Menyimpan Rasa

By Akuelalala

34.2K 2.6K 377

Selama ini aku yang punya rasa lebih. Aku yang berharap kamu sadar tanpa harus kuberitahu secara langsung. Ak... More

Prolog
About Cast
[1] Cowok Menyebalkan
[2] Rama
[3] Keinginan Nadiya
[4] Ngelabrak bukan?
[5] Telat
[6] Main ke rumah
[7] Jenguk Rama
[8] Futsal Terakhir
[9] Dia tau?
[10] Syarat
[11] Sakit
[12] Nadiya
[13] Seharusnya
[14] Hujan
[15] Luka
[16] Berubah
[17] Bad day
[18] Diary
[19] Kecewa
[20] Bang Martin
[21] Ego
[22] Tak Mengerti
[23] Pelampiasan
[24] Impas?
[25] Maaf?
[26] Truth or Dare
[27] Jenguk
[28] Dekat?
[29] Fight
[30] Talk
[31] Yes or No
[32] Answer
[33] Lie
[34] Penasaran
[35] Ketahuan
[36] Sebenarnya
[37] Tertekan
[39] Muak
[40] One day
[41] Baikan
[42] Cerita
[43] Tercyduk
[44] With Rama
[45] Prom Night
Epilog

[38] Trust

385 50 16
By Akuelalala

Bel pulang berbunyi dan aku segera keluar kelas. Aku tidak ingin lebih lama lagi berada di dalam kelas yang siswa-siswinya tiada henti mencibirku. Sudah jelas semua memihak Nadiya. Dari dulu juga begitu. Aku hanya beruntung karena Nadiya dulu teman bahkan menjadi sahabatku tapi sekarang? Ketika Nadiya sudah tidak bersamaku, apa ada yang masih mau berteman denganku ini? Aku bukan siapa-siapa di mata mereka.

Aku melangkah menuju toilet ketika langkahku dihadang. Ada Elang di depanku dan ada Rama di belakangnya. Aku menatap mereka bergantian sebelum berdeham.

"Kenapa?"

"Ayo pulang." Ajak Elang yang membuatku menggeleng.

Rama memperhatikan kami. Ia menatapku prihatin yang membuatku kesal.

"Kalian pulang duluan aja." Ucapku yang membuat Elang menunjuk dirinya sendiri.

Aku memberinya kode untuk menoleh membuatnya ikut melihat kehadiran Rama lalu mendengus. "Lo ngapain?"

"Nyamperin sahabat gua. Kenapa?"

Bodo amat. Mau bertengkar situ silahkan. Aku sedang tidak mood meladeni keduanya jadi aku langsung pergi menuju toilet.

"Lo kebelet poop apa, Pril?"

Pertanyaan yang sontak membuatku hampir berteriak. 2 orang ini masih mengikutiku rupanya. "Kalian ngapain?! Pergi gak!"

Elang menggeleng. Ia malah melangkah mendekat membuatku menodongnya dengan tongkat pel-an yang aku pegang. "Lo jangan macam-macam ya, Lang!!"

"Siapa yang mau macam-macam? Gua mau bantuin lo."

Aku menatapnya heran. "Bantuin apa?"

Elang menunjuk alat-alat kebersihan di belakangku dan yang berada di tanganku. "Lo pasti dihukum bersihin toilet karena telat masuk kelas tadi, kan?"

Cenayang. Elang pasti cenayang karena tau hal ini. Aku bahkan tak bicara apapun padanya. Rama ikut mendekat dan langsung mengisi ember dengan air. Elang memegang sikat lalu mulai menyikat lantai. Aku memandang keduanya terharu. Disaat aku berpikir, aku sudah tak punya siapa-siapa ternyata aku masih punya 2 orang ini yang tetap berada di sisiku.

Aku mulai mengepel lantai yang sudah disikat Elang. Pekerjaanku jadi selesai lebih cepat karena dibantu mereka. Aku mengucapkan terima kasih dan hendak pulang ketika keduanya kembali menahanku.

Mereka mengajakku makan bakso. Makanan yang tidak akan pernah aku tolak. Rama bahkan menawariku untuk menambah porsi yang langsung kutolak. Yang benar saja, ini bahkan sudah mangkuk keduaku. Suka juga bukan berarti aku tidak enek harus terus menelan bakso.

Rama menatapku membuatku ikut menatapnya. "Kenapa?" Tanyaku sambil membersihkan sekitar mulutku. Apa makanku berantakan?

Rama menggeleng. "Yang diucapin bang Martin, gak usah dipikirin, Lan."

Sial. Aku bahkan sudah lupa hal itu kalau Rama tak mengingatkan lagi. Aku memijit kepalaku yang jadi pening. Elang disebelahku menyenggol pelan bahuku. "Emang Martin ngomong apa ke lo?"

Aku menelan baksoku susah payah. Menatap Rama yang pura-pura tak mendengar. Ia asik menelan baksonya ketika aku bingung harus merespon apa pada Elang.

"Pril,"

Aku menatapnya sejenak lalu tersenyum tipis. "Bukan apa-apa."

Kami selesai makan dan Rama pamit pergi duluan setelah aku memilih pulang bersama Elang. Aku hanya diam sambil memeluk Elang di sepanjang perjalanan. Rasanya lelah. Hari pertama dan aku sudah mulai lelah mendengar cibiran yang ditujukan padaku.

Aku membayangkan akan jadi seperti apa hari-hari esok. Rasanya aku jadi tak semangat lagi bersekolah. Menyadari tanganku memeluk erat Elang, aku mulai melonggarkan lalu melepas pelukanku. Mencoba memberi jarak meski agak susah.

Elang berhenti di depan rumahku. Membantuku turun dari motornya lalu ia melepas helmnya.

"Makasih, Lang. Gua masuk ya. Lo hati-hati."

Aku melangkah ketika Elang bersuara. "Nadiya jahatin lo di kelas?"

Langkahku terhenti. Aku menggigit bibirku. "Menurut lo gimana?"

"Pril,"

Aku menoleh, menatapnya sendu. "Gua udah coba buat biasa aja, buat gak tertekan seperti kata lo tapi gak bisa."

Pertahananku runtuh. Aku menangis di depan Elang. Cowok yang sekarang turun dari motornya dan melangkah mendekatiku.

"Mereka banyak, Lang. Gua harus dengar semua omongan mereka. Gak cuma di kelas, bahkan anak-anak kelas lain juga omongin kita. Gua gak tahan." Tangisku makin pecah.

Elang memelukku. Mengusap punggungku berusaha menenangkan. Akupun berusaha tenang karena mau mengatakan sesuatu pada Elang. "Putus."

Usapan dipunggungku terhenti. Elang melepas pelukannya dan beralih menatapku datar. "Lo bilang apa?"

"Putus. Cuma cara itu yang bisa buat mereka berhenti."

"Pril, lo gak bisa mikir cara lain?" Bahuku dipegang erat dengan mata Elang yang menyorotku kecewa.

"Gua gak tau harus apa selain selesein hubungan ini. Gak ada yang dukung kita, Lang."

Elang menggeleng. Ia melangkah mundur, menatapku sendu. "Oke, lo mau buat mereka berhenti ngomongin kita tapi apa lo bisa berhentiin perasaan gua ke lo?"

"Lang,"

Elang terkekeh. "Lo lebih milih mikirin perasaan mereka yang gak suka kita? Mikirin perasaan Nadiya? Lo gak mikirin perasaan gua, Pril?" Elang menangis membuat mataku yang sudah berhenti menangis jadi mengeluarkan air mata lagi.

Baru ini aku melihatnya menangis dan itu karena ulahku. Tubuhku merosot, membiarkan dengkulku pedih karena mencium aspal jalan.

Aku pikir Elang sudah pergi karena aku tak mendengar suara lagi tapi usapan dirambut membuatku mendongak dan melihat Elang yang kini berjongkok di hadapanku. Ia memelukku erat sambil menggeleng. "Gua gak mau. Jangan ngucapin hal itu lagi. Kita bisa selesaiin ini sama-sama. Can you trust me?"

Aku balas memeluknya erat. Mengangguk dan mengusap punggungnya yang bergetar. Ia masih menangis. "I trust you."

•••

Aku membuka blokiran ig Elang karena ia protes masih ku blokir. Elang sering membuat story saat sedang bersamaku membuatku kadang geli karena kelakuannya itu. Ia seperti berubah setelah insiden aku mau memutuskannya. Seperti sengaja menampakkan kedekatan kami di depan publik.

Aku juga sudah mengikuti sarannya untuk berusaha tak peduli dengan cibiran-cibiran yang ditujukan padaku. Maka dari itu aku sekarang lebih sering memakai earphone sambil mendengarkan lagu saat tak ada guru.

Sebuah notif dari ig yang baru saja aku keluarkan membuatku masuk dan menahan senyum karena melihat postingan Elang yang menandaiku. Ia baru saja meng-upload sebuah video yang menampakkan setengah badannya, (re: mukanya tidak masuk) sedang menyanyi diiringi sebuah instrument. Never not, ia mengover lagu itu. Lagu yang menjadi lagu favoritku akhir-akhir ini.

Menekan like. Aku mengecek komentar yang dipenuhi pujian karena suaranya yang merdu. Aku bahkan tergelak karena menemukan komentar bang Martin. Apa cowok itu memeriksa postingan yang menandaiku? Kan dia tidak saling follow dengan Elang 😂

martin.p : alah timbang cover lagu doang. Gua juga bisa kali 😌

Aku membalas komentarnya dengan jahil.

April : coba dong nyanyiin gua 🤭 @martin.p

Tak lama aku dibuat kaget dan hampir menjatuhkan ponselku karena ada yang menelpon. Sial, kenapa mengagetkan saja sih?

Panggilan masuk dari Elang. Aku menerima panggilannya. Mengulum senyum. "Apa?"

"Ngapain minta dia nyanyiin?! Gua kan udah nyanyiin lo!"

Aku menahan tawaku. Niatku kan menjahili Bang Martin kenapa yang kena malah Elang?

"Bercanda doang."

"Mending puji gua dibanding bales komentar dia."

Aku terbahak. Mengangguk padahal tidak dilihat Elang. "Oh, minta dipuji gua ternyata?"

Elang diam. Tak lama panggilan terputus membuatku benar-benar tertawa. Lucu sekali pacarku itu. Tawaku terhenti ketika sadar beberapa murid bahkan Nadiya menatapku sinis.

Ya ampun. Sepertinya aku harus mulai terbiasa ketika semua yang kulakukan dianggap salah oleh mereka.





•••










Aku gak tau mau ngomong apa lagi 😂 coba kalian aja yang ngomong ke mereka. Kasih kesan atau pesan boleh lah, kan tinggal beberapa chapter ini 🤣

Ohiya video yang di upload Elang di ig, anggap aja itu postingan JK yang aku taroh di mulmed ya☺️ aku lagi bucin Never not sejak JK cover itu 😭

Akuelalala,
Pacarnya Kim Taehyung

Kamis, 28 Mei 2020
08.39 pm

Continue Reading

You'll Also Like

CRUSH By Asty K

Teen Fiction

210K 19.9K 24
[Complete] Buat seorang Sandy, menyukai Fandy adalah rutinitasnya. Ya, Sandy terbiasa menyukai updatean statusnya, postingan instagramnya, sampai mom...
2M 143K 52
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
9.5K 1.1K 15
Milan adalah spesies cewek yang pernah ditinggal pacar waktu lagi sayang-sayangnya. Sampai bikin Milan benci setengah mampus pada sang mantan kampret...
10.7K 1.3K 40
Sosok Hesa yang misterius, sosiopat, dan abnormal justru membuat Mita ingin selalu dekat dengannya. Mita berusaha mencari titik terapuh dalam diri He...