The Gifted (IZONE Ver.)

By fadhilaara

3.9K 364 8

Setiap kelas mempunyai siswa berbakat. Tapi siswa berbakat disini lebih special dibanding sekolah lain. Mere... More

Prolog
SMA 48
Kelas Berbakat
Choi Yena
Potential Revealed: Teleportation
Potential Revealed: Time Traveler
Jang Wonyoung
Potential Revealed: Aura Reader
Kwon Eunbi
Bukan Update
Potential Revealed: Doppelganger
Lee Chaeyeon
Potential Revealed: Tough Girl
Kim Chaewon
Potential Revealed: Insomnia

Kim Minju

225 22 0
By fadhilaara

Minju POV

Saat istirahat aku diminta untuk menebak beberapa benda yang disiapkan oleh Pak Lee. Disana ada sebuah headphone, penghapus, dan juga sebuah pena. Aku memulai dengan headphone dan berkonsentrasi menggunakan kekuatanku. Kemudian terdengar musik akustik, dan aku tau ini adalah lagu kesukaan dari Chaewon.

Kemudian Pak Lee menghampiriku, mungkin suaranya terdengar kencang padahal headphonenya tidak dihubungkan ke media apapun.

"Bagaimana menurutmu Minju?" tanya Pak Lee.

"Ini musik akustik, pasti punya Chaewon" jawabku. Pak Lee mengangguk yang artinya aku benar menebaknya.

Oh iya, aku ingin bercerita. Dalam cerita fiksi tentang anak yang memiliki kekuatan super, biasanya alurnya tak jauh beda. Ceritanya dimulai seorang anak yang hidup dengan rasa membosankan hingga suatu hari semua berubah menjadi lebih baik.

Selanjutnya, penghapus. Aku mulai menggunakan kekuatanku untuk mengetahui siapa pemilik penghapus itu. Setelah itu muncul seperti ada debu yang menempel, sepertinya aku tau punya siapa.

"Ini tergeletak sampai berdebu pasti punya Yena." Jawabku. Pak Lee pun mengiyakan. 

"Coba barang terakhir, kamu akan penasaran siapa pemilik barang tersebut" pinta Pak Lee. 

Kemudian aku melanjutkan ke pulpen berwarna keemasan itu. Kemudian muncul beberapa kejadian dan ternyata ituu...

"Ini milik bapak. Ini hadiah ulang tahunmu yang ke-17, bapak selalu menggunakannya, malah bapak menyimpannya sampai sekarang."

Pak Lee pun tersenyum dan mulai duduk di sampingku. 

"Sudah 13 tahun aku menjaga pena ini bersamaku. Bagus Minju, perkembanganmu sangat signifikan." Puji Pak Lee. Aku pun tersenyum karena pujian itu. Kupikir itu semua hanya khalayan. Sampai akhirnya aku sadar kalo aku memiliki kekuatan super.

TIba-tiba terdengar suara yang itu datang dari tensimeter yang terpasang di lenganku, dan terlihat angkanya terus-terusan naik. Pak Lee pun terlihat panik. 

"Kenapa tensimu meningkat sangat drastis? Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?" tanya Pak Lee. Aku pun terdiam.

* * * * * * * * * * * *

"Kondisinya telah membaik beberapa tahun terakhir, kenapa dia bisa kambuh lagi? Program apa sebenarnya siswa berbakat ini?" tanya ibuku.

Saat ini kami sedang berada di UKS khusus siswa berbakat. Pak Lee menghubungi ibuku karena kondisiku yang tidak stabil.

"Seperti yang saya sudah bilang, Minju memiliki bakat yang luar biasa." Jawab Pak Lee.

"Tapi dia juga memiliki tekanan darah yang sangat tinggi sejak kecil. Kalau tidak dijaga dengan baik, ia akan mengalami kejang dan bisa saja menjadi lumpuh." Jawab ibuku.

Aku sudah tak tahan lagi dengan ocehan ibuku, "Mah udah"

"Ngapain kamu ngelarang mamah? Kalo sampe kejadiannya lebih buruk, siapa yang mau bertanggung jawab?" jawab ibuku.

"Bu Kriesha, anda tidak perlu khawatir. Saya yang akan menjaminnya." Jawab Pak Lee.

"Dariawal saya tidak pernah setuju kalo Minju pindah kesini...." Dan perdebatan itu terus saja berlanjut sampai ibuku kembali pulang ke rumah. 

Sebagai orang yang punya kekuatan super, aku tak tahu seberapa tinggi ekpektasi orang lain kepadaku. Tapi aku memiliki ekspetasi yang besar terhadap diriku sendiri.

Minju POV End

* * * * * * * * * * * *

"Saya ingin menjadi dokter. Bukan hanya untuk menyembuhkan diriku sendiri, tapi karena aku ingin menjadi kebanggaan ibuku." Jawab Minju.

"Bolehkah saya mendengar jawaban yang tidak klise?" tanya Pak Lee.

"Entahlah pak. Saya sering membaca novel, tokoh utamanya adalah detektif yang memiliki kekuatan batin, dan... ceritanya seru. Tapi ya, tetap saja itu namanya dongeng." Jawab Minju

"Orang yang special mampu melakukan apapun yang dia inginkan. Terima kasih Minju karena sudah berbagi." Jawab Pak Lee. Minju kembali duduk dan materi mulai dilanjutkan.

"Kita dapat kesimpulan bahwa apa pun kekuatanmu, cara terbaik untuk melatihnya adalah dengan menambah pengetahuan. Saya sudah siapkan daftar bacaan untuk masing-masing dari kalian, semuanya berdasarkan minat dan bakat kalian." Jawab pak Lee.

Mendengar hal itu, Wonyoung mendumel dalam hati sambil memainkan hapenya.

"Oke Wonyoung, bisa tolong ceritakan tentang minatmu? Ada daftar bacaan untukmu di akhir pekan." Kata Pak Lee.

"Yang jelas, saya hanya ingin terkenal. Adanya media sosial membuat saya jadi terkenal. Jadi, saya tidak perlu repot-repot menghabiskan waktu di perpustakaan." Jelas Wonyoung.

"Media sosial dapat membuat orang-orang bersikap menjadi narsistik. Namamu juga tidak akan tercetak sejarah dimana-mana kalau kamu tidak banyak membaca tentang sejarah." Jawab pak Lee.

Saat pak Lee sedang menjelaskan, terlihat Yujin yang sedang mengobrol dengan Yena dengan pelan.

"Yena! Yujin! Kalian sedang mengobrol tentang apa? Temanmu sedang berbicara kalian tidak menyimaknya?" tanya Pak Lee. Mereka berdua kaget Pak Lee memanggil mereka tiba-tiba, kemudian langsung terdiam.

"Dengar baik-baik. Semua siswa berbakat bisa menjadi apapun setelah mereka lulus nanti. Tapi mereka yang tidak bersungguh-sungguh tak akan bisa lulus." Tegas Pak Lee.

* * * * * * * * * * * *

Istirahat pun dimulai. Terlihat Yena melihat secarik kertas berisi beberapa daftar bacaan yang dibicarakan Pak Lee tadi. Yap, mereka sedang di perpustakaan khusus siswa berbakat. Melihat daftar bacaannya, Yena hanya memajukan bibirnya karena menurutnya itu hal yang membosankan.

Kemudian Yuri datang dengan membawa beberapa buku kemudian menghampiri Yena. "Ini buku-buku yang harus lu baca." Jawab Yuri

"Aduh beb, kenapa banyak banget?" tanya Yena sambil memajukan bibirnya itu lagi. Emang dasar bebek.

"Udah lu jangan protes, buku lu Cuma 4. Noh liat Minju, dia ada 8 buku." Jawab Yuri. Terlihat Minju mendekati mereka berdua. Yena hanya menghela nafasnya. Kemudian ia melihat daftar buku Minju.

"Minju, buku lu kayaknya menarik dibanding gw. Bisa-bisa selesai baca gw bakal jadi Einsten." Kata Yena.

"Bebek bebek. Kemampuan kita kan beda, makanya bukunya juga beda. Lu bakal fokus di fisika, Yuri berhubungan sama musik, kalo gw itu fokus sama mitologi, cerita sejarah, cerita rakyat, alam semesta, astronomi, sampai ke sejarah..."

"Oke cukup" potong Yena terhadap pembicaraan Minju. 

"...ya udah gw mau baca teori relativitas aja, oke?" Yena membalikkan badannya sedangkan Yuri dan Minju hanya tertawa kecil melihat tingkah Yena tersebut. Saat berjalan, mereka melihat Yujin yang terlihat seperti membaca buku sambil duduk diatas meja.

"Tuh bek, liat si Yujin. Meskipun dia belum tau bakatnya apa, tapi kayaknya dia lebih semangat dari lu." Jawab Yuri. Mereka pun menghampiri Yujin.

"Oy daengdaeng. Serius banget sih lu bacanya? Rajin banget sih lu?" tanya Yena. Yujin tidak menjawab. Saat Yena mengangkat bukunya, ternyata ia sedang bermain game di hapenya. Yuri dan Minju yang awalnya tersenyum langsung bermuka datar.

"Woy kunyuk" panggil Yena. Yujin pun mengangkat kepalanya dan terlihat bingung melihat ketiga temannya itu.

"Gw kira lu lebih rajin dari ini." Jawab Minju. Minju meninggalkan mereka bertiga dengan keadaan Yujin yang bingung. Yuri juga hanya menggelengkan kepalanya dan mulai mengikuti Minju duduk di meja seberang. Melihat hal itu, Yujin dan Yena menyusul mereka berdua duduk di sebelahnya dan saling berhadapan. Ya kalo dibayangin Yujin duduk disamping Minju dan Yena duduk disamping Yuri, mereka bersebrangan.

Yujin mulai melihat Minju yang sedang fokus membaca, kemudian ia mencolek tangan Minju agar Minju mau melihat dia. Karena colekan pertama tidak berbuah apa-apa, pada saat yang kedua kalinya.

"Kenapa" saut Minju. Yujin pun terlihat kaget.

"Gw kan Cuma main satu game, kenapa lu galak banget sih?" tanya Yujin

"Lu tuh buang-buang waktu tau ga? Kan Pak Lee ngasih waktu buat tau potensi kita itu apa, bukan buat main game. " Jelas Minju

"Gw heran deh kenapa kita disuruh baca banyak banget buku, padahal kan ga semua orang punya hobi yang sama kayak elu." Jawab Yujin yang berusaha melihat buku Minju tapi ditepis oleh Minju. Yena Yuri hanya bertatapan kemudian kembali membaca.

"Iya emang. Tapi bisa ga sih lu nurut? Ini kan juga buat masa depan lu." Jawab Minju

"Emangnya kalo lu nurut, masa depan lu bakal cerah?" tanya Yujin.

"Sekarang gw tanya balik deh. Emangnya kalo lu ga nurut, masa depan lu juga bakal cerah?" tanya Minju balik. Hal itu membuat Yujin terdiam.

Beberapa saat kemudian Yujin dan Yena duduk berdampingan dan terlihat Minju dan Yuri memberikan sebuah buku kepada mereka berdua. Yena dengan sigap mengambil buku itu.

"Kalian berdua seniat ini ya?" tanya Yujin.

"Supaya kalian itu ga ragu kalo masa depan alumni siswa berbakat itu cerah." Jawab Yuri.

"Eh ada foto kita tau. Jadi ini edisi terbaru." jawab Yena sambil menunjuk buku tadi.

Minju Yuri dan Yujin mulai melihat Yena dan dia terlihat bingung karena tatapan itu. Kemudian ia tersadar dan hanya tersenyum kikuk, kemudian membalikkan bukunya ke halaman pertama. Terlihat profil siswa angkatan pertama.

"Kenapa angkatan pertama Cuma ada 1 siswa berbakat ya?" tanya Yena

"Kata Pak Lee cuma ada 1 sampai 2 murid di angkatan awal. Seiring berjalannya waktu, jumlahnya terus meningkat hingga mencapai 12 orang per angkatan." Jawab Yuri.

"Siswa angkatan pertama berhasil meraih kemenangan di kompetisi kimia dan mendapatkan medali emas. Dia menemukan teknik untuk membunuh sel kanker dan mendapat penghargaan dari UNESCO." Jelas Minju sambil handphone yang berisi informasi tersebut. 

Yena dan Yujin terkesima akan hal itu. Minju mengoper handphonenya ke Yuri untuk memberikan informasinya secara bergantian.

"Siswa angkatan kedua terdiri dari dua orang. Yang satu kuliah di Oxford University kemudian menjadi ilmuwan fisika. Yang satunya menjadi diplomat di Australia." Jelas Yuri.

Yena pun membalikkan lembar bukunya lagi.

"Ada Pak Lee Seunggi angkatan ketiga dengan nomor siswa 004 dan kode warna abu-abu. Eh, ini Pak Lee? Kok culun amat." Jawab Yena

"Pak Lee mendapatkan gelar Master Ahli Saraf dari Jepang. Beliau mengabdikan dirinya sebagai guru untuk mengembangkan kekuatan kita." Kata Minju.

"Terus ada Pak Lee Dongwook angkatan ketiga dengan nomor siswa 006 dan kode warna biru tua. Kewarganegaraan Korea Selatan, agama...."

"Tunggu bentar Yen.." potong Yujin sambil melihat buku tersebut.

Yujin dengan melihat isi dari buku tersebut. "Kenapa jin?" tanya Yuri

Setelah diteliti, ternyata ada yang ganjil menurutnya. "Aneh, harusnya kan nomor siswa itu berurutan sejak pertama kan? Tapi kenapa ga ada siswa dengan nomor 005?" tanya Yujin.

Mereka semua sadar akan hal yang ganjil itu.

"Paling ada kesalahan teknis jin" jawab Yena

"Mana mungkin ada kesalahan teknis di program siswa berbakat" Jelas Yujin

Kemudian Minju pergi menuju lemari penyimpanan buku siswa berbakat disusul oleh Yujin Yena dan Yuri, terlihat ia sedang mencari sesuatu di lemari tersebut.

"Lu cari apa ju?" tanya Yuri

"Buku tahunan tadi kan edisi terbaru, pasti udah diedit dari sananya. Kalo kita pengen tau siapa pemilik nomor siswa 005, kita harus liat edisi lamanya." Jawab Minju.

"Jin kayaknya gw percaya ama lu deh. Seharusnya gw ga ikut campur masalah ginian ya kan?" tanya Yena.

Yujin menghampiri Minju disusul Yuri sedangkan Yena hanya bingung karena melihat tingkah mereka yang menurutnya aneh.

"Angkatan ketiga dimulai dari tahun 2003 kan?" tanya Yujin. Minju pun mengangguk. 

"Kalo gitu kita harus cari buku tahunan terbitan 2003." Jawab Yuri. Mereka semua setuju dan mulai mencari buku tersebut satu persatu.

"Oy Yujin" panggil Yena.

"Shh"kode dari Yujin Yuri dan Minju secara bersamaan yang artinya diam. Yena pun kaget. Kemudian mereka bertiga melanjutkan pencarian tadi sedangkan Yena hanya memajukan bibirnya tanda kecewa.

"Eh dapet nih" jawab Yujin sambil memegang buku tersebut yang ternyata bersamaan dengan Minju dan terlihat tak sengaja memegang tangannya juga. Mereka berdua terdiam dan melemparkan bukunya secara bersamaan karena canggung.

Yujin pun salah tingkah hingga dia membenarkan duduknya. Terlihat Minju juga membenarkan kacamatanya yang juga salah tingkah. Yuri yang melihat itu hanya tertawa kecil melihat kedua temannya yang canggung itu. Kemudian Yuri duduk diantara mereka berdua dan mengambil buku tersebut.

"Buku ini diterbitkan tahun 2003, tahun dimana Pak Lee menjadi siswa" jawab Yuri

Kemudian Yuri membuka halamannya satu persatu, setelah halaman berisi biodata Pak Lee, terlihat halaman itu tetap melanjutkan nama siswa dengan nomor siswa 006.

"Mungkin anak 005 memang tidak ada." Kata Yena

Kemudian Yujin menyadari sesuatu. "Tunggu, kertasnya dirobek liat deh" kata Yujin sambil menunjukkan ada halaman bekas robekan.

"Apa iya halaman yang robek ini siswa 005?"tanya Yuri. Mereka pun saling menatap satu sama lain dengan tatapan bingung.

"Emang penting banget ya?" tanya Yena.

"Ih lu berisik banget sih bek." jawab Yuri

Minju kemudian mengambil buku itu dan ia mulai berkonsentrasi untuk menggunakan kekuatannya. Melihat itu, Yuri dan Yujin mulai membiarkan Minju melakukan tugasnya. Kemudian dari penglihatan Minju, muncul nama lain dan ia mulai membacakannya.

"Siswa berbakat no. 005 dengan kode warna abu muda bernama Yook Sungjae. Lahir 2 Mei 1995. Dia siswa kelas 1 yang bergabung sebagai siswa berbakat. Tapi, kenapa halamannya di robek ya?" jelas Minju.

Minju kemudian melihat kearah Yujin dan Yuri yang sama bingungnya. Mereka berusaha mencari jawabannya dalam pikiran masing-masing.

* * * * * * * * * * * *

Minju POV

Kini aku sudah berada di kamar dan mengganti pakaianku. Kemudian aku duduk di mejaku sambil memikirkan siswa berbakat bernama Yook Sungjae yang di robek dari buku tahunan anak berbakat. aku mulai berpikir, dia tidak mungkin dikeluarkan dari kelas berbakat karena keinginannya kan? 

Kemudian aku mengambil beberapa obat dan meminumnya dibantu dengan air putih untuk mendorongnya. Semenjak aku punya kekuatan seminggu yang lalu, aku tetap anak sakit-sakitan yang sama.

* * * * * * * * * * * *

Esoknya aku menemui Pak Lee setelah jam belajar selesai dan menanyakan tentang siswa bernama Yook Sungjae itu. 

"Sudah 15 tahun lamanya, dia merupakan siswa berbakat di tahunku. Tapi kelas itu berat untuknya, jadi dia memilih untuk berhenti." Jawab Pak Lee.

"Benarkah pak? Dia tahu dia punya kekuatan dan dia menyerah begitu saja?" tanyaku.

Pak Lee pun tersenyum. "Minju, kamu harus tahu. Saat seseorang menemukan potensi mereka, hal itu bisa langsung membawa mereka ke garis finish. Tapi dalam kenyataannya, ada faktor-faktor lain yang terlibat." Aku pun terdiam karena tidak puas dengan jawaban yang diberikan Pak Lee.

"Tapi apa aku boleh tau apa yang terjadi dengan kak Sungjae?" tanyaku. Pak Lee pun terdiam.

* * * * * * * * * * * *

Saat di asrama, aku membawa sebuah kotak dengan senang. Kemudian aku membukanya, hal pertama yang aku keluarkan adalah beberapa medali emas yang diraih oleh Kak Sungjae.

Flasback ON

Pak Lee mengajakku ke sebuah gudang dan disana terdapat banyak sekali kotak berisi dokumen lama. Di ujung ruang Pak Lee terlihat mengeluarkan sebuah kotak. Aku pun menghampirinya.

"Semua ini milik siswa yang keluar tahun itu. Mungkin kau bisa menemukan jawabannya disini. Ini bisa jadi latihan yang bagus untuk mengembangkan potensimu" Jawab Pak Lee. Aku tersenyum karena Pak Lee mengizinkanku untuk membawa kotak itu.

Flashback OFF

Setelah mengeluarkan medali, terlihat ada jaket baseball. Kemudian diatas jaketnya terdapat kacamata yang dipakai oleh kak Sungjae karena di robekan buku sebelumnya ia memakai kacamata yang sama. Kemudian ada kotak berisi lencana siswa berbakat dan gelang berwarna abu muda, ada replika pesawat, buku mengenai pesawat terbang, semuanya kuletakkan di atas kasurku.

Karena penasaran aku membuka jaketku dan mulai mengenakan jaket yang pernah dikenakan oleh kak Sungjae tadi, lalu aku melihat diriku ke arah cermin dan terlihat bayangan kak Sungjae di cermin itu, namun gambarnya sedikit agak buram. Aku pun mencoba berkomunikasi dengannya.

"Kenapa kaka menyerah karena kemampuan kaka?"

Namun Kak Sungjae hanya tersenyum. Kemudian aku melihat lagi barang-barang dari kak Sungjae, aku terpikirkan untuk mencoba kacamatanya. 

Aku keluar dari kamarku, kulepas kacamataku dan menggunakan kacamata Kak Sungjae, kemudian suasana berubah bukan lagi asrama yang aku tempati karena lorong tersebut terlihat sederhana. Sepertinya ini adalah asrama 15 tahun yang lalu.

Kemudian aku mulai menelusuri lorong dengan cat dindingnya terlihat lebih sederhana dan terdapat majalah dinding disana dan tertulis Weekly Update, Agustus 2003. Disana banyak tertempel daftar nomor delivery restoran. 

Setelah diujung lorong aku melihat ke salah satu pintu dan terlihat di pintunya nama Yook Sungjae disana. Namun saat aku membuka kacamatanya, ternyata itu adalah kamar Yujin. Kamar Yujin ternyata dulunya adalah kamar Kak Sungjae. Aku tak sengaja menjatuhkan kacamataku. Setelah meastikan ternyata itu benar, aku bingung harus mengetuk pintunya atau tidak karena masih terasa canggung bagiku. Aku melupakan niat itu namun tak berapa lama, pintu itu terbuka.

Minju POV End

Author POV

Beberapa detik yang lalu, Yujin tak sengaja mendengar ada suara barang jatuh di depan kamarnya. Saat ia mengecek lewat lubang pintu, ternyata itu adalah Minju yang sedang melihat pintu kamarnya. 

Terlihat Minju ingin mengetuk pintu kamarnya, hanya saja tidak jadi dan mulai menutup wajahnya karena malu. Yujin hanya tertawa melihat tingkah Minju yang menurutnya imut itu. Saat Minju akan pergi, Yujin pun membukakan pintunya yang membuat Minju kaget.

"Kenapa?" tanya Yujin seakan tidak terjadi apa-apa.

"Ahh.. ngg... hei.. hmm tadi.. lu ngeliat ya?" tanya Minju.

Yujin hanya tersenyum dan terlihat dimple yang menurut Minju itu terlihat manis. Minju pun tersenyum kaku dan menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal itu.

"Gw.. boleh masuk ga?" tanya Minju. 

Tanpa menunggu persetujuan Yujin, ia langsung masuk dan membuat Yujin bingung. Kemudian Yujin menyusul Minju setelah menutup pintu kamarnya. Minju mulai memasuki kamar tidur Yujin yang terlihat rapih dan sederhana itu.

"Dulu ini kamarnya kak Sungjae tau." Kata Minju. Yujin menyadari sesuatu. 

"Oh anak yang keluar itu?" Minju pun mengangguk. Tiba-tiba saja Minju merasakan pusing yang sangat amat memusingkan. 

Minju pun melanjutkan untuk menulusuri kamar Yujin. Ia mulai mendekati meja belajar Yujin dan terlihat beberapa barang punya Sungjae seperti replika pesawat dan buku yang ia temukan di kotak pemberian Pak Lee tadi, terlihat juga replika astronot dan satelit di sekitarnya.

"Kak Sungjae dulu berminat menjadi astronot." Jawab Minju. 

Yujin pun tersenyum. "Terus, lu liat apa lagi?" tanya Yujin.

Minju beralih ke arah dinding kamar Yujin dan mulai mendekatinya. Yujin sebenarnya kelihatan bingung, apa bagusnya dengan dinding kosong? Saat Minju mulai fokus, terlihat beberapa coretan rumus dan gambar seperti grafik.

"Kak Sungjae potensinya adalah matematika. Sepertinya dia sangat menyukainya." Jawab Minju.

"Wah, lu bisa tau?" tanya Yujin yang kagum akan potensinya Minju tersebut.

Minju pun tersenyum, " Tak sulit untuk tau apa seseorang menyukai yang mereka lakukan" jawab Minju. Kemudian terlihat rumus-rumus itu memenuhi dinding disebelahnya.

"Mungkinkah orang-orang dengan potensi dan mimpi sepertinya keluar dari kelas berbakat?" tanya Minju. 

Tiba-tiba saja suara dengung terdengar di kuping Minju dan membuat Minju merasakan pusing yang hebat di kepalanya.

"Minju, lu gapapa?" tanya Yujin. Minju pun membalikkan badannya dan menghadap Yujin. 

"Iya, sepertinya aku akan pingsan" jawab Minju setelah badan Minju terjatuh, untung ditangkap Yujin karena Minju jatuh persis dipelukannya. 

"Minju...Minju...lu gapapa?" Yujin berusaha membangunkan Minju hanya saja tak ada respon. Yujin pun menggedong dan membaringkannya diatas kasur. Yujin pun mengamati wajah dari Minju yang terlihat pucat itu.

"Cantik" batin Yujin. 

Ia pun membiarkan Minju beristirahat dikasurnya karena menurutnya Minju hanya kecapean karena efek samping dari kekuatannya itu.

Jam menunjukkan pukul 22.00, Minju sudah sadar saat itu, sambil menghirup minyak kayu putih yang diberikan Yujin, Minju pun tiduran disamping Yujin di bawah. Terlihat Yujin yang sedang bermain game itu melihat ke arah Minju.

"Tidur dikasur aja ju." Jawab Yujin.

"Ga ah, ini kan kamar lu, masa gw tidur dikasur lu? Kasian lu nya." Jawab Minju. Yujin hanya tertawa kecil saat melihat tingkah Minju yang sedikit terlihat anak kecil itu.

"Udah jangan terlalu dipikirin, nanti lu sakit." Jawab Yujin

"Kegeeran lu, orang gw ga mikirin apa-apa." Jawab Minju.

"Apakah penyakitmu berbahaya?" tanya Yujin.

Minju pun menghela nafasnya. "Ga kok kalo aku jaga diri, ga kelelahan, sama ga stress. Tekanan darahku harus selalu rendah." Yujin pun hanya menganggukkan kepalanya.

"Ibuku bilang kalo aku patuh sama dia, mungkin aku akan sesehat orang lain. Tapi aku gak yakin." Lanjut Minju.

Karena khawatir, Yujin pun bangun dengan posisi duduk diikuti oleh Minju.

"Jangan terlalu serius Jin, lu udah kayak emak gw deh kalo dah kayak gitu." Kata Minju. Yujin pun menghela nafasnya sedikit kasar.

Minju pun memasangkan kacamatanya. "Kalo lu gimana? Lu pengennya punya potensi yang kayak gimana?" tanya Minju.

"Sebelum potensimu bangkit,apa kamu pernah berpikir untuk melihat masa lalu?" tanya Yujin.

Minju menggeleng. "Enggak." 

"Terus buat apa kamu memikirkannya kalo bukan kita yang ngendaliinnya?" tanya Yujin.

"Hmm tapi, gw percaya kalo kita bakal nemuin potensi yang emang cocok buat kita. Kenapa orang kayak Sakura bisa ngendaliin komputer? Atau Yena yang sering kehilangan barangnya? Dan Yuri yang bisa ngeliat gelombang suara yang kecil sekalipun? Kurasa, potensi itu dirancang buat bantu kita. Nanti pas potensi kamu bangkit, kamu pasti bakal suka." Jawab Minju.

Yujin pun tersenyum. "Aku aja gatau potensiku apa dan kapan akan bangkit. Malah aku ga yakin kalo aku beneran siswa berbakat." kata Yujin

"Jangan gitu dong, kamu harus optimis jangan putus asa." Jawab Minju. 

Kemudian Minju pun memiliki ide. Ia mengambil sticky note di dekat kumpulan buku komik milik Yujin. "Kamu ngapain?" tanya Yujin.

"Nanti juga kamu tau." Jawab Minju. Minju menuliskan sesuatu kemudian menempelkannya di dinding kamar Yujin. Terlihat tiga buah sticky notes, 1 gambar anjing, 1 gambar katak berkacamat, satu lagi tulisan 'We Are Gifted'.

"Aku nyemangatin kamu tau. Aku katak dan kamu anak anjing. Kita bakal berjuang sama-sama di kelas berbakat." jawab Minju.

"Aku anak anjing, orang ceroboh kayak aku?" tanya Yujin

"Emangnya kenapa? Coba deh liat anjing pemadam kebakaran atau anjing polisi. Awalnya mereka gatau apa-apa, sampe mereka dilatih dari kecil sampe sekarang, mereka jadi anjing yang sangat ditakuti." Jawab Minju.

Yujin pun tertawa, "Ya ga mungkinlah."

"Ih aku dah serius cerita tadi udah bagus loh" jawab Minju sambil mengambil bantal dan menimpuknya ke Yujin.

"Lagian kamu mah cerita omong kosong gitu" jawab Yujin.

"Ihh dasar Daeng Daeng."

"Aduh kenapa mukul aku sih? Kasih ga bantalnya."

"Gamau wlee" Mereka pun saling berebut bantal hingga akhirnya mereka terjatuh. Minju dibawahnya sedangkan Yujin diatasnya Minju. Mereka saling bertatapan untuk sejenak.

"Yujin... emang iya kalo Yen...." Secara tiba-tiba Yuri datang masuk ke kamarnya tanpa mengetuk kamar. Minju dan Yujin langsung menengok ke arah suara.

"Bukan beb aku..." menyusul Yena dibelakangnya. Yuri dan Yena melihat hal itu, mereka terdiam untuk sementara. Karena sadar posisinya yang ambigu, Yujin pun duduk dengan cepat dan Minju juga bangun dalam keadaan duduk dan panik.

"Ngapain kamu eh maksud gw ngapain lu ke kamar gw, ngetok pintu kek." Jawab Yujin yang terbata-bata, sedangkan Minju sudah memalingkan wajahnya karena malu.

"Aduh beb kamu sih malah ganggu" jawab Yena

"Iya maap gatau kalo lagi mesra." Balas Yuri

"Yul, bukan seperti yang kamu eh bukan lu pikirin" jawab Yujin

"Bek udah yuk kita ke kamar lagi aja, mesen makan gimana?" jawab Yuri.

"Iya deh ganggu pasutri baru dah Yujin" saut Yena sambil kabur diikutin Yuri.

"Woy Yena Yuri woy. Aduhhh mampus gw." Jawab Yujin. Minju hanya ketawa melihat tingkah Yujin yang bingung ga karuan.

* * * * * * * * * * * *

Keesokan harinya saat di sekolah. Mereka sedang mengadakan pemilihan ketua kelas untuk kelas berbakat. Wonyoung pun mengangkat tangannya.

"Saya mencalonkan Eunbi sebagai ketua." Jawab Wonyoung. Pak Lee mengiyakan.

"Sudah ada Eunbi dan Sakura sebagai kandidat ketua kelas, ada lagi yang ingin mencalonkan?" tanya Pak Lee.

Kemudian ia melihat kearah Minju yang sedang menunduk memperhatikan hapenya, dan menuliskan sesuatu di bukunya.

"Minju?"

"Ah iya pak?" jawab Minju

"Semua orang sudah mencalonkan seseorang kecuali kamu. Tolong calonkan satu nama." Jawab Pak Lee.

"Ngg ah itu, aku mencalonkan Yujin pak" jawab Minju. Yujin terlihat kaget saat mendengar namanya.

"Minju dengar. Saya senang kamu mencari tau tentang Sungjae. Tapi jika kamu terlalu memakai kekuatanmu, kamu harus istirahat" jawab Pak Lee.

"E..emangnya kenapa pak?" tanya Minju.

"Saya sudah berjanji kepada ibumu untuk menjagamu dan tak ingin menyusahkan beliau. Jadi, bolehkah saya memintamu untuk berhenti menggunakan potensimu untuk beberapa hari?" tanya Pak Lee. Minju pun terdiam dan mengangguk dengan pelan.

"Baik karena tidak ada lagi yang mencalonkan, saya akan mencalonkannya ketiga orang ini ke kepala sekolah."jawab Pak Lee.

* * * * * * * * * * * *

Di perpustakaan, Yujin sedang bermain game di balik lemari perpustakaan.

"Apa anda ingat teman sekelas bernama Sungjae?" Yujin yang mendengar itu langsung menengok kearah sumber suara dan terlihat Minju sedang menelepon seseorang.

"Ya aku tahu dia berhenti. Apa anda tahu alasannya?" tanya Minju. Yujin mematikan game di hapenya dan mulai menguping pembicaraan Minju itu.

"Anda tidak ingat? ...... baiklah terima kasih." Minju pun menutup teleponnya itu.

"Lu ga denger sama peringatannya Pak Lee?" tanya Yujin.

"Tapi kan gw ga pake kekuatan gw" jawab Minju.

"Coba telpon aja orangnya. Kan pas ngegunain kekuatan lu waktu itu lu liat nomor teleponnya."

"Udah gw coba jin, tapi ga nyambung. Gw coba email juga ga dijawab."

Yujin pun menghela nafasnya dan duduk disamping Minju.

"Lu pengen tau banget apa yang terjadi sama orang itu?" tanya Yujin.

"Emangnya lu gak punya pertanyaan yang butuh jawaban?" tanya balik Minju.

"Terus, kenapa lu calonin gw jadi ketua?" tanya Yujin lagi.

"Gw ga berniat jailin lu tau. Gw yakin lu bisa jadi ketua. Soalnya, lu tuh orangnya peduli sama yang lain." Jawab Minju sambil mendorong pelan Yujin. 

Karena malu, Minju mengalihkan pandangannya ke buku yang dia bawa tadi.

"Jadi intinya, lu ga percaya kalo Kak Sungjae itu ngundurin diri?" tanya Yujin. Minju pun kembali mengalihkan pandangannya ke Yujin dan mengiyakan.

"Kalo gitu, ayo kita lakuin hal yang seru, gimana?" tanya Yujin.

* * * * * * * * * * * *

Yujin mengajak Minju ke perpustakaan tempat Yujin dan Jiheon mengambil soal Tes Penempatan 1 waktu itu. Minju terlihat takjub melihat keadaan ruangan tersembunyi itu. Kemudian Yujin berusaha membuka gembok itu. Ia mengeluarkan sebuah jepitan dari sakunya dan mulai melakukan aksinya, sedangkan Minju terlihat berkeliling ruangan itu.

"Jadi lu pernah kesini?" teriak Minju

"Iya, waktu nyoba buat nyuri kertas ujian."

"Ujian apa? Kapan?"

"Udah lupain aja, kamu kesini cepet."

Minju pun menghampiri Yujin yang berusaha membuka gembok itu.

"Kamu bisa bongkar gembok?" tanya Minju

"Ga sih, tapi gw pernah liat. Jadi gw cobain aja. Gatau deh berhasil atau enggak"

Setelah Yujin berkata itu, tiba-tiba gemboknya terbuka kemudian mereka saling pandang karena senang. Yujin membuka gembok itu dan membuka rantai sekelilingnya, dan membuka lemarinya kemudian mulai mencari dokumen yang diperlukan.

Disisi lain Pak Lee sedang memainkan metronome miliknya dan terlihat tegang sambil melihat ke arah pulpen emas itu. Kembali ke situasi perpustakaan, Yujin Minju tetap mencari dokumen itu satu persatu, kemudian Yujin menemukan sesuatu.

"Disini Kak Sungjae berhenti karena tak bisa mengejar pelajaran kayak yang dibilang Pak Lee." Jawab Yujin. Minju pun heran. 

"Orang kayak dia gabisa ngejar pelajaran?" tanya Minju tak percaya. Disisi lain, Pak Lee mengambil pulpen itu dan memerhatikannya. 

Seperti dua tempat yang terjadi secara bersamaan, Minju sedang berkonsentrasi untuk menggunakan kekuatannya dan mulai meraba tanda tangan di bawah surat pengunduran diri Kak Sungjae. Terlihat seseorang yang menandatangi kertas Kak Sungjae namun ia mengenal pulpen itu.

Setelah ia ingat, ternyata itu milik Pak Leekarena sebelumnya ia memeriksanya beberapa hari yang lalu. Apaiya Pak Lee yang menandatanginya? Kenapa Pak Lee berbohong kepadanya? Apa yangia sembunyikan dari mereka? 

Pertanyaan itu muncul begitu saja di kepala Minju.Kemudian terlihat bayangan Pak Lee saat masih SMA yang menandatangani surat itudengan berwajah datar, tiba-tiba saja Minju kehilangan sadarnya disaatbersamaan Pak Lee meletakkan pulpen itu lagi di mejanya.

TBC


Maapkan guys part yang ini kepanjangan, tapi tetep penasaran kan? Oh iya, jangan lupa voment ya, thank you..

Continue Reading

You'll Also Like

670K 47K 52
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
85.5K 10.8K 29
√ End- WARNING : BxB, YAOI, M-PREG JENO x RENJUN ========================== Kisah asmaranya selalu berakhir rumit. Sekarang Renjun sudah menyerah, te...
76.8K 8.3K 19
Keseharian Elio bersama keluarga posesifnya. . . . Si bungsu yang gagal menjadi bungsu namun tetap mendapatkan perlakuan selayaknya bungsu. "MINGGIR...
349K 30K 34
Lima tahun lalu, Wonwoo memutuskan sebuah keputusan paling penting sepanjang hidupnya. Dia ingin punya anak tanpa menikah. Lima tahun kemudian, Wonw...