Julia mendengar suara erangan dan desahan dari kamar di sebelahnya. Julia sebenarnya ingin melanjutkan tidurnya, tetapi suara teman se-apartmentnya yaitu Andrea dan aktivitas apapun yang ia lakukan bersama kekasihnya pukul 2 pagi membuat Julia tidak bisa kembali tidur. Julia masih memikirkan tawaran dari Toni. Apa keputusan yang ia lakukan sudah benar. Memang sulit menolak tawaran dengan upah lebih dari setengah miliar, tetapi Julia curiga dengan uang sebanyak itu tentu pasti akan ada risikonya. Tapi tentu siapa yang akan menolak uang sebanyak itu, pikir Julia.
Julia keluar kamar dan pergi ke dapur untuk membuat susu hangat yang mungkin bisa membantunya tidur. Julia berjalan ke dapur dengan mengenakan gaun tidur tipis berwarna putih. Ya, udara panas Jakarta cukup bisa membuatnya untuk tidak mengenakan pakaian tebal saat tidur. Julia baru sadar bahwa sudah tidak ada lagi suara yang terdengar dari kamar Andrea saat Julia mengisinya cangkirnya dengan susu bubuk vanila. Mereka sudah tidur sepertinya, pikir Julia. Tapi yang tidak Julia sadari saat ia selesai menambahkan air panas dari dispenser ke dalam cangkirnya, seseorang berjalan mendekatinya dari arah belakang. Saat Julia menoleh ke belakang, ia kaget mendapati kekasih temannya ada di belakangnya.
"Ahh..", rintih Julia saat susu vanila hangatnya membasahi bajunya.
"Eh maaf, bukan maksud niat ngagetin. Aduh sini sini" kata kekasih Andrea yaitu Ben sambil mengambil tisu di meja sebelahnya. Ben mencoba membantu Julia sambil mengelap dada Julia. Yang tidak Ben sangka-sangka bahwa bekas tumpahan air dari cangkir Julia menyebabkan baju yang Julia kenakan terlihat tembus pandang. Ben bisa melihat tubuh Julia di balik baju yang ia kenakan, bahkan Ben bisa tahu bahwa Julia tidak sedang mengenakan bra. Ben menelan ludahnya sambil menahan diri agar tidak menyerang teman kekasihnya itu.
"Ga apa, nanti aku ganti baju aja" jawab Julia.
Perkataan Julia cukup membuat Ben membayangkan Julia melepaskan baju tidurnya dengan sedikit menggoda di depannya.
"Are you okay?" kata Julia membuyarkan lamunan Ben.
"Iya hahaha." jawab Ben gugup. "Mau aku bikinin lagi? sayang kayaknya tinggal setengah tuh." kata Ben dengan nada bercanda.
"Ga usah. Masih banyak kok." jawab Julia sambil tersenyum sedikit.
Julia berjalan dan duduk di sofa depan TV. Menyalakan channel apapun yang bisa menghilangkan kecanggungan di ruangan itu. Ben duduk di sebelah kiri Julia sambil melirik bagian dada Julia yang tampak jelas dari balik bajunya. Julia sebenarnya tahu bahwa Ben sedang melihat dadanya. Julia merenggangkan lehernya sambil mendesah. Ben menahan nafasnya. Untuk beberapa detik ia lupa bahwa ada kekasihnya yang sedang tidur di ruangan lain.
Dan juga entah kenapa Julia menikmati menggoda kekasih temannya itu. Mungkin karena pekerjaannya yang terbiasa membuatnya melakukan hal seperti itu. Menurut Julia, lelaki sangatlah mudah untuk digoda, apalagi hanya dengan suara manja, belahan dada, bahkan pandangan mata saja bisa membuat mereka salah tingkah.
Ben sebenarnya sudah tertarik dengan Julia saat pertama kali dikenalkan oleh Andrea. Jika saja ia mengenal Julia terlebih dahulu daripada Andrea, Ben pasti sudah meminta Julia menjadi kekasihnya. Menurut Ben selain Julia memiliki tubuh yang indah dan proposional, Julia juga memiliki wajah yang cantik. Bukan jenis cantik yang membosankan, tetapi cantik yang membuatnya ingin melihatnya terus menerus. Kekasihnya, Andrea juga cantik tetapi tidak secantik Julia. Hal itu yang terkadang membuatnya senang saat harus hang out bertiga. Selain dari merasa mempunyai kewajiban untuk mentraktrir 2 orang wanita.
"Kalau misal kamu tinggal berdua dengan Andrea di sini, kamu mau ga?" Tanya Julia menghancurkan keheningan sambil menyesap cangkir susu di tangannya.
"Hah? Maksudnya? Kenapa tiba-tiba tanya begitu?" jawab Ben.
"Hmm.. jadi gini. Aku sebenernya belum bilang ke Andrea, karena kemarin itu masih belum jelas. Jadi aku dapet kerjaan baru. Nah.. dan itu harus tinggal di situ. Jadi kan kasihan kalau Andrea sendirian disini dan bayar sendirian juga. Menurutmu gimana?"
"Hmm itu mulai kapan?"
"Minggu depan pas awal bulan juga."
"Sebenernya pas si. Aku juga pengen nyari rumah yang agak deketan sama kantor. Oh ya kamu itu dapet kerjaan baru apa?"
"Babysitter."
"What? Beneran?'
"Iyaa.. ga apa lah pengalaman baru." Jawab Julia dengan sedikit tertawa yang sebenarnya ingin menyeritakan soal perjanjian dan gajinya itu, tetapi Toni melarangnya untuk bercerita ke siapapun. Jadi lebih baik ia berpura-pura seperti sudah tobat dari pekerjaan stripper-nya itu.
"Bagus lah kalau begitu. Daripada kamu godain pria-pria hidung belang." kata Ben lega karena sudah tidak perlu lagi cemburu dan khawatir dengan Julia yang bersama banyak pria lain. Namun yang tidak Ben ketahui, pekerjaan Julia masih tentang menggoda pria.