Empat Sekawan

By ridhaanasution

28.6K 1.8K 445

Alam Leonardo Damari / cowok paling misterius karena sangat sulit di tebak. Biarpun tampangnya cool dan acuh... More

1. 4-SEMECIN
2. 4-SEMECIN
3. 4-SEMECIN
4. 4-SEMECIN
5. 4-SEMECIN
6. 4-SEMECIN
7. 4-SEMECIN
8. 4-SEMECIN
9. 4-SEMECIN
10. 4-SEMECIN.
11. 4-SEMECIN.
12. 4-SEMECIN.
13. 4-SEMECIN
14. 4-SEMECIN
15. 4-SEMECIN
16. 4-SEMECIN.
17. 4SEMECIN
18. 4SEMECIN.
19- 4SEMECIN
20. 4-SEMECIN
21. 4 - SEMECIN
22. 4-SEMECIN
23. 4-SEMECIN
VISUAL TERBARU.
24. 4-SEMECIN
26. 4-SEMECIN.
27. 4-SEMECIN
28. 4-SEMECIN
29. 4-SEMECIN
30. 4-SEMECIN
31. 4-SEMECIN
32. 4-SEMECIN
33. 4-SEMECIN.
34. 4-SEMECIN
35. 4-SEMECIN.
36. 4---SEMECIN.
37. 4-SEMECIN
38. 4-SEMECIN.
39. 4-SEMECIN.
40. 4-SEMECIN.

25. 4-SEMECIN-

465 35 31
By ridhaanasution

Jam 11 siang---satu jam yang lalu mereka baru bangun tidur terkecuali Nial. Nial masih diambang mimpi. Percuma dibangunkan juga tidak akan bangun kalo belum puas tidurnya. Vino dan Raja sedang menunggu Alam mandi sembari menunggu Nial banggun tidur. Keduanya hanya bermain hp dengan tv menyala menayangkan film kartun.


Tak lama Alam datang dengan rambut basah dan handuk melingkar dilehernya sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Alam melepas handuknya lalu di cambuk pada tubuh Nial, dengan sekali cambukan Nial membuka matanya menahan perih sambil mengusap kakinya.


"ANJING!" Umpat Nial kesal.


Tanpa merasa bersalah Alam berjalan melempar handuk kewajah Nial, sedangkan Vino dan Raja hanya diam menghiraukan keduanya.


"Cepet mandi, kita kekampus Jam 12." Ucap Alam.


Nial duduk dengan mata masih mengantuk. Tanpa menjawab ucapan Alam, Nial berjalan kekamar mandi tetapi saat tepat dibelakang Alam, Nial membalas cambukan pada tubuh Alam dengan handuk lalu lari kedalam kamar mandi.




"LO KELUAR. LO MATI!" Bukan takut Nial malah tertawa mendengar teriakan Alam.

"Mau makan apa lo biar gue beliin dijalan sekalian gue mau nganter bojo gue kerja." Ujar Vino tanpa mengalihkan pandangannya dari hpnya.

"Apa ajalah, Vin" Sahut Raja.

Vino mengangguk lalu berdiri dan mengambil kunci mobil Alam disamping tv.

"Gue pake dulu mobil lo, Lam, buat nganter bojo gue kerja, sekalian jemput Chintya dikontrakan bojo gue." Alam dan Raja mengangguk dengan ragu.


"Chintya ngapain dikontrakannya Marsya?" Tanya Raja.


"Semalem abis dijemput Nial karena kemaleman langsung nginep dikontarakannya bojo gue."  Alasan  Vino.


"Yaudah sana."


---4SEMECIN---


Tak sampai 10 menit, vino sudah sampai di kontrakan Marsya. Saat Vino keluar dari mobil, Vino menjadi pusat perhatian Ibu-ibu yang berlalu lalang disekitar kontrakan Marsya, dengan sopan, Vino tersenyum.




tok tok tok




Tak lama ada yang membuka pintu ternyata Chintya, Vino masuk kedalam kontrakan tanpa menutup pintunya. Terlihat Marsya sedang merapikan tasnya, dan Chintya terlihat sudah rapi. Vino melihat pakaian yang dipakai Chintya dari atas hingga bawah. Chintya yang merasa diperhatikan langsung cemberut.


"Gue pinjem baju Marsya." Kesal Chintya, Marsya tertawa pelan, dan Vino tersenyum lalu mengacak acak rambut Chintya.


"Baper banget yang baru jadian sama Nial." Ledek Vino, Chintya menepis tangan Vino kasar.


"Ah jangan ngledek gitu kek, Vin, malu gue."


"Dih malu kenapa?"


"Masa gue jadian sama sahabat gue sendiri."


Vino dan Marsya tertawa mendengar ucapan Chintya yang terkesan tak rela.


"Hati nggak mandang status ataupun kasta ataupun fisik atau yang lain. Kalo hati mau dia yaudah dia, nggak akan ada yang bisa ngubah itu selain diri sendiri."


"ah sok bijak lo keluar males. Gue ngerasa jadi orang bodoh!" Sahut Chintya malas. "Kok Nial nggak ikut?" Tanyanya setelah sadar tak ada Nial.



"Dia aja baru bangun, Itu pun karena berantem Alam. Sekarang dia lagi mandi dan itu juga berantem lagi sama Alam."


"Alam kejam banget sih!" Pekik Chintya.


"Kalo gue sama Raja yang bangunin, nggak akan bangun dan cuma Alam yang bisa bangunin Nial."


"Mas Vino udah sarapan?" Tanya Marsya dengan setelan perawat.


Vino menoleh pada gadisnya yang sudah teerlihat cantik.


"Belum Sya, ini juga sekalian mau beli makanan buat dikosan." Sahut Vino


"Yaudah berangkat sekarang bisa nggak, Mas? Aku udah mau telat." Pinta Marsya, Vino mengangguk lalu ketiganya keluar dari kontrakan.


"Sya, bajunya gue pinjem dulu nggak apa-apa kan?" Tanya Chintya memastikan sambil menatap Marsya yang sedang mengunci pintu kontrakannya.


"Iya nggak apa-apa Kak." Sahut Marsya sembari tersenyum lalu memasukkan kunci pintu kedalam tasnya.


"Vin, beruntung lo dapetin Marsya." Ucap Chintya pada Vino.


Vino menjawab dengan anggukan kepala, sedangkan Marsya tersenyum malu.


"Yaudah yuk berangkat"


Mereka  masuk kedalam mobil, Chintya memilih duduk dibangku belakang dan Marsya didepan.


"Kalo begini gue berasa jadi anak tunggal." Ucap Chintya pada dirinya sendiri.


Vino  yang mendengar ucapan Chintya pun tak dapat menahan tawa kencangnya sedangkan, Marsya mengalihkan pandangannya kearah jendela mobil.


"Ipar lo salting, Chin."


Perjalanan mereka hanya memakan waktu 15 menit sudah sampai dirumah sakit tempat Marsya bekerja. Saat Marsya akan keluar, pintu mobil dikunci Vino dan Marsya tidak bisa keluar. Marsya menoleh kearah Vino.


Cup!


Saat Marsya membalik tubuhnya menghadap Vino, saat itu juga Vino mendapat kesempatan mencium kening Marsya. Chintya hanya tertawa pelan melihat aksi Vino. Lain dengan Marsya yang sudah malu pun mengalihkan pandangannya dari mata Vino.


"Ma---s, bu---ka pintunya dong." Gagap Marsya.


"Liat aku dulu dong."


"Mas, saya udah telat nih." Marsya tetap tak ingin menoleh ke arah Vino.


"Hadap sini dulu, ada yang mau aku bilang ke kamu." Pinta Vino sambil menarik tangan Marsya pelan. Marsya membalik tubuhnya menghadap Vino dengan wajah pucat.


"Senyum buat aku mana?"


Marsya tersenyum kikuk, sesekali Vino melirik Chintya tetapi, Chintya terlihat asyik dengan handphonenya.


"Senyum tulus buat aku, sayang."




Marsya senyum merekah, Vino kembali mengecup kening Marsya, mengusap pipi Marsya dengan lembut.

"Yang semangat kerjanya, jangan telat makan. Aku nggak mau kalo perawat aku sampai sakit." Ucap Vino lembut. Marsya hanya dapat menganggukkan kepalanya. "Nanti kalo mau pulang kabarin aku, biar aku jemput."


"Iya Mas." Sahut Marsya.


Vino mengangguk, lalu mengeluarkan dompetnya dari belakang saku celananya. Vino mengeluarkan kartu credit-nya di sodorkan pada Marsya.


"Buat apa, Mas?" Tanya Marsya bingung saat Vino meletakkan kartunya di atas tangannya.


"Untuk keperluan kamu. Kalo mau beli apa-apa pake uang disini aja. Kalo habis, kasih tau aku, biar aku kirimin lagi."


Marsya menggeleng kepala, mengembalikan kartu tersebut pada Vino.


"Saya masih ada uang kok, Mas. Kartunya Mas Vino simpan aja." Tolak halus Marsya.


"Aku tau kamu masih punya uang, tapi ijinin aku buat biayain hidup calon istri aku." Ucap Vino sungguh-sungguh. "Aku nggak akan mikir kamu cewek matre karena kamu pake uang aku, tapi aku berpikir karena aku mampu makanya aku kasih kamu." Jelas Vino.


"Sekarang kamu gunain uang disini aja." Telak Vino sambil menyerahkan kembali kartunya pada Marsya. Marsya melirik Chintya yang seakan-akan tak peduli dengannya dan Vino.


"Ambil aja, Sya, uanganya Vino nggak ada serinya, jadi bebas nggak akan abis." Celetuk Chintya tanpa mengalihkan dari handphonenya.


"Kontrakan kamu udah aku bayar sampai 6 bulan kedepan, jadi kamu nggak usah bayar kontrakan lagi."


Marsya terbelalak matanya menatap Vino tak percaya.


"Mas, nggak usah bayarin kontrakan saya, kontrakan saya itu mahal banget." Ujarnya, Vino tersenyum.


"Nggak apa-apa. aku akan melakukan apapun untuk kamu." Balas Vino sambil mengusap pipi Marsya. "Mungkin nanti sore mesin cuci sama kulkas bakal dateng. Kalo AC besok pagi baru dateng."


"Mas, itu berlebihan banget. Saya nggak tau harus bayar pake apa." Ucap Marsya gelagapan, lagi-lagi Vino tertawa.


"Cukup kamu jadi istriku, itu udah cukup." Balas Vino. "Bukan maksud aku, buat beli kamu atau apa, tapi aku cuma mau calon istriku hidupnya berkecukupan."


"Tapi Mas---"


"Apa kamu mau aku beliin rumah aja?" Potong Vino, dengan cepat Marsya geleng kepala.


"Nggak! Nggak usah, Mas." Dengan cepat Marysa menolak. Vino hanya dapat tersenyum mendengar penolakan Marsya.


"Yaudah aku kerja dulu ya, Mas." Pamit Marsya,  "Makasih banyak, Mas Vino."


"Iya sama-sama adik Marsya."


"Kak, saya duluan ya." Pamit Marsya pada Chintya, Chintya hanya merespon dengan anggukan kepala.


"kalian hati-hati."


"Iya Adik ipar." Sahut Chintya.


Setelah Marsya keluar dari mobil, Chintya berpindah menjadi duduk disamping Vino, tempat Marsya sebelumnya.


---4SEMECIN---


Sesampainya dikosan, terlihat mobil Stefie sudah terparkir tempat biasa mobil Alam terparkir. Sebelum kembali kekosan, Vino dan Chintya membeli makanan untuk dikosan. Chintya terlebih dahulu keluar dari mobil lalu disusul Vino.


"Kayak kenal sama tuh mobil deh, Vin." Ucap Chintya sambil menunjuk mobil jazz berwarna putih.


"Mobilnya Stefie, ceweknya Alam." 


"Emang udah jadian?" Tanya Chintya sembari berjalan dibelakang Vino yang sudah masuk ke dalam kosan.


"Udah kemaren pas baksos."


"Kalian pada janjian nembak cewek?" Tebak Chintya, Vino tertawa tanpa menjawab ucapan Chintya.


"Lama banget!" Kesal Nial ketika melihat Vino dan Chintya masuk kedalam kosan.


Terlihat Raja sedang tiduran dikasur, Nial menonton TV sedangkan, Alam dan Stefie sedang bernyanyi sembari Alam bermain gitar. Vino dan Chintya menghampiri Nial didepan TV. Vino menarik kaki Raja agar turun untuk makan bersama. Raja lalu turun dari kasur bergabung dengan yang lain. Sama halnya dengan Alam dan Stefie, mereka bergabung kedepan TV.


"Gue beli cuma 5, kurang satu. Lo kenapa nggak bilang kalo Stefie kesini sih, Lam." Ucap Vino tak enak hati pada Stefie.


"Gue berdua aja." Sahut Alam sembari mengambil jatahnya.


"Aku udah makan, kamu makan aja sendiri." Timpal Stefie.


Alam menoleh dengan kerutan didahinya. "Yakin?"  Alam memastikan.


"Iya."


Mereka makan dengan tenang karena sudah terlalu lapar. Raja selesai terlebih dahulu dibanding yang lain. Setelah semua sudah selesai makan, mereka mengumpulkan sampahnya untuk dibuang diluar kamar Vino.


"Kalian pake mobil gue aja, biar gue sama cewek gue."


"Tapi gue mau balik dulu, mau ambil buku." Semua menoleh kearah Raja dengan tatapan datar. "Ada yang salah?" Tanyanya kesal.


"Buku buat apaan?" Tanya Nial heran.


"Buat nulis lah." Jawab Raja polos, dengan enteng Alam menempeleng kepala Raja.


"Ayo berangkat!" Ajak Alam sambil berdiri dan mengulurkan tangannya pada Stefie.



Mereka  keluar  kosan menuju parkiran. Alam dan Stefie masuk kedalam mobil Stefie sedangkan, Raja, Nial, Vino dan Chintya masuk  kedalam mobil Alam.





Di mobil Stefie.




"Sayang..."


"Hmm."



"Cewek yang tadi siapa?" Tanya Stefie menatap Alam penasaran.


"Kenapa?" Tanya Alam tanpa membalas tatapan Stefie.


"Kayaknya dia sering banget sama kalian. Kayaknya juga, dia spesial banget buat kalian." Ucap Stefie ragu.


"Bukannya kalian udah pernah ketemu?" Tanya Alam sesekali melirik Stefie.


"Ih jawabnya yang nyambung kek."


"Iya apa?"


"Kamu suka ya sama dia?" Telak Stefie. Alam yang mendengar tuduhan Stefie tertawa pelan. "Kok ketawa sih? Aku pernah liat kamu usap kepala dia terus aku juga pernah liat dia meluk pinggang kamu."


Alam tak dapat menahan tawanya, ia memilih meraih tangan Stefie untuk di kecupnya.  Setelahnya Alam menarik tangan Stefie untuk dilingkarkan pada pinggangnya untuk memeluknya.



"Alam..."




"Dia itu adik aku, kamu itu pacar aku. Dia juga tau kalo kamu itu adik iparnya." Jelas Alam tetap fokus pada jalan.


Dengan cepat Stefie mengecup pipi Alam.



"Aku cemburu."


"Tanpa diberitau, aku juga udah tau, sayang."


"Emangnya dia nggak baper, kalo diperlakuin gitu sama kamu?" Stefie tetap bertanya, ia masih penasaran peran Chintya didalam persahabatan Alam bersama Raja, Vino dan Nial.


"Aku, Raja, dan Vino perlakuin Chintya hanya sebagai adik, karena dia cewek satu-satunya diantara kami. Lagi dengan Nial---"



"Kenapa Nial?"


"Sabar cinta." Gemas Alam. "Kalo Nial perlakuin Chintya karena Nial emang cinta Chintya dari mereka SMA."


"Mereka teman SMA?" Alam mengangguk. "Emangnya Chintya nggak baper sama kamu atau yang lain terutama Nial?" Tanyanya lagi.


"Tapi setau aku, Nial sama Chintya friendzone gitu." Ragu Alam. "Tapi aku nggak tau friendzone itu gimana."



Sekarang Stefie yang tertawa mendengar ucapan Alam yang kelewat polos. Alam mengernyitkan keningnya bingung dengan gadisnya yang tiba-tiba tertawa.


"Kamu--- kamu sok polos." Ujar Stefie di sela tawanya.


"Apa sih, nggak jelas kamu."


"Iya lagain friendzone aja nggak tau."


"Emang gimana?"


"Teman tapi rasa pacaran, sayangku."


"Bilang aja PHP!"


"Beda ih. Friendzone itu teman rasa pacaran kalo PHP, di anggapnya cuma teman tapi berharap lebih."


"Ah nggak jelas! Aku nggak suka!"


"Kok kesel?" Bingung Stefie sambil menolehkan wajah Alam ke arahnya.


"Abisnya nggak dipeluk!"




---4SEMECIN---



Jika di mobil Stefie, Alam dan Stefie membicarakan Chintya sedangkan, di mobil yang berisikan Nial, Raja, Vino dan Chintya, mereka membicarakan Stefie dan Alam.



"Itu Stefie ceweknya Alam?" Tanya cChintya menatap Nial disebelahnya sedang menyetir mobil


"Iya, kenapa?" Sahut Nial.


"Cantik banget. Cocok sih sama Alam yang ganteng."


Ucapan Chintya yang kelewat santai membuat Nial menginjak rem mendadak membuat Vino dan Raja terkejut.


"Apaan sih? Cari sensasi aja!" Decak Vino.


Nial melanjutkan laju mobilnya.


"Lo ngomong apa tadi?" Tanya Nial tanpa menatap Chintya.


"Ceweknya Alam cantik!"


"Lanjutannya?"


"Cocok sama Alam yang ganteng!"


"Gantengan mana gue sama Alam?"



"Iya---"



"ALAM KEMANA-MANA KALIIIII!!!" Teriak Raja dan Vino dari kursi belakang.


Nial lalu diam sambil menggertakann giginya kesal pada dua temannya.


"sStefie kok mau sih, jadian sama Alam yang pendiem gitu?" Tanya Chintya menghiraukan sikap aneh Nial.


"Tanya Stefie nya lah. Kan Stefie yang jadian sama Alam bukan kita." Sahut Raja.


"Ah gue kan nggak kenal, Ja."


"Ah biasanya lo langsung sksd sama orang." Sebal Raja.


"Iya tapi kalo sama ceweknya Alam, gue kikuk, segan aja." Ujar  Chintya.


"Kok sama Marsya lo langsung akrab?" Tanya Vino, Chintya membalik tubuhnya menghadap Vino dan Raja.



"Kalo Marsya kan keliatannya kalem, jadi gue nggak segan, malah gue ngerasa udah akrab banget sama Marsya." Papar Chintya dengan nada senang.


"Iyalah cewek gue." Ucap Vino bangga.


"Cewek lo mana, Ja?" Ledek Chintya. Raja berdesis kesal.


"Lagi gue titipin ke orang!"




---4SEMECIN---


AKHIRNYA BISA UPDATE LAGI :)


Continue Reading

You'll Also Like

8M 372K 60
Serina, seorang gadis cantik yang sangat suka dengan pakaian seksi baru lulus sekolah dan akan menjadi aktris terkenal harus pupus karena meninggal o...
607K 43.6K 28
Mulanya, maksud Miura Nara menerima pernyataan cinta berondong tengil yang terus mengganggunya, adalah untuk membuatnya kapok. Dia sudah menyiapkan 1...
2.4M 27.6K 37
GUYSSS VOTE DONGG 😭😭😭 cerita ini versi cool boy yang panjang ya guysss Be wise lapak 21+ Gavin Wijaya adalah seseorang yang sangat tertutup, ora...
2.3M 10.8K 20
Area panas di larang mendekat 🔞🔞 "Mphhh ahhh..." Walaupun hatinya begitu saling membenci tetapi ketika ber cinta mereka tetap saling menikmati. "...