lahiran ngga ada temennya, mama-papa gue diluar kota, bang Arkan baru perjalanan dari papua, gue pamit,  assalamu'alaikum," jelasnya yang tanpa jeda langsung berlari meninggalkan diriku yang masih mencerna penjelasannya.

"Yah ... Jule sendiri dong," keluhku berjalan menuju kelas. Untung kelas dimulai 10 menit lagi. Kalau ngga, aku udah ikut kay nemenin kak Ami lahiran.

......

"Kenapa harus orang ini sih? Kenapa ngga yang lain aja yang jadi dosen pengganti. Dosen ngga tahu terima kasih, datar, kebanyakan ngasih tugas, " gerutuku yang masih tetap mengendalikan bolpoin yang sedang menari-nari di atas kertas putih bergaris.

"Hey yang dibelakang pojok. Kenapa ngomong sendiri?."

"Ngga papa, Pak," jawabku menampilkan senyum pepsodent.

"Karena kamu berisik di jam saya, tugas kamu saya tambah. Khusus kamu kerjakan sampai halaman 576."

What? Apa orang ini waras? 250 soal khusus aku sendiri padahal yang lain cuma 100. Dasar dosen ngga adil. Aku masih menatap dosen itu dengan tatapan tak percaya. Ni orang beneran nyebelin ternyata, muka dah kayak triplek juga.

"Ada apa? Mau saya tambah?"

"Ta-ta–"

"Mau di tambah?"

"Eh, ng-ngga usah, Pak," jawabku lagi-lagi hanya bisa menampilkan senyum pepsodent.

Hari apa ini, kenapa Jule harus ketemu manusia kaya dia.

"Kalau mau, nanti saya tambah. Tenang saja," tawarnya dengan wajah datar.

Kenapa nih dosen sensi banget ya? Perasaan jule yang baik, cantik, dan rajin menabung ini ngga pernah gangguin tuh dosen. Seharusnya aku kan yang marah karena tuh dosen ngga tahu terima kasih.

.......

Aku keluar dari kelas setelah mengerjakan 250 soal sendirian. Tau ngga aku keluar jam berapa? Jawabannya jam 3 sore, telat 45 menit dari biasanya. Untung hujan tadi udah berhenti, jadi ga perlu lari-lari ke parkiran kampus.

Sebelum pulang, aku memilih ke mushola karena suara adzan ashar sudah berkumandang.

Ternyata bukan hanya aku yang telat pulang. Tapi masih ada sekitar lima belas mahasiswa yang kulihat di mushola fakultas.

Aku segera menjalankan kewajibanku sebagai seorang muslimah, yah walaupun kadang aku sering malas, tapi itu tetap kewajiban bukan?

"Kak Jule," panggilan entah teriakan yang aku tahu itu dari siapa.

"Berisik tau ngga. Bukannya salam dulu ini malah teriak-teriak," omelku sebal.

"Ya maap, assalamu'alaikum, Ka Jule cantiik. Hehehe. aku cuma mau tanya kok. Kakak udah mau pulang?"

"Wa'alaikumussalam. Mau nebeng?" Bukannya menjawab, manusia di depanku ini malah nyengir kuda.

"Boleh 'kan kak? Please, aku pengen lihat ponakan." Awalnya aku mau, tapi kalau ke Rumah sakit males ah, mana udah suntuk gegara tuh dosen satu.

"Pulang aja ya. Nanti aja bareng ayah sama bunda kamu ke sananya. Kakak capek banget hari ini. Ngantuk juga nih," ucapku sambil pura pura menguap. Itu adalah senjata ampuh untuk membujuknya. Rissa, adiknya kak Nasya sepupunya Kayyisa. Kalau ada orang ngantuk paling ngga tega kalau harus nyetir, hahaha.

"Eh, yaudah kak, ayo pulang aja. Atau aku aja yang nyetir?" Apa Jule bilang. Tapi kalau dia yang nyetir, aku takut, trauma dedek.

"Ngga usah, trauma gueh."

"Ya maaf kak, waktu itu kan masih belajar, sekarang udah bisa kok."

"Yaudah ayo. Pokoknya kamu ngga boleh nyetir," kataku meninggalkannya di mushola.

....

Untung tetangga, kalau ngga aku tinggal pulang sekalian. Dari sepuluh menit yang lalu ngga keluar dari mushola ngapain aja tuh anak coba?

"Ka, maaf ya telat, tadi aku disamperin dosen kakak pas kakak tinggalin aku," ucapnya yang sudah kayak orang habis lari maraton, menghampiriku di parkiran.

"Siapa?"

"Pak siapa gitu, lupa. Pokoknya orangnya ganteng kak, lebih gantengan itu daripada kak Afnan." Jangan bilang dia dosen yang buat Jule pulang telat.

"Ngapain?"

"Nih." Rissa menyerahkan segepok buku padaku. Apa-apaan ini?

"Katanya buat referensi kakak buat makalah. Suruh ngumpulin lusa katanya, kalau ngga kakak ngga boleh ikut kuis." What? Apa apaan ini? gila apa tuh dosen? Sehari baru ketemu, udah disuruh ngerjain tugas numpuk.

"Kalau mau nanti saya tambah. Tenang saja."

Tiba tiba kata itu seakan terdengar lagi. Jangan-jangan tuh dosen ngiranya gue diem terus mau gitu dikasih tugas makalah? Lusa lagi.

Assalamualaikum readers.

Cerita ini emang bukan sequel, tapi masih ada hubungannya sama ceritanya Arsyila karena ini cerita sahabatnya. Julia Anindya sama sama sahabatnya Genta, Kemal Syauqi Alatas.

Jangan lupa vote komennya.

Jangan lupa bersyukur.

Dan di ramadhan ini perbanyaklah bacaan Al Qur'an, jangan sampai lupa.

Continue Reading

You'll Also Like

ALGRAFI By Liana

Teen Fiction

34.2M 2.7M 72
[SUDAH DI FILMKAN] Berawal dari keinginan bocah laki-laki berusia 7 tahun bernama Algrafi Zayyan Danadyaksa yang merasa harus melindungi sahabat keci...
1.6M 111K 28
[ Romance-Spiritual] { Sebagian Part Dihapus Untuk Kepentingan Penerbitan } Menceritakan tentang seorang Aisyah Shaqueela Az-zahra yang masih duduk...
1.5M 149K 54
"Lo cantik, tapi ngeselin." Cerita tentang sepasang kekasih yang terpisah selama beberapa tahun lamanya. Dan akhirnya, mereka dipertemukan kembali de...
29.9M 2.5M 70
Heaven Higher Favian. Namanya berartikan surga, tampangnya juga sangat surgawi. Tapi sial, kelakuannya tak mencerminkan sebagai penghuni surga. Cowo...