I Belong To My Boss

By erkkko

227K 13.1K 540

Ibram tak menyangka jika takdir membawanya kedalam hubungan manis antara ia yang begitu posesif, dan emosiona... More

Kena SP!
Big Bos!
Dia Pak Ibram!
Hiburan Untuk Ibram!
Pertemua Yang Tak Di Sengaja!
Gara-gara Kecoa!
Kegilaan Ibram!
Pak Tua Yang Jahil!
Tatapan Obsesi!
Trauma!
Tamu Tak Diundang!
Menyatakan Cinta!
Aiska!
Bolos!
Bos Yang Gila!
Sanksi!
Pasangan Sempurna!
Es Krim Beracun!
Lampu Hijau!
Pengakuan Libra!
Terabai Kan!
Cemburu Menguras Tenaga!
Hukuman Gila!
Tempat Makan Dinosaurus!
Perbincangan Empat Mata!
Berakhir!
Patah Hati!
Reject!
Bad Day!
Bunda Este!
Sebuah Jebakan!
Permohonan Maaf Sang Bos!
I Love You!
Gombalan Si Bos!
Kencan Yang Sesungguhnya!
Status Baru!
Definisi Posesif!
Bolos Bersama!
Nasehat Tuan Ryatama!
Kemarahan Yang Terpendam!
Pertengkaran Hebat!
Amarah Ryatama!
Melamar!
Terciduk Duo Kampret!
Pesta Kecil-kecilan!
Moon Dor!
Permintaan Ibram!
Resign!
I Belong To My Bos!- End
Extra Part!
Eng-Ing-Eng... Cerita Baru!

Kabur Dari Kurungan!

4K 262 12
By erkkko


Semburat merah tercetak jelas di pipi bulatnya selepas bibir pink nan ranum miliknya di kecup oleh pria dihadapannya yang nampak puas akan kelakuannya itu, air matanya menggenang dipelupuk- tak percaya jika pria yang berstatus sebagai bos nya itu baru saja merenggut kesucian bibirnya

"Rasanya manis..." tanpa berdosa pria itu- Ibram malah asik berkomentar

Sedangkan Libra- gadis cantik itu kini menundukkan kepalanya dalam, merengkuh tubuh bocah di pangkuannya erat. Merasa takut dan kalut dengan apa yang terjadi kepadanya barusan, seumur hidupnya baru kali ini ia mendapat perlakuan tak senonoh seperti itu. Apalagi oleh Bos nya sendiri, pria yang begitu di hormati seantero perusahaan tempatnya bekerja

"Apa aku membuat mu takut?" melihat raut wajah kekasihnya yang nampak begitu syok, Ibram pun tersadar akan perilaku bar-barnya. Harusnya ia sadar, Libra bukan lah wanita seperti mantan-mantan kekasihnya terdahulu- yang dimana akan ketagihan jika mendapat hadiah ciuman darinya

Libra diam, namun kepalanya mengangguk pelan. Ibram mendesah, lalu mengusap wajah sedikit menyesali perbuatannya- tapi jujur ia tak bisa melupakan sensasi berbeda bibir kekasihnya itu

"Maaf kan aku, bukan kah itu hal wajar. Kita kan sepasang kekasih" bukannya mencoba meminta maaf, Ibram malah memberikan pengertian menurut versinya, tidak bagi versi hidup Libra yang dimana 'ciumannya hanya diperuntukan oleh suaminya kelak'

"Itu tidak wajar, status kita..."

"Cukup Libra! Berapa kali saya ingatkan kalau kamu itu kekasih saya, calon istri saya! Apa mau kamu saya hukum? Atau mungkin akan lebih baik jika saya beritahu siapa sosok gadis misterius yang bersama saya di foto itu kepada seluruh karyawan di kantor? Biar mereka tahu kalau kamu itu milik saya"

Libra menatap wajah Ibram dengan pandangan yang tak terbaca, dugaannya ternyata benar. Ibram lah sosok penyebar foto tersebut

"Kenapa bapak melakukan itu?" dengan sedikit rasa sabar yang tersisa Libra bertanya- padahal rasanya ia ingin sekali menerjang pria itu dan memukulinya dengan kunci inggris sampai babak belur

Ibram menyunggingkan senyum iblisnya, tubuhnya yang besar semakin menjepit tubuh mungil Libra yang rerpojok di ujung sofa seraya mengelus pipi yang memerah merona Libra dengan lembut

"Itu hukuman untuk mu sayang" tukas Ibram dengan tatapan yang terus menyusuri wajah gadisnya

Dengan tubuhnya yang terhimpit Libra mencoba melemparkan tatapan intimidasi kepada Ibram agar menyadarkannya dari sikap bejatanya itu, namun sepertinya hal itu hanya sebuah kesia-siaan melihat Ibram malah semakin tertarik mendekatkan wajahnya

Sial! Libra takut di cium lagi

"Aku t-tidak berbuat salah" seingatnya memang Libra tidak berbuat salah

"Aku senang kamu sudah mau ber aku-kamu" kekeh Ibram dan pipi Libra kian memerah. Menggemaskan sekali

Menyadari kebodohannya itu Libra pun memalingkan wajahnya dan memukul bibirnya pelan, merutuki perkataannya

"Kamu gak inget ya kemarin kamu udah berani gandeng tangan laki-laki di depan mata kepala aku sendiri, kamu juga acuhin pesan aku"

Libra diam, mencoba mengingat perkataan sang bos yang entah kenapa sedikit lebay itu

"Aku gak ingat!"

"Really? Kamu sewaktu pulang kemarin sore rangkul-rangkulan tangan sama teman kamu yang gak ada ganteng-gantengnya itu, kamu jalan tanpa nyadarin kalau saya lihatin kamu, beberapa detik kemudian saya kirim pesan dan kamu masih mengabaikannya juga"

Libra mengerjap, tatapan wajah Ibram nampak serius dan tajam, ditambah penggunaan kata 'Saya' jelas sekali pria itu tengah marah

"Terus salah saya dimana pak? Dia kan teman saya, wajar kan?"

Libra malah semakin menyulut kemarah Ibram

"Tentu saja tidak wajar!!!" teriak Ibram, Libra terkejut begitu juga Aiska yang nampak terperanjat dari tidurnya mendengar teriakan sang om

Libra mencoba menenangkan Aiska dengan mengelus punggung bocah itu dengan lembut, untung saja Aiska langsung kembali menenang dan tak terbangun

"Bapak tuh kalau mau marah lihat situasi dulu, kan nanti Aiskanya kebangun..." tanpa sadar Libra malah memarahi Ibram

"Maaf saya gak sadar" bisik Ibram dan ikut mengusap punggung Aiska bersamaan dengan usapan Libra. Mereka benar-benar terlihat layaknya keluarga bahagia yang tengah mengasuh anak

"Jangan lakukan hal itu lagi..." lanjut Ibram, kali ini Libra mengernyit, tak mengerti maksud perkataan si bos

"Lakukan apa?"

"Jangan lakukan yang seperti kemarin, merangkul pria selain diri ku."

Dan perkataan Ibram sukses membuat jantung Libra melompat belingsatan, dan ribuan kupu-kupu memenuhi perutnya. Menggelikan namun terasa menyenangkan


...................



Libra mengerjap perlahan- mencoba menyesuaikan pandangannya, ia bergerak dari tempatnya yang nampak begitu asing. Kasur empuk berukuran besar dengan ruangan yang di design modern dan nampak begitu manly membuatnya tersadar jika ia tengah berada di dalam sebuah kamar seorang pria, Libra menoleh dan mendepati Aiska yang memeluk erat lengannya- masih tertidur pulas

"Astaga! Aku- aku ketiduran!" Libra panik, ini masih jam kerja dan bisa-bisanya ia berleha-leha tertidur di kamar seseorang

Ia mencoba bangkit, perlahan melepas belitan lengan kecil Aiska dan mencari pintu keluar

Klek...

Dan ternyata sebuah toilet mewah yang didapatinya. Libra tak percaya dengan keberadaannya saat ini. Apa ia berada di sebuah hotel bintang tujuh dengan tampilan toilet mewah semacam ini?

"Aku harus keluar dari tempat ini, tapi Aiska gimana?" Libra gamang dan kembali mencoba mencari pintu keluar, masalah Aiska ia akan memikirkannya setelah tahu keberadaanya

Klek...

Dan Libra berhasil membuka pintu yang satunya lagi, dimana ia mengetahui keberadaannya saat ini. Kakinya perlahan menghendap keluar dengan netra yang mengedar mencari keberadaan sang bos. Mengejutkan baginya karena tahu jika ia baru saja terbangun dari ranjang yang berada di dalam kantor bosnya sendiri

Gila! Dan untuk seterusnya ia takkan pernah lalai sampai tertidur pulas ditempat pria asing seperti tadi

"Mba Libra mau kemana?"

Libra berjengit dan memutar tubuhnya, mendapati sepasang mata cantik yang menatapnya curiga- dia Dewi. Sekertaris Ibram

"Ah sa-saya mau balik ke lantai satu mba, tapi..."

"Pak Ibram bilang kalau mba gak boleh kemana-mana!" tukas Dewi

Libra mengerang pelan, menyumpah serapahi bos gilanya itu

"Ah itu saya cuman sebentar doang kok mba, ada perlu"dan Dewi masih menggelengkan kepalanya, beralih menutup puntu ruangan bosnya. Takut jika gadis mungil yang kata bosnya adalah calon istrinya itu kabur

"Maaf mba tapi ini perintah"

Libra meringis, Dewi ternyata cukup patuh dengan perintah bosnya itu. Ia harus pintar mencari alibi

"Ehm memangnya pak Ibramnya kemana?" sekedar basa-basi mencoba mencari tahu keberadaan si pria hidung belang itu, Libra pun bertanya

"Beliau sedang menghadiri rapat sebentar, mba tenang aja. Saya disini bakal temenin mba kok" dengan ramah Dewi membalaa, membuat Libra sedikit membatin 'Sudah cantik, ramah pula'

Libra hanya ber oh ria, ia pun mencoba tenang sambil memikirkan ide sambil menjatuhkan bokongnya di sofa empuk. Ia harus bisa membaca ekspresi Dewi

Dewi nampak tenang dan biasa saja seolah tak tahu jika Libra kini tengah memikirkan cara melarikan diri. Wanita anggun itu berjalan ke meja sang atasan, memeriksa beberapa domumen sambil merapihkannya. Melihat adanya celah, Libra bergerak pelan mengambil kotak makannya- bagaimanapun tempat makan keramat itulah yang harus di prioritaskan keselamatannya. Tak ada tanda-tanda Dewi mencurigainya, Libra pun berdiri setelah memperhitungkan target sasarannya yaitu pintu keluar

Dan...

Hap....

Libra berlari pontang-panting, menarik handle pintu dan berhasil kabur- Dewi yang melihat itu pun tak tinggal diam. Wanita itu ikut mengejar dan berteriak agar Libra kembali, namun gagal. Ia pun terengah dan memutuskan kembali keruangan bosnya tuk menjaga bocah kecil- anak dari kakak atasannya itu. Kali ini Dewi takkan selamat dari amukan bosnya itu, sudah pasti

"Huh!!! Berhasil....yes!" Libra bersorak gembira didalam lift eksekutif yang digunakannya, ia tak perduli memikirkan lift khusus yang dugunakannya saat ini. Yang terpenting ia berhasil kabur

Ting....

Menunggu sekitar tiga menit dan akhirnya Libra pun sampai di lantai satu, kakinya melangkah tergesa sampai beberapa karyawan lain melihatnya aneh tapi ia tak perduli

"Libra!"

Libra menoleh dan mendapati Irwan yang kini berjalan menghampirinya, gadis itu reflek menggigit bibirnya karena gugup

"Lo abis dari mana aja? Ada proyek di lantai atas ya?" tanya Irwan beruntun, namun tatapannya kini teralih melihat tas tempat makan milik Libra

"Kok lo bawa-bawa tempat makan?"

Libra meringis, bingung menjawab satu persatu pertanyaan rekannya itu

"I-itu bang iya, maksud Libra iya ada kerjaan di lantai atas, ter-terus ini tadi gak sempat taro di loker, jadi dibawa heheh..." jawab Libra di iringi dengan cengiran menggemaskannya

Irwan hanya berdecak dan menepuk-nepuk kepala gadis itu dan merangkulnya- menggiring Libra menuju ruangan teknisi

"Tapi kerjaannya udah selesai kan?" Libra mengangguk beberapa kali

"Nih gue punya pisang goreng, mau gak?" kali ini Irwan menjulurkan kantong plastik berwarna putih di depan wajah Libra sambil menggoyang-goyangkannya

"Maaauuuu..." bak anak kucing Libra langsung mengeluarkan suara yang terkesan lucu itu

"Tapi ini bukan hasil rampasan anak magang kan, bang?" Libra kembali bertanya setelah berhasil mengeluarkan satu pisang goreng dari dalam plastik

"Ya enggak lah masa malak mulu, gue beli di luar tadi" jawaban Irwan membuat Libra lega, pasalnya ia takut jika teman-temannya yang sering memalak makanan anak-anak baru akan jadi masalah nantinya. Sekalipun meminta tanpa paksaan

Sambil asik memakan pisang goreng Libra pun menjatuhkan bokongnya di atas kardus yang diampar di lantai dekat lemari, tubuhnya bersandar santai seakan kejadian beberapa saat lalu tidak pernah terjadi. Diruangan khusus ini untungnya hanya ada ia dan Irwan yang tengah berisitirahat, sementara yang lain entah pergi kemana. Rasanya tenang sekali, sampai tiba-tiba suara seseorang mengintrupsi dari HT milik Irwan

"Kosong tiga, kosong tiga jawab! Disana ada Libra gak? Disuruh menghadap pak Wawan sekarang!"

"Kosong tiga menjawab! Libra ada disini... Oke!"

Irwan pun memutus sambungan tersebut dan beralih menatap Libra yang sama-sama ikut menatapnya

"Lo disuruh ngadep pak Wawan, Li!" tukas Irwan memberitahu

Libra mengerjap, mengunyah pelan sisa makanannya sambil berfikir. Sebenarnya ada kepentingan apa pak Wawan memanggilnya?

"Anterin bang" cicit Libra pelan, wajahnya sedikit menampilkan raut ketakutan

"Ck... Lo ke Pak Wawan aja minta di anterin" meski nampak enggan tapi Irwan akhirnya ikut mengantar Libra, tak tega melihat wajah lugu itu

Libra berjalan pelan menuju ruangan pak Wawan yang berada di sebelah ruangan teknisi di ikuti oleh Irwan, tangannya mendorong pintu dan tubuh mungilnya pun melesak masuk

Disana ia bisa lihat pak Wawan- kepala bagiannya yang saat ini beralih menatapnya dengan wajah gahar kepunyaannya

"Kenapa kamu kabur?!" pria paruh baya itu langsung saja mengutarakan pertanyaannya tanpa basa-basi terlebih dahulu

Libra mengernyitkan dahinya, bibirnya yang sedikit berminyak ia usap dengan punggung tangannya

"Maaf pak, maksudnya apa ya?"

Irwan yang menguping di belakang pintu pun nampak terheran-heran, Libra kabur darimana?

"tadi pak Ibram marah-marah sama saya ditelepon- beliau nyariin kamu yang katanya kabur begitu aja gak nyelesain kerjaan"

Libra ternganga, tubuhnya hampir saja limbung ke belakang jika ia tak mampu menahannya. Pria itu... Bos sialannya yang amat gila lagi-lagi kini berulah, apa dia tak mempunyai pekerjaan lain sampai harus mengurus dirinya terus-menerus?

Dan lagi... Pasti sekertaris molek nya itu memberitahu perihal pelarian dirinya itu. Ah sialan!!!

"Pak tapi saya..."

Tok...

Tok...

Suara pintu diketuk dan kepala Irwan pun menyembul dari balik daun pintu

"Permisi pak... Ada pak Ibram mencari Libra"

Deg....

Libra menggigit bibirnya kuat-kuat, ingin sekali rasanya ia mengubur dirinya dalam-dalam. Pria itu benar-benar membuatnya dalam masalah besar



*******


"Jadi gimana... Kapan kamu kenalin gadis itu sama Ayah dan Bunda?"

Ibram terkejut dan menghentikan langkah kakinya, Ayahnya itu benar-benar memata-matainya ternyata. Harusnya ia sadar itu

Reyga kakak pertamanya bahkan kini nampak ikut penasaran dengan pertanyaan Ayah jahilnya itu

"Gadis yang mana, yah? Ibram punya cewek baru, kok Reyga gak tau?"

Ibram mendesis sinis sambil melirik kearah kakaknya itu, dasar pria kepo. Karena kesal ia pun lanjut melangkahkan kakinya, meninggalkan kedua manusia kepo tersebut

"Bram kok kamu berani ninggalin ayah sih, tunggu! Jawab dulu pertanyaan ayah!" Ryatama berhasil mengejar putra ketiganya, dan menatapnya penuh harap ingin dijawab

Ibram tak ada pilihan lain, ia lebih baik jujur atau ayahnya yang menyebalkan itu akan terus mencecarnya

"Ibram akan mengenalkannya minggu depan, saat ulang tahun tante Rihana Ibram akan mengajak Libra"

"Kamu mencintainya?"

Ibram memutar kedua bola matanya. Ayolah! Apa harus ia menjawabnya? Lagipun ayahnya ini konyol sekali mengintrogasinya di lorong perusahaan, apa tidak ada tempat yang lebih baik

"Yasudah kalau kamu gak suka sama dia, mending Ayah jodohin siapa itu namanya... Libra sama si..."

"Ibram mencintainya! Jangan pernah menjodoh-jodohkan Libra dengan pria lain" tekan Ibram, ada kibaran api cemburu yang membumbung dimatanya. Reyga bahkan hanya bisa menyengir melihat sikap berbeda adiknya itu

Ryatama tersenyum lebar dan menepuk bahu Ibram, ada perasaan bangga karena Ibram kini telah berubah. Tak seperti dulu yang terkesan nakal karena bergonta-ganti pasangan tak jelas

"Bagus bagus... Nikahi dia secepatnya!"

"Tentu saja Ibram akan nikahi dia segera!"

********

Dengan ekspresi datar seperti biasanya- Ibram berjalan menyusuri lorong ruangannya, rasanya tak sabar ingin melihat Libra yang ia kurung didalam kamarnya. Pasti gadis itu akan mengamuk nantinya

Ia terkekeh membayangkan wajah mungil itu yang akan memerah nantinya saat menunjukkan amarahnya, jujur Ibram tak pernah sedikit pun merasa terintimidasi melihatnya- yang ada hanya perasaan gemas ingin menjatuhi kecupan di sekujur pipi mulusnya. Andai saja tak ada rapat dadakan dengan beberapa pemilik saham, ia mungkin akan menghabiskan waktu bersama Libra dan Aiska di ranjang

Tapi Ibram tak menyesal, karena adanya rapat itu ia bisa berinteraksi dengan Ayahnya, setidaknya ia sudah mengatakan keseriusannya terhadap Libra. Ayahnya pun terlihat begitu antusias, sama sekali tak memberi komentar negatif tentang Libra seperti kekasih-kekasihnya terdahulu termasuk 'dia' sekalipun, padahal Ibram sama sekali belum menceritakan tentang Libra sedikit pun kepada pria tua jahil itu

Pasti Ayahnya itu sudah mencaritahu sebelumnya

"Pak Ibram, anda sudah kembali?!" Ibram mengernyit mendapati Dewi yang tengah menggendong Aiska yang sepertinya sudah terbangun dari tidurnya, tapi kenapa Aiska tidak bersama Libra?

"Dewi, Libra kemana?" apa dia masih tertidur?" bukannya menjawab, Ibram malah berbalik bertanya membuat Dewi seketika menelan salivanya susah payah

"Itu pak, ehm... Mba Libra..."

"Mama pergi ninggalin Aiska"

Dewi mengerjap saat Aiska tiba-tiba menyerobot ucapannya, bocah itu nampak terlihat kesal saat mengatakannya. Dewi jadi bertanya-tanya se spesial apa gadia teknisi itu sampai bisa memikat bos dan anak kecil itu?

"Kenapa kamu membiarkannya pergi?!"

Dewi terperanjat, wajah Ibram di hadapannya sudah memerah menahan amarah. Menyeramkan!

"Dia kabur pak, langsung berlari begitu saja. Saya gak sempat mengejarnya" jawab Dewi jujur, namun sepertinya Ibram tak bisa menerimanya. Pria itu menatap Dewi tajam, ia sudah mengkhayalkan Libra dan tiba-tiba semuanya hancur begitu saja karena kelalaian sekertarisnya. Sialan! Harusnya ia menyuruh Maxwell saja tadi

"Hubungi kepala bagiannya cepat! Tanyakan apa Libra berada di sana!" titah Ibram, tapi sebelum itu ia pun mengambil alih Aiska dari gendongan Dewi

Setelah berhasil di hubungi dan mengatakan jika Libra berada di sana, Ibram tanpa fikir panjang langsung melenggang pergi menuju lantai satu- dimana ruangan teknisi berada, bahkan ia sempat marah-marah kepada kepala bagian itu- mengatakan jika Libra kabur dari tanggung jawabnya.

"Papa kita akan kemana?" tanya Aiska, ditangannya kini sudah ada permen lolipop yang bisa membuatnya sedikit mengalihkan perhatiannya agar tak rewel

"Mejemput mama" dengan minim ekspresi Ibram memaksa senyum sambil menjawab

"Yeaayy!!! Mau makan es krim ya pah sama mama" Ibram hanya mengangguk dan langsung menyusuri lantai sati setelah puntu lift terbuka, Aiska nampak antusias melupakan permen lolipopnya. Banyak pasang mata karyawan yang menatapnya penasaran, sesekali ada yang berbisik melihat arah tujuan Ibram yang berjalan menuju ruangan teknisi

"Sore pak!" Ibram mengangguk saat seorang pria yang sepertinya pernah ia lihat sering bersama dengan gadisnya menyapa

"Dimana teman mu bernama Libra?"

Irwan- pria berwajah hitam manis itu mengerjap. Apa ia tak salah dengar, bos besarnya tiba-tiba menanyakan keberadaan Libra? Waahh.. Gosip nih

"Ada pak, sebentar saya  akan panggilkan dulu" Ibram lagi-lagi mengangguk

Pria didepannya membukakan pintu tepat disampingnya, tak lama gadis yang ditunggu-tunggunya keluar bersama seorang paruh baya yang Ibram tahu adalah kepala bagian divisi teknisi

"Pak Ibram..." sapa pak Wawan

Libra hanya diam dengan wajah pucat yang dipenuhi peluh, gadis itu amat ketakutan saat melibat sosok pria dihadapannya sambil menggendong seorang bocah

Sedangkan Ibram, pria itu menyeringai dan menjulurkan tangannya. Mengusap surai halus itu dengan lembut, pak Wawan dan Irwan yang melihatnya hanya bisa menahan nafas- terkejut dengan adegan didepannya

"Mengingat sudah waktunya jam pulang kerja, saya mohon undur diri" ujar Ibram dan langusng menarik lengan Libra lembut

"oh silahkan pak..." sahut pak Wawan

Selepas kepergian Ibram dan Libra, pak Wawan dan Irwan kini saling pandang

"Apa benar foto yang dipajang itu foto Libra sama pak Ibram?" gumam Irwan

"Sepertinya iya" sahut pak Wawan

"Gak nyangka, diam-diam Libra bisa juga ngejaring laki macem pak Ibram. Hebat!"


*********

Hohoy... Come back again

Sebelumnya... Minal aidzin walfaidzin ya kalian, maaf ane banyam salah sama kalian hihi... Dimaafkan ya

Harusnya malam selasa cerita ini Up, ternyata jari kelingking gue masih cider dan terpaksa diundur heheh... Maaf ya 



Vote sama komen seikhlasnya



Follow Ig  :

->Oktarianerik



Erikeriko








Continue Reading

You'll Also Like

6.4K 778 39
Dari Kehidupan Sempurna yang mengalami perubahan besar dalam sekejap hingga menciptakan kehampaan menyesakkan, aku sadar bahwa tidak ada yang tidak m...
2.2M 192K 50
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
17.3K 549 25
Angelina Mega Naura gadis kecil yang cantik namun polos yang bahkan belum mengerti akan sebuah cinta sebenarnya, akankah dia dapat merasakan kehadira...
785K 55.8K 42
Bayu tidak pernah menyangka jika Pram tuannya meminta dia untuk menikahi istri pria itu, Pram menginginkan Bayu menghamili Najma istri kesayangannya...