"Kenapa kalian bisa terlambat?" Teriak Bu Diah. Guru BK. Sekarang Langit,Jio dan Awan sedang dihukum karena mereka terlambat datang ke sekolah.
"Jangan teriak teriak Bu. Nanti cepet tua loh bu," ucap Langit
"Kamu ngajarin saya?"
Langit dengan cepat menggeleng. Lebih baik ia mengalah daripada harus debat dengan guru satu ini.
"Coba hitung berapa kali kalian datang terlambat?" tanya Bu Diah
"Gak ke hitung Bu. Kayak perasaan aku sama Ibu begitu besar jadi gak ke hitung," celetuk Jio membuat Langit dan Awan terkekeh geli. Bukannya baper tapi Bu Diah malah semakin marah
"Ibu gak akan baper yah Jio," bentak Bu Diah
"Yah masa gak baper sih Bu. Berarti ibu satu satunya cewek yang gak baper sama gombalan saya,"
"Sekarang kalian kelapangan. Lari sepuluh keliling sambil nyanyi," suruh Bu Diah sambil menunjuk arah lapangan
Ketiga murid itupun langsung pergi ke arah lapangan yang masih dipantau oleh Bu Diah di samping lapangan. Mereka menaruh tas nya di samping lapangan dan langsung berlari tanpa bernyanyi
"Ibu bilang apa sama kalian. Sambil NYANYI!" teriak Bu Diah
"Nyanyi apa woy?" tanya Awan pada kedua temannya ketika mereka masih berlari
"Mamah mudah mamah muda," usul Jio dengan semangat
"Gue gak mau," tolak Langit
"Ayolah Lang. Masa lo gak mau sih?" ucap Jio
"Oke oke," Langit akhirnya mengalah
"AKU SUKA BODY GOYANG MAMAH MUDAH MAMAH MUDA AAAAA," teriak Jio diikuti kedua temannya
"Ganti lirik," suruh Jio membuat Langit dan Awan mengernyitkan keningnya heran
"Maksud lo?" tanya keduanya serempak
"Ganti pake nama Ibu Diah," kemudian keduanya mengangguk dengan senyum jahil. Dasar murid nakal
"AKU SUKA BODY GOYANG IBU DIAH IBU DIAH AAAAA," teriak ketiganya sambil terkekeh geli dan nafas terengah engah pastinya karena sedang berlari. Bu Diah yang mendengar itu langsung terkejut dan sekarang mukanya merah padam tanda akan marah
"KALIAN BERANI NGATA NGATAIN IBU?" teriak Bu Diah kemudian ikut berlari mengejar ketiga murid bandel itu
"IBU DIAH NGEJAR KITA SAMBIL GOYANG, YANG YANG YANG YANG YANG YANG YANG," ucap ketiganya kompak. Ketiganya sekarang satu pemikiran,memang jika hal hal seperti ini saja mereka selalu kompak.
"SINI KALIAN BERTIGA. IBU GANTUNG DI TIANG BENDERA," ujar Bu Diah sambil berteriak.
*****
Langit baru saja membersihkan toilet karena tadi mengata ngatai Bu Diah. Bu Diah sangat marah dan menambah hukuman untuk ketiga orang kampret itu. Sedangkan Jio membersihkan toilet di lantai dua. Awan membersihkan toilet guru. Langit membersihkan toilet lantai satu. Sangat lelah,pikir Langit.
Karena haus Langit pergi ke kantin untuk membeli minum dan langsung meneguknya hingga tandas.
Ia keluar dari kantin. Menyusuri lorong yang kosong. Hendak saja ia ingin menaiki tangga tapi tiba tiba ia mendengar seseorang sedang mengumpat
"Kenapa susah banget sih," suara itu terdengar dari arah lapangan basket.
Langit melihat Senja sedang mengumpat kesal karena ia tidak berhasil memasukan bola basket ke ring. Langit hanya melihat dari samping lapangan sambil bersandar di tiang tanpa di sadari oleh Senja bahwa ada Langit disana. Tidak ada siapa di lapangan ini,hanya ada mereka berdua.
Aneh,Senja memakai seragam biasa bukan kaus olahraga. Langit baru Ingat bukannya hari ini bukan pelajaran olahraga bagi kelas Senja tapi kenapa cewek ini ada disini.
"Oke Senja kamu harus bisa. Semangat," ucap Senja menyemangati dirinya sendiri
Senja mulai mengetuk ngetuk bola basket pada tanah dan langsung melempar bola itu tapi bolanya tidak tepat sasaran. Senja mengambil bola basket itu kembali dan mencobanya
"Kali ini kamu pasti bisa,"
Sekali lagi Senja mulai mengetuk ngetuk bola ke tanah dan langsung melemparnya. Tapi tidak sesuai ekspetasi, bola itu malah menabrak tiang dan langsung memantul ke arah Senja. Sontak,Senja yang belum siap akhirnya terkena bola basket yang ia lempar sendiri.
Dukkk
"Awwww," lirih Senja sambil memegang jidatnya. Ia tidak jatuh ke tanah tapi masih berdiri
Bukannya membantu tapi Langit malah tertawa terbahak bahak. Senja terkejut dan akhirnya melihat ke samping sudah ada Langit
Langit menghampiri Senja yang masih memegang kepalanya. Kali ini ia tidak pusing karena mungkin ia melemparnya tidak cukup keras seperti yang dilakukan Icha dulu padanya
"Ngapain kamu ada disini?" tanya Senja setelah Langit sudah berada dihadapannya
"Harusnya gue yang nanya sama lo. Ngapain lo di lapangan? Lo mau dihukum?" bukannya menjawab tapi Langit malah bertanya balik
"Eh-aku-itu lagi latihan basket buat besok di tes. Lagi jamkos,lumayan kan buat aku latihan," terang Senja
"Mau gue ajarin?" tawar Langit
"Eh gak usah, aku bisa sendiri kok" tolak Senja
"Yakin lo bisa sendiri? Kejedot bola lagi baru tau rasa lo," ucap Langit sambil terkekeh
Senja menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan tersenyum kikuk
"Sini mana bolanya." Langit mengambil bola dari tangan Senja
Langit menarik tangan Senja untuk mengajarkan cara bermain bola basket dengan benar. Mereka berdua sangat dekat sampai nafas Langit pun terasa oleh Senja. Senja ada didepan langit sedangkan Langit ada dibelakang Senja. Jantung Senja berdegup kencang. Tangannya juga gemetar
"Jangan gerogi," celetuk Langit
"Siapa juga yang gerogi," elak Senja
"Tangan lo gemetar," bisik Langit tepat ditelinga Senja. Senja yang mendapat bisikan itu langsung menoleh dan mendapati Langit yang sedang menatapnya juga. Jarak mereka sangat dekat.
Mata mereka bertemu.
"Eh ja–jadi gak ngajarin basket nya?" tanya Senja gelagapan membuyarkan tatapan Langit
"Oke kita mulai." Langit mulai mengajari Senja
"Cara memegang bola basket adalah sikap tangan membentuk mangkok besar. Bola berada di antara kedua telapak tangan. Telapak tangan melekat di samping bola agak ke belakang, jari-jari terentang melekat pada bola. Ibu jari terletak dekat dengan badan di bagian belakang bola yang menghadap ke arah tengah depan,"
"Tangan kanan lo simpan di bagian bawah bola basket. Fungsinya buat dorong bola basket ke ring." Senja mengangguk tanda mengerti. Langit mengambil tangan Senja lalu disimpan di bagian bawah bola basket dan tangan Langit berada dibawah tangan Senja.
"Tangan kiri lo simpan disini," lagi dan lagi tangan Langit berada di bawah tangan Senja. Jantung Senja benar benar berdegup kencang. Bagaiman tidak, Senja tidak pernah sedekat ini sama seorang cowok
"Fokuskan pandangan lo ketujuan. Ingat harus fokus!"
"Lo siap?" tanya Langit memastikan
Senja mengangguk
"Lempar!" Senja melempar bola itu tapi dibantu oleh Langit. Bola itu melambung tinggi dan tepat sasaran. Bola berhasil masuk ke ring. Membuat Senja membulatkan mulutnya tidak percaya. Baru kali ini Senja memasukan bola basket ke ring. Senja tersenyum riang kemudian jingkrak jingkrak
"Yes masuk. Hore hore hore," Senja jingkrak jingkrak sendirian. Senyum Senja benar benar indah. Langit benar benar terpana dengan senyum Senja. Baru kali ini dia merasakan berbeda ketika bersama seorang cewek.
Tanpa disadari Senja memeluk Langit yang menatapnya dengan tatapan sendu.
"Makasih maka—" setelah sadar Senja langsung mengurai pelukannya
"Eh ma–maaf Lang," ucap Senja gelagapan
"Lo seneng banget ya?" tanya Langit
"Banget. Banget. Banget," jawabnya penuh antusias.
"Makasih banget ya Lang. Aku janji deh kalau aku lulus tes main basket besok, nanti aku traktir deh," ucapnya lagi
Langit menyunggingkan senyum.
"Gue seneng kalau liat Lo seneng," ujar Langit kemudian mengacak rambut Senja pelan membuat Senja membalas senyum langit.
"Ayo lanjut latihan lagi," ajak Langit yang langsung mendapat anggukan dari Senja
*****
Jangan lupa untuk vote,comen.
See you next part:)