Tetaplah berada di tempatmu
Karena kau takkan pernah tahu
Kapan mereka akan menghampirimu
***
"Frey! Ada apa? Ada tawuran kah? Siapa sama siapa?" Marwah langsung menyodori Freya dengan pertanyaan beruntun.
"Udah! Jangan banyak tanya! Ayo lari!" seru Freya sembari menarik tangan Marwah.
Marwah yang tidak mengerti situasi hanya ikut berlari mengikuti Freya. Napasnya sudah terengah-engah meskipun baru berlari sebentar. Sedangkan Freya, dia tidak kelelahan sedikitpun. Bahkan bisa dibilang napasnya sangat stabil, mengingat dia adalah atlet maraton kampus. Marwah berusaha mengimbangi langkah kaki Freya.
Freya memahami sekali bahwa sahabatnya ini sangat lambat. Maka dari itu, dia berlari sembari menggandeng tangan Marwah. Marwah hanya diam dan memilih mengikuti Freya. Kelebihan yang Marwah miliki adalah dia tidak pernah penasaran walaupun pertanyaannya tidak dijawab. Dia memilih untuk diam dan menanyakannya di waktu yang tepat.
Sesampainya di kamar inap, Freya langsung mengunci pintu dan jendela. Ditutupnya tirai yang tadi dia biarkan terbuka. Freya memastikan semua terkunci rapat. Dikeluarkannya koper-koper yang mereka bawa. Dimasukkannya baju-baju dan perlengkapan mereka berdua ke dalam koper. Sedangkan Marwah hanya bingung melihat kegaduhan Freya.
"Frey! Tenang! Ada apa? Kenapa barang kita lo beresin semua?" tanya Marwah pada akhirnya.
"Kita harus meninggalkan pulau ini secepat mungkin, Mar. Kita harus balik ke Jakarta segera," ucap Freya sedikit gemetar.
"Frey. Gue masih gak paham. Jangan bikin gue takut, dong." Suara Marwah ikut bergetar melihat Freya yang dilanda kepanikan hebat.
"Asal lo tahu, Mar. Video itu ternyata di pulau ini. Menurut gue itu bukan penyerangan biasa," sahut Freya.
"Video? Bukan penyerangan biasa gimana?" tanya Marwah yang semakin tidak mengerti.
"Gue tahu, lo pasti bilang gue gila. Tapi gue yakin, dia pasti akan jadi zombie," jelas Freya. Marwah menautkan alisnya, pertanda bahwa gadis itu semakin bingung.
"Wait! Zombie itu cuma di film doang, Freya. Gak mungkin ada beneran. Apalagi di Indonesia," ucap Marwah.
"Tuh kan! Gue udah ngira lo gak bakal percaya sama gue," gerutu Freya sembari tetap memasukkan barang-barang keperluan mereka.
"Kapan gue gak pernah percaya sama lo, Frey? Masalahnya, lo tahu dia zombie dari mana?" tanya Marwah.
"Tadi waktu gue nyelip di kerumunan itu, gue kira dia orang mabok biasa yang bikin rusuh. Tapi gak sesederhana itu, Mar. Gue liat matanya kelabu, udah dipenuhi selaput putih. Tengkuk kepalanya juga ada bekas gigitan. Parahnya, manusia mana yang bisa tahan dengan kondisi daging tengkuk mengelupas seperti itu. Nonsense, Marwah!" jelas Freya sembari menahan tangisnya.
"Astaghfirullah! Gini deh, Frey. Biar gue yang cari tiket buat balik Jakarta," sahut Marwah pada akhirnya.
Beberapa menit kemudian, mereka selesai mengemas barang bawaan mereka. Freya dan Marwah pun sudah mengganti baju untuk penerbangan malam itu juga. Walaupun pada awalnya Marwah sedikit ragu, karena tiket yang tersisa hanyalah tiket kelas satu. Namun, Freya mendesak untuk membelinya, dengan alasan keselamatan mereka di atas segalanya.
"Yuk, Mar! Bismillah," ucap Freya. Dibukanya kunci pintu dengan perlahan, bahkan hampir tidak menimbulkan suara.
DUARR!!
Freya dan Marwah yang akan melangkahkan kaki untuk keluar seketika berhenti akibat suara dentuman tersebut. Mereka saling berpandangan. Sekarang ini, mereka memikirkan hal yang sama. Dari mana asal dentuman tersebut? Mengapa kencang sekali suaranya?
Freya dan Marwah kembali meletakkan seluruh barang bawaan mereka di kamar. Mereka keluar untuk melihat apa yang terjadi di luar sana. Marwah melihat seorang turis asing berlari ke arah mereka berdua. Tiba-tiba muncullah ide di pikirannya untuk langsung menghadang turis tersebut.
"Excuse me, Sir. What happened in there?" tanya Marwah berusaha sesopan mungkin.
"I don't know! He's really crazy!" sahut turis itu.
"What did you mean, Sir?" tanya Freya.
"The boy is biting a police and blowing up his car," Turis itu langsung berlari setelah menjawab pertanyaan Freya.
Freya dan Marwah kembali saling melempar pandang. Kedua gadis itu sedikit takut mendengar kata 'meledakkan' dan 'menggigit'. Freya yang masih penasaran perlahan menuruni anak tangga, meninggalkan Marwah yang kembali menanyai para pengunjung hotel. Dilihatnya sedikit demi sedikit kejadian di bawah. Betapa terkejutnya Freya ketika situasi sudah tidak terkendali. Semua saling menyerang dan saling gigit.
"MUNDUR, MAR! BALIK!" teriak Freya sembari berlari menaiki anak tangga.
Marwah yang mendengar teriakkan Freya segera berlari sekencang mungkin untuk kembali menuju kamar inap. Sedangkan, Freya berusaha menyusul Marwah dengan menerobos kerumunan orang yang berlari menyelamatkan diri. Marwah sudah sampai lebih dahulu dan segera membuka pintu kamar. Dilihatnya Freya sedang berlari dengan sekuat tenaga.
"AYO! BURUAN, FREYA!" teriak Marwah.
BRAK!
Marwah langsung membanting pintu kamar dan menguncinya setelah Freya masuk. Napas mereka terengah-engah. Mereka dapat mendengar teriakan orang-orang dengan jelas. Kedua gadis itu menangis sejadi-jadinya. Mereka belum bisa memahami situasi yang sedang terjadi. Semua terjadi hanya dalam kurun waktu sehari semalam.
"Freeyy. Na ... nasib kita gimanaaa?" ucap Marwah di sela tangisnya.
"Gu ... gue gak tahu. Maafin gue, Mar. Ka ... karena udah ngajak lo ke sini," sahut Freya. Suaranya terputus karena isakan tangisnya.
"Eng ... enggak. Ini bukan salah lo. Kita ... harus hidup. Ok?" ucap Marwah memberi semangat pada Freya.
Geudaereul barabol ttaemyeon ...
Marwah terkejut dengan ringtone ponselnya. Gadis itu melupakan sesuatu. Dia belum mengabari keluarganya di Jakarta. Freya menganggukkan kepala sebagai tanda bahwa Marwah diperbolehkan mengangkat telepon masuk itu. Marwah segera menyentuh tombol answer pada layar yang bertuliskan "Incoming Call - Umma".
"Ummaaaa," jawab Marwah setelah telepon terangkat. Tangisnya semakin menjadi-jadi, membuat Freya ikut menangis bersamanya.
"Disini kacau, Ma. Marwah sama Freya gak bisa kemana-mana," jelas Marwah berusaha menenangkan diri.
Freya memerhatikan cara bicara Marwah. Betapa beruntungnya Marwah karena telah diberikan keluarga yang perhatian dan penuh kasih sayang. Berbeda dengan keluarganya, dia hanya dilimpahi harta. Orangtua Freya sibuk bekerja dari pagi sampai malam. Jarang sekali Freya menghabiskan waktu bersama mereka. Freya tersenyum masam mengingat hal itu.
"Iya, Ma. Marwah diem di kamar. Love you, Umma," ucap Marwah menutup teleponnya.
"Kita disuruh diem di sini, Frey. Nanti Umma minta bantuan sama timnya di sini," jelas Marwah pada Freya yang langsung disambut dengan anggukan.
Pemberitahuan kepada seluruh pengunjung yang masih berada di dalam kamar inap. Seluruh pulau Bali sedang mendapat serangan yang tidak terduga. Dimohon untuk tidak meninggalkan kamar Anda sebelum ada instruksi lebih lanjut dari kami. Pastikan pintu dan jendela Anda terkunci dengan rapat. Kami mohon bantuannya agar situasi kembali terkendali. Terima kasih.
BRAKK! BRAKK!
AAAA!!!
Mereka berdua terlonjak dan segera menjauh dari pintu kamar. Suara dobrakan, suara pengumuman dari pengeras suara, dan suara kesakitan di luar bercampur menjadi satu. Freya kembali berdiri untuk memastikan jendela mereka terkunci rapat. Dibukanya sedikit tirai yang tertutup untuk mengintip apa yang terjadi di luar sana. Mata Freya terbelalak, seluruh orang berlarian ke segala arah untuk menghindari mayat-mayat hidup itu.
"Jangan pernah keluar, Mar! Situasinya bener-bener bahaya," ucap Freya. Gadis itu terduduk seketika membayangkan kejadian mengerikan itu terjadi pada hidupnya.
***
Yaayy!! Sudah double update yaaa!!
Yang masih penasaran sama kelanjutan cerita Freya. Tunggu minggu depan yaa, Insya Allah muehehe.
Keep on reading, list to your library, and don't forget to vote and comment!
Sii yuu cemwaaaaa ^•^