Alohaaa chingu, its been a while. Semoga temen-temen masih nungguin and masih suka sama cerita ini, purple you guys 💜
Ps: kalo lupa baca ulang ya huehee
.
.
.
.
.
.
masih FLASHBACK
Tiga hari sudah Sakura belum ditemukan. Semua anak buah, anggota kepolisian, dan bantuan dari kolega Haruno telah dikerahkan. Namun, entah di mana penculik itu menyembunyikan sang putri. Selama tiga hari itu pula Mebuki, sang ibu, tidak berhenti menangis bahkan dalam tidurnya. Bahkan Kizashi dan Sasori pun ikut turun langsung mencari Sakura. Hingga tiba hari ke-empat tepat pukul 01.00 dini hari, salah satu anak buah keluarga Haruno memberi kabar baik. Mereka berhasil melacak nomor telepon yang sempat mengirim pesan ke ponsel Mebuki yang sebelumnya hilang sinyal sehingga sulit untuk dilacak. Tanpa menunggu lagi mereka segera berangkat menuju lokasi yang dikirimkan. Sempat terjadi perdebatan kecil karena Mebuki yang memaksa ikut padahal kondisinya sedang tidak baik, walaupun pada akhirnya Kizashi terpaksa mengizinkan.
.
.
Di lain tempat, di mana Sakura kecil dikurung dalam kamar yang gelap dan sempit. Kondisinya sangat memprihatinkan, tubuhnya sangat kotor dan terlihat kurus. Bagaimana tidak? Sakura kecil hanya diberi makan satu kali sehari, itupun hanya sepotong roti kering dan segelas air putih. Wajahnya terlihat pucat dan sesekali terdengar isakan kecil dari bibir mungilnya.
Brakk
Sakura yang tengah duduk meringkuk di sudut ruangan terkejut. Ia takut dan rasa takutnya semakin kuat ketika mendengar umpatan dan raut marah pada wajah sang penculik.
"Cepat ganti pakaianmu dengan ini, bocah!" Pria itu melempar pakaian kepada Sakura kecil.
Sakura bergeming, ia hanya menatap pakaian itu.
"CEPAT ATAU AKU AKAN MEMUKULMU!!" Mendengar ancaman itu, mau tidak mau Sakura dengan takut menanggalkan seragam akademinya dan memakai pakaian yang diberikan. Pakaian itu seperti hoodie untuk orang dewasa sehingga tubuh Sakura tenggelam di dalamnya. Melihat Sakura telah selesai berpakaian, pria berkacamata itu segera merobek seragam akademi Sakura dengan tidak beraturan, kemudian ia menuangkan cairan berwarna merah ke atasnya. Sakura yang melihat itu hanya bergeming, ia bingung apa yang tengah dilakukan paman itu. Maklum ya, kan masih bocil hehee.
Dengan cepat, pria itu menutup kepala Sakura dengan tudung pakaian itu dan menariknya keluar dari rumah.
"Paman kita mau ke mana?" Tanya Sakura saat melihat pria itu melajukan mobilnya dengan tergesa-gesa.
Sedangkan pria itu bergeming, ia tetap melajukan mobilnya bahkan menambah kecepatan saat maniknya tidak sengaja melihat jejeran mobil polisi dan tentu mobil keluarga Haruno yang melaju berlawanan arah dengan mobilnya.
"Sialan", desisnya.
.
.
Saat tiba di lokasi, semua personel segera berpencar dan mengepung rumah kosong itu. Sedangkan Kizashi, Mebuki, dan Sasori dengan ditemani beberapa polisi dan bodyguard berlari ke dalam rumah. Mereka membuka semua ruangan, hingga sampai pada sebuah kamar kecil di lantai dua, mereka langsung mendobraknya. Manik serupa emerald itu langsung membola melihat apa yang ada di dalam sana. Mebuki berjalan mendekat untuk memastikan objek yang dilihatnya. Ia bersimpuh, dengan gemetar tangannya mengambil benda yang membuat air matanya mengalir. Saat maniknya menemukan hal lain, saat itu pula ia langsung menjerit dan menangis keras. Kizashi menghampiri istrinya, ia ikut bersimpuh dan melihat objek yang membuat istrinya histeris. Seketika jantungnya terasa diremat, ia tidak percaya pada apa yang dilihatnya.
"I-ini a-apa-"
Brukk
"Kaasan!!", Sasori segera menghampiri kaasan-nya yang jatuh tidak sadarkan diri.
"Mebuki!!" Kizashi langsung tersadar dan mengangkat tubuh istrinya berlari keluar. Sasori mengambil benda itu kemudian mengikuti tousan dan kaasan-nya.
.
.
"Pa-paman, ini di mana?"
"Ck, diamlah dan cepat turun!!" Pria berkacamata itu menarik Sakura ke sebuah danau yang ditumbuhi banyak rumput panjang di sekitarnya.
"Nah kau di sini saja ya, besok ayahmu akan menjemputmu."
Sakura menahan tangan pria itu, yang ingin meninggalkannya.
"Ta-tapi Saki takut, di sini gelap paman."
"Besok ayahmu akan menjemputmu jadi kau tenang saja, jangan manja!!" Pria berkacamata itu menyentak tangan Sakura dan berjalan masuk ke dalam mobilnya.
"Pa-paman hiks, Saki takut hiks", namun pria itu tetap melajukan mobilnya dengan cepat meninggalkan Sakura kecil.
Sakura melihat sekeliling, tidak ada satupun hunian yang tertangkap emeraldnya. Hanya ada danau yang cukup luas dan kursi kayu tua di tepinya. Dengan pelan, kaki kecilnya berjalan ke arah kursi tua itu. Membersihkannya sebentar dan merebahkan tubuh mungilnya di sana.
"Kaasan, tousan, niichan, Saki mau pulang", katanya lirih sebelum emeraldnya terpejam.
.
.
"Darah itu bukan darah Saki, tousan."
Saat ini Kizashi dan Sasori tengah menunggu Mebuki sadarkan diri di rumah sakit. Mereka juga telah menyelidiki seragam akademi Sakura yang berlumuran darah. Dan setelah diselidiki itu bukan darah Saki, bukan darah manusia tepatnya tapi darah hewan. Sehingga mereka menyimpulkan jika si penculik telah mengetahui bahwa ia dilacak dan membawa Sakura pergi.
"Ke mana penculik itu membawa Saki? Kenapa dia melakukan ini?"
"Entahlah tousan, Saso juga tidak tau."
Lama mereka hening, hanya ada suara jarum jam berdetik. Hingga Sasori tiba-tiba menegakkan tubuhnya yang sedari tadi ia sandarkan di sofa, dan berbicara kepada tousan-nya.
"Tousan, apakah ini ulah musuh Haruno?" Kizashi seketika menoleh dan berusaha mencerna perkataan putranya.
"Maksudku, Haruno pasti memiliki musuh dan apa mungkin jika salah satu dari mereka yang menculik Saki? Karena unsur bisnis?" Tambah Sasori menegaskan.
"Entahlah Sasori, selama ini tidak ada kasus yang melibatkan keluarga Haruno dengan alasan bisnis."
"Tapi bisa saja kan tousan? Kita tidak pernah tau, mereka sangat licik."
Belum sempat Kizashi menjawab putranya, mereka lebih dulu mendengar rintihan Mebuki.
"Saki, putri kaasan."
"Sstt tenanglah, Saki pasti baik-baik saja", bisik sang kepala keluarga kepada istrinya itu. Sasori yang melihat itu ikut terharu, dalam hati terus berdoa agar adik kecilnya cepat ditemukan.
.
.
Matahari terasa menyinari dengan hangat pagi ini, ditemani kicauan burung yang semakin ramai. Seorang anak berumur sekitar 5 tahun tengah berlari-lari dengan alat pancing dan ember di kedua tangannya. Ia seakan tidak peduli teriakan sang kakek yang khawatir jika dirinya akan terjatuh.
Belum sampai di tujuan, anak itu berhenti. Manik sapphire nya memperhatikan hal yang mengganggu aktivitasnya untuk kembali melangkah. Dengan rasa penasaran khas anak kecil, ia berjalan mendekat. Sampai di depan sang objek, bocah laki-laki itu terpana melihat wajah cantik dengan rona merah alami di pipi chubby-nya ditambah dengan rambut merah mudanya yang menjuntai melewati tudung hoodie yang ia pakai.
"Dia peri? Kenapa cantik sekali?", gumamnya pelan. Wajahnya terus mendekat, ingin melihat wajah cantik itu lebih dekat. Seketika manik secerah langit itu membulat, wajahnya memerah hingga ke telinga. Di depannya, manik itu terbuka menampilkan emerald bulat yang menyejukkan. Sadar akan orang asing di depannya, Sakura langsung terbangun yang malah menyebabkan bocah beriris biru langit itu terjatuh karena kaget.
"Ishh aduh", mendengar ringisan itu, Sakura lantas menundukkan kepala dengan meminta maaf tanpa membantu korbannya berdiri.
"Go-gomen, Sa-Saki tidak sengaja."
Mendengar perkataan gadis kecil di depannya, anak laki-laki itu mendengus. Ia segera bangun, menepuk belakang celananya sebentar kemudian ikut duduk di samping Sakura kecil.
"Seharusnya kau membantuku bukan malah menunduk seperti itu", mendengar perkataan anak laki-laki di sampingnya membuat Sakura langsung memberengut kesal.
"Ihh Saki kan sudah minta maaf."
Bocah laki-laki yang mendengar rengekan Sakura pun terkekeh. Dia mengacak pelan surai merah muda yang masih tertutupi hoodie oversize itu. Dan dengan cepat menyudahinya ketika mendapat tatapan aneh dari sang pemilik.
"Aku Naruto", bocah laki-laki itu tersenyum lebar sambil menyodorkan tangannya mengajak berkenalan.
Dengan sedikit kaku, Sakura kecil menerima uluran tangan Naruto.
"Emm a-aku Saki."
"Saki?"
"Sakura."
"Wahh namamu sama seperti dirimu."
Sakura menatap bingung Naruto, ingin meminta penjelasan namun sebuah suara menginterupsi keduanya.
"Dasar bocah, kau sengaja ingin membuat kakekmu ini sakit punggung hah? Kau lari cepat sekali!!"
"Heheee maafkan Naru kakek."
"Kau ini memang nakal, ehh siapa gadis manis ini?"
Sakura yang mengerti bahwa dirinya yang dimaksud malah menyembunyikan tubuh kecilnya di belakang Naruto.
"Tidak apa-apa Saki-chan, dia kakekku."
Sakura hanya menggeleng dengan kepala yang menunduk. Jiraiya, kakek Naruto, tersenyum menanggapi. Ia dengan cepat bersimpuh di samping Sakura dan tangan keriputnya mengelus mahkota pink itu perlahan.
"Tidak apa-apa, kakek ini baik loh. Siapa namamu gadis manis?"
Dengan perlahan emerald itu berani menatap lawan bicaranya.
"Sa-Sakura kakek."
"Wahh nama yang cantik, sama seperti orangnya", seketika wajah Sakura memerah.
Dengan senyum malu-malu ia menjawab, " a-arigatou kakek."
"Hahaa nah begitu, tidak perlu takut pada kakekku ya Saki-chan."
"Nah sekarang katakan, kenapa kau bisa ada di sini? Di mana ayah dan ibumu hem?"
Sakura yang ditanya seperti itupun mulai berkaca-kaca.
Jiraiya yang melihat itu, langsung tidak tega dan memeluk sebentar tubuh mungil Sakura.
"Heii kenapa Saki? Katakan saja, tidak apa-apa."
Sakura bergeming, namun air mata telah mengalir melewati pipi chubby-nya.
"Tidak apa-apa Saki-chan", hibur Naruto kecil. Dia menggenggam tangan mungil Sakura dengan tangannya yang lebih besar.
Akhirnya Sakura menceritakan semua kejadian yang menimpanya, walaupun terasa kurang dimengerti oleh Jiraiya. Namun lelaki tua itu dapat mengambil kesimpulan, jika Sakura adalah korban penculikan.
"Tidak apa-apa, Saki tidak sendiri sekarang. Bagaimana jika Saki ikut dengan kakek dan Naru-nii?"
"Naru-nii?" Kepala merah muda itu sedikit meneleng, bingung dengan ucapan Jiraiya.
"Hahaaa iya, kan Naru-nii lebih tua dari Saki-chan jadi harus panggil niichan ya?"
Sakura yang akhirnya mengerti, mengangguk pelan dan tersenyum.
"Wahh Naru punya adik kek? Pasti sangat menyenangkan, kau tau Saki? Kaasan dan tousan pasti juga senang, ayo kita bertemu mereka Saki", Naruto dengan tidak sabar menarik tangan Sakura menuju perkemahan keluarganya di belakang hutan dekat danau ini.
Jiraiya yang melihat antusiasme sang cucu tersenyum geli. Entah kenapa ia merasa yakin bahwa Sakura dapat membawa kebahagiaan bagi keluarga anaknya, Minato. Di mana sang istri, Kushina, didiagnosa tidak dapat memiliki anak kembali setelah kelahiran anak pertama mereka, Naruto.
"Aku akan membantumu mencari keluargamu Sakura, tapi untuk beberapa saat tetaplah bersama keluargaku", gumamnya pelan sebelum mengikuti sang cucu yang sudah berjalan jauh.
END FLASHBACK
💙
💜
💙
💜
💙
💜
💙
💜
💙
Annyeong annyeong, apa kabar temen-temen tercintahh 😂 Gimana puasa temen-temen? Lancar kan? *Udah mau lebaran, baru nanyain -_
Ya maafkan diriku ini lah ya 😗
Ini masih lanjutan flashback ya, temen-temen kalo lupa bisa baca ulang 😁 Ohh iya, udah tau dong gimana deketnya Naru sama Saku? Ya ini awal mula hubungan ga terpisahkannya mereka hehee. Semoga ga mengecewakan ya :')
Ohh iya, aku mau nanya dong sama temen-temen. Wattpad temen-temen pada error ga si? Atau punya aku aja yang error? Masalahnya tiap aku buka wattpad pasti langsung nutup sendiri, apalagi kalo pake data. Pengen aku update tapi ga bisa baca offline banyak-banyak hehee, pengen re-install tapi takut ilang cerita aku :'( Ini aja aku susah banget buat up, ya itu tadi tiap buka wattpad pasti auto keluar. Huhuu ada yang punya solusi atau saran? Bisa komen ya, tengkyuuu 💜
Semoga chingu masih suka ya sama ceritanya :*
Menerima kritik dan saran.
° ° ° °