vote & comment dulu ayo!!
Dua Remaja berbeda jenis kelamin berjalan saling berdampingan. Keduanya terdiam tanpa mau membuka percakapan duluan. Mereka bukan sedang marahan atau saling mengacuhkan. Hanya saja, keduanya bingung harus memulai percakapan darimana?
Sebelumnya, mereka tak pernah dalam keadaan seperti ini. Biasanya mereka hanya bertemu tanpa disengaja, lalu setelah itu beradu mulut.
Singkat namun membekas
Salah satu dari mereka mendadak terdiam. Tepatnya si gadis yang dipaksa pria itu untuk ikut dengannya. Menatap ke arah tangan mereka yang baru saja saling bertautan. Lebih tepatnya, sang pria yang memaksa untuk menggenggam.
"Ke-"
"Diem!" Pria itu dengan cepat memotong sambil mengeratkan genggaman mereka, dan melanjutkan berjalan
Untung saja koridor sepi karena jam istirahat sudah berakhir. Jadi ia akan terbebas dari tatapan siswa lain dan tentunya gosip-gosip yang pasti akan beredar.
"Beruk, lo mau bawa gue kemana sih?"
Oke, panggilan itu kembali terlontar dari bibir si gadis. Membuat kalian tau siapa mereka, bukan?
Iya, Braga. Dia terdiam tanpa mau memperdulikan pertanyaan gadis tersebut.
"Untung kelas gue jamkos, jadi gak bakal kena hukum. Coba ka-"
"Ck bisa diem gak sih?!" Sentaknya kesal
Resha, gadis yang ditarik pria berdarah dingin itu langsung terdiam. Antara kaget dan takut dengan suara begitu juga tatapan Braga.
Sesampainya disana, Braga duduk dikursi panjang yang sekiranya muat untuk 4 orang. Braga menepuk kursi disampingnya menyuruh Resha duduk, Resha menurutinya.
"Jadi apa tujuan lo bawa gue kesini?" Tanya Resha akhirnya. Karena ia sedari tadi sudah kesal melihat Braga yang malah terdiam bersandar dikursi, memejamkan matanya sambil melipat kedua tangannya.
Braga diam, ia bingung harus menjawab apa. Ia sebenarnya hanya refleks menarik lengan gadis ini saat dikantin tadi. Entah, Braga tidak tau alasannya apa.
"Nanti malem temenin gue, ke TPU" Kata itu terlantar dimulut Braga
Resha membuatkan matanya. Gak salah? Ke TPU? Malem-malem? Ada apa? Apa pria didepannya ini sedang baik-baik saja? aneh banget, sekalinya ngajak temenin ke makam mana malem-malem lagi. Emang gak waras.
Resha mengerjapkan matanya, lalu menatap Braga kesal "Lo waras gak sih? masa ngajak ke TPU malem-malem? mau ngapain? Ukur tanah buat tempat lo mati?"
"Ck kalo pulang sekolah gue gak bisa, mau tawuran"
Resha membulatkan matanya "Gila! Yaallah Beruk, kan hari lain masih bisa gak usah malem-malem juga kali" Ujarnya kesal, lalu menempelkan punggung tangannya didahi Braga "Gak panas, padahal"
Braga memegang tangan Resha lalu mengenggamnya "Ck, enakan gini"
Resha terpaku, gila nih cowok. Lagi keadaan kek gini aja berani banget ngomong kaya gitu? gak tau apa jantung Resha udah demo? Pengen banget cakar muka so sangar itu, tapi jangan nanti Braga jadi gak ganteng lagi.
"Trus itu apa lagi, mau tawuran? Gak ada kerjaan lain apa? Faedahnya tawuran apa sih?" Ujarnya sambil mencoba melepaskan genggaman tangan Braga
Braga melepaskan genggaman tersebut. Kini tangannya sudah dilipatkan didepan dada menatap lurus ke depan.
"Gak usah bawel!"
"Ck yaudah sih, bodo amat terserah lo aja!"
Braga menatap Resha "Jadi mau gak?"
"Mau apa? Ke TPU? Malem-malem? ogah! mending gue rebahan dirumah"
Braga menghadap ke arah Resha, menarik dahu gadis itu untuk menatap dirinya.
"Kalo ke pasar malem, mau?"
Resha terpaku, menatap manik mata Braga yang menatapnya dalam. Tatapan itu, sangat berbeda dengan tatapan yang dulu Braga berikan disaat pertama mereka bertemu.
Braga yang melihat keterdiaman Resha, tersenyum miring. Kali ini Ia akan mengerjai gadis tersebut. Wajahnya semakin ia dekatkan, sampai hidung mereka pun hampir bersentuhan. Resha dengan refleks memejamkan matanya.
1 detik
2 detik
"Berharap banget dicium ya?"
Resha membuka matanya, sialan! ia malu.
Braga menjauhkan wajahnya dan bersandar lagi dikursi.
"Ka-
Bugh
"Bangsat!" Pukulan mendadak di pelipis Braga membuatnya tersungkur ke tanah.
bugh
bugh
"Gue udah bilang, Jauhin adek gue, Sialan!!"
Resha Matanya membelalak kaget saat melihat Braga sudah terjatuh ditanah dengan pelipis yang membiru. Resha bediri dari duduk nya, menyaksikan keganasan kakak keduanya yang terus memukul Braga membabi buta.
"Abang! Stop!" Teriak Resha mencoba menarik lengan Aka.
Aka tak memperdulikan itu semua. Pikirannya sudah kalut dan dipenuhi emosi juga rasa dendam.
Braga yang ikut tersulut ikut memukul bibir Aka, yang berakhir sobek dan berdarah.
"Stop! IH KOK MALAH BERANTEM SIH!!" Resha semakin histeris melihat Braga membalas pukulan kakaknya.
Bugh
Aka memukul pipi Braga
"Mau lo apa sih anjing?!"
"Gue gak salah ka! gue nyelamatin dia! Gue yang bantuin dia! lo salah paham idiot!" Ujar Braga menatap nyalang Aka.
Braga sudah menyangka Aka bukan hanya marah karena ia dekat dengan Resha. Tapi salah satu Kesalahpahaman nya masih membuat Aka marah besar.
Bugh
"Bacot!"
Resha menangis melihat kedua pria itu yang masih beradu tatap sambil mengepalkan kedua tangannya. Saling bertatapan nyalang dengan nafas yang memburu. Resha menarik Aka menjauh.
"Udah dong, hiks... kok malah berantem sih" Ujarnya sembari menahan tangis.
Aka menoleh ke arah adiknya yang menatap Aka sendu. Adiknya pasti sedang ketakutan, Aka menghela nafas nya mencoba meredam emosinya lalu memeluk adiknya dan mengusap kepalanya lembut.
"Kamu gak papa kan? Di apain kamu sama bajingan ini?" Tanya nya sambil menatap Braga tajam
Resha menggeleng "Dia gak ngapa-ngapain. abang salah paham!"
Aka mendengus mendengar itu. Salah paham darimananya? Aka tadi melihat Mereka akan berciuman! Walau sebelum Aka kesana pria bajingan itu sudah menjauh dari wajah adiknya. Namun Aka tetap kesal melihat hubungan mereka yang semakin dekat.
"EH EH APAAN NIH? ANJIR KENAPA MUKA LO BERDUA LEBAM?"
"Abang berantem sama Braga?!"
Teriakan Pria membuat Aka melepaskan pelukannya dengan Resha.
Pria dengan beberapa temannya yang baru saja datang menghampiri Braga.
"Kenapa?"
Braga mengangkat bahunya acuh sambil mengusap sudut bibirnya yang sobek dan berdarah. Masih menatap Aka nyalang.
"Lo salah paham ka!" Ujar Stipen yang sedari tadi memperhatikan. Ia sudah paham akar masalahnya.
Aka menatap Stipen lalu terkekeh sinis. "Jadi lo bagian dari Astercyo? cih, najis!"
Stipen diam tak menjawab.
"Masih berani nampakkin muka didepan gue ya lo pada? terutama ketua bangsat kalian itu!" Aka menatap Braga sinis
Braga hanya diam menatap Aka datar.
Sanca yang sedari tadi diam menghampiri Abangnya. Ia sudah tau masalah apa yang terjadi antara Braga dan Aka. Ia menatap Resha mengusap pipi adiknya yang menangis dan menyuruhnya untuk membawa Aka ke UKS.
Resha menatap Braga yang luka nya lebih parah, kasihan juga. Tapi kali ini yang lebih penting adalah Aka. Resha rasa juga Aka marah bukan karena hal tadi saja, melainkan masalah lain. Resha yang emang tidak paham masalah sebenarnya apa hanya menghela nafas dan mengangguk patuh dengan perintah Sanca.
Aka dan Resha pun pergi meninggalkan segerombolan pria, yang tak lain adalah anggota Astercyo.
Sanca berbalik, menatap Braga yang sudah duduk dikursi sembari menunduk. Sanca menghampirinya dan ikut duduk disamping Braga.
"Kenapa bisa berantem lo anjir? Jelasin!" Suruh Sanca menepuk bahu Braga
"Kaget gue masa lo kalah sama Aka? Atau lo diem aja waktu dia pukul?" Tanya Benua menatap Braga
Braga mendengus lantas mengangkat wajahnya yang sudah lebam dimana-mana.
"Kita harus cepet jelasin!" Ujarnya tanpa mengindahkan ucapan Sanca dan Benua.
"Udah beberapa kali kita nyoba jelasin juga dia gak bakal percaya ga, susah" Ujar Benua
"Kecuali kita bawa pelakunya kehadapan Aka" Ujar Sanca membuat mereka menoleh ke arah pria itu.
Sanca menghela nafasnya, lantas berdiri menghadap para pria itu.
"Mulai hari ini, gue gabung Astercyo" Ujarnya mantap membuat semua anggota Astercyo membulatkan matanya.
Nih aku tepatin.
Makasih yg udah nungguin cerita Braga!💙
Sayang kaliannn😭💙
Jangan lupa vote & Comment juga ya!!
-Satu kata buat Braga menurut kalian, sebutin apa yaaa!!
wajib dijawab lho ya!!