◜ 🌻 ◞
Ajun dengan terpaksa membawa Hilal pulang ke rumahnya karena Hilal akan mengembalikan liontin milik Juang. Ajun sendiri yang membuatnya rumit, tangannya begitu sulit menerima liontin dari Hilal itu dan memberikannya pada Juang sendiri. Hilal sendiri juga hari ini lupa bertemu Juang, padahal semalam sudah berjanji bertemu di kantin namun Hilal malah tertahan dengan kelas tambahannya yang memiliki tugas tambahan pula.
Sialnya hari ini, mereka terkena razia polisi. Bodohnya Ajun yang tidak ingat bahwa Hilal tidak memakai helm karena Hilal hari ini diantar Johnny ke sekolah karena mentari masih dirawat, Ajun justru melewati jalan utama yang seringkali terdapat razia. Walaupun memiliki izin mengemudi tapi jika penumpang tidak memakai APD dalam berkendara tetap saja kena.
"Lo ada duit nggak? Gue sibuk, nggak bisa dateng sidang nanti dan gue nggak ada duit. Ini semua juga gara-gara lo ngapain nggak pake helm sih bego." Hilal menatap Ajun tidak percaya, bisa-bisanya dia menyalahkan Hilal padahal sebelumnya Hilal sudah memperingatkan namun Ajun sendiri tidak memperhatikan.
Berakhir mereka membayar denda dengan uang Hilal, untung saja Hilal membawa uang lebih.
"Inget ya utang dibawa mati, nggak ngeganti, urusan karo Gusti." Ajun mengiyakan malas mendapat pernyataan itu dari Hilal. Kalau dia tidak segera membayar, dipastikan kalimat Hilal hari ini akan terus dia dengar sampai akhirnya dia membayar.
Dia berteman dengan Ajun dari awal masuk menengah atas namun ini pertama kali Hilal datang ke rumah Ajun karena sebelumnya mereka sering berkumpul di rumah Aji karena banyak makanan, ibu Aji selalu memasak banyak saat mereka datang entah sengaja berkumpul atau tidak. Hilal menatap Ajun sinis, pasalnya Ajun bisa dibilang di keluarga yang berada namun sering sekali menunggak membayar kas, dia tahu karena Hilal adalah bendahara kelas.
"Gue bisa tagih utang lo sama bapak lo nih Jun, lumayan kalo dikasih lebih," ujar Hilal sambil mengikuti Ajun masuk.
Ajun meminta Hilal menunggu di ruang tamu dan dia memanggilkan Juang di dalam. Hilal menatap sekeliling ruang tamu Ajun dimana di sana terpampang foto keluarga Ajun, dia selalu tersenyum miris ketika melihat keluarga sempurna walau hanya sebuah foto. Dia tak memiliki foto keluarga lengkap, hanya terdapat dirinya dan Johnny selalu seperti itu. Tapi dia tidak masalah dengan itu, dia sudah cukup bahagia dengan Johnny walau terkadang dia masih iri melihat keluarga yang utuh.
Lamunan Hilal buyar seketika saat seorang wanita memasuki rumah Ajun, dari tampilannya dia sangat yakin bahwa itu adalah Ibu dari Ajun. Dia beranjak dari tempatnya dan menjabat tangan wanita itu memberikan salam. Hilal mendadak canggung karena wanita itu hanya mengangguk pelan membalas Hilal. Beruntunglah Ajun segera datang bersama Juang, dia canggung sekali dengan ibu mereka.
"Maaf ya, tadi gue lupa gara-gara tugas kelas tambahan numpuk." Hilal memberikan liontin itu pada Juang namun bukannya Juang yang menerima malah disahut cepat oleh ibu mereka. Sontak ketiga anak itu terkejut, terlebih Hilal kembali merasakan perasaan tidak enak mendapati itu, sepertinya liontin itu sangat berarti bagi Juang.
"Kamu ngambil ini dari Juang?" Wanita itu berbicara dengan mencengkeram pundak sebelah Hilal kuat membuat anak itu panik. Jantung Hilal tiba-tiba berpacu semakin cepat saat pandangannya bertemu dengan wanita itu yang terlihat benar-benar marah. Menggelengkan kepala saja rasanya menjadi begitu susah bagi Hilal apalagi membuka mulutnya. "Jawab! Kamu ngambil ini dari Juang?" Telinga Hilal mendadak penging sejenak. Dia memejamkan matanya dan terdengar teriakan-teriakan aneh yang sudah lama sekali tidak dia dengar. Kaki Hilal mendadak lemas dan membuatnya terduduk di lantai, Ajun dan Juang panik melihat Hilal, begitupun dengan Ibu mereka.
Hilal mencoba menenangkan dirinya, kecemasannya mendadak naik cepat saat mendapat cengkraman dari wanita itu. Dalam pikirannya saat itu terlintas saat dimana hubungannya dengan Johnny belum sebaik saat ini. Johnny seringkali meluapkan amarahnya pada Hilal jika ada yang berjalan tidak sesuai kehendaknya, semua itu masih meninggalkan bekas dalam diri Hilal. Rasa dan pikiran itu sudah lama terpendam dalam pikirannya tertutup dengan berbagai kisah manis dirinya dan Johnny, namun hari ini itu berhasil dibuka kembali.
"Maafin tante ya, tante kaget aja tiba-tiba liontin itu ada di kamu. Tante nggak maksud buat nyakitin kamu, maaf ya sekali lagi, tante kebawa emosi," jelas Ibu mereka yang terlihat panik dengan keadaan Hilal. Wanita itu lepas kendali saat mengetahui liontin Juang berada pada tangan Hilal, masalahnya dibalik liontin itu terdapat sebuah kisah Juang.
"Nggak apa-apa tante." Hilal menatap sungkan pada wanita itu, dia merasa sangat tidak enak dengan ibu Ajun karena panic attack nya.
◜ 🌻 ◞
Hilal berteriak kencang saat mengetahui siapa yang tengah berada di rumahnya. Sepupunya, Mark, akhirnya anak itu pindah ke rumahnya. Mark pindah ke sana untuk kuliah dimana sebelumnya dia berada di Surabaya. Hilal senang sekali jika di rumah ada temannya, selama ini dirinya hanya tinggal berdua dengan Johnny.
"Suwe ogak ketemu tambah kuru kon, mesakke banget." Hilal menyambut Mark dengan ejekannya. (lama nggak ketemu makin kurus lo, kasian banget.)
"Menengo e cok, tak tutuk piye cangkemmu?" balas Mark yang sudah siap memukul Hilal. (diem aja lo, mau gue pukul mulut lo?)
"MOH!" balas Hilal dengan mendadak buang muka. (nggak)
Hilal sudah menyombongkan dirinya di grup obrolan dengan sekawanan nya karena hari ini dia bersama Mark akan ikut Johnny mendatangi talkshow rumpi dimana acara tersebut adalah acara favorit dirinya dan sekawanan nya. Feni Rose menjadi idola mereka lebih dari Rose blackpink.
Setelah membantu Mark menata barangnya, walaupun Hilal hanya membantu berkomentar, tapi tetap saja membantu, mereka berangkat menuju studio menemui Johnny. Selain pembawa acara radio, ketua perusahaan, Johnny juga seorang produser music dan film. Pihak acara tersebut mengundang Hilal juga karena ingin mengetahui sedikit banyak tentang personal life Johnny dengannya dan untuk Mark, Johnny memiliki project dengan Mark untuk menggarap soundtrack sebuah film garapan Johnny yang akan datang.
Johnny selalu memperhatikan list pertanyaan dengan benar, terlebih saat ini dia tak sendiri, dia bersama Hilal dan Mark, dia juga memperhatikan pertanyaan untuk kedua anak itu, memastikan tidak ada pertanyaan yang sensitif bagi mereka.
"Anakmu dateng bos," sapa Hilal yang baru datang ke ruang tata rias. Johnny memberikan green milk tea with pearl untuk Hilal dan watermelon juice untuk Mark yang disambut senang hati oleh keduanya.
"Nanti kalian berdua nyanyi mau ya? Nyanyi lagunya smash yang pernah kalian cover dulu. Sun yang nyanyi, Mark main gitar, gimana?" Johnny segera mengajukan usul dadakan dari staff kepadanya tadi.
"Asik dangdut bos," usul Hilal yang membuat Mark tertawa. Johnny dan Hilal hanya melirik Mark, itu hal biasa yang terjadi pada Mark, menertawakan hal yang sebenarnya biasa saja.
"Nyanyiin senyum semangat aja deh Sun, kasian nanti Nassar kurang job abis denger kamu dangdutan," tawar Johnny.
Ketiganya telah bersiap menantikan panggilan pembawa acara untuk masuk. Hilal menyempatkan dirinya untuk mengambil selca lalu mengirim ke grup obrolannya lagi-lagi untuk pamer, Aji dan Ajun jelas paling ribut mengetahui Hilal.
Hilal pintar sekali membawa suasana, selalu begitu. Ini bukan pertama kalinya dia diajak oleh Johnny menghadiri acara seperti ini dan Hilal sendiri termasuk seorang yang easy going dan mood maker. Ucapannya tak jarang mengocok perut semua yang menontonnya.
"Hilal itu kedengarannya unik dan out of the box gitu anaknya, ada nggak kejadian paling unik buat Hilal, boleh ceritain dong." Johnny tiba-tiba mulai sedikit panik saat Feni Rose mulai melempar pertanyaan yang diluar list yang dia baca tadi.
"Mau jawaban serius apa bercanda?" tanya Hilal dengan matanya melirik pembawa acara dengan memberikan telunjuknya. "Kejadian paling unik dihidupku itu cuma satu, I can live very well without moms hug, itu jawaban seriusnya," lanjut Hilal yang diakhiri dengan tawanya namun tanpa sadar membuat rasa nyeri di hati Johnny namun disisi lain dia juga senang mengetahui bahwa Hilal bahagia hidup seperti ini bersamanya.
"Nggak ada hal unik selain itu dari aku," Hilal masih melanjutkan kalimatnya. Feni Rose meminta ayah dan anak itu saling berpelukan dan keduanya terlihat begitu erat membuat senyuman iri dari siapapun yang melihatnya.
"Hilal kangen nggak sih sama Bunda?" Darah dalam diri Johnny sejenak rasanya berhenti mengalir, pertanyaan itu berada diluar list, terlebih Johnny telah memperingatkan pada staff untuk tak membahas atau menyenggol masalah bundanya Hilal.
Staff juga terlihat panik ketika mendapati raut terkejut Johnny dan Feni Rose yang tak segera menyadari kode dari mereka bahwa pertanyaan itu sungguh sensitive bagi mereka.
"Nggak ada yang bisa aku kangenin dari Bunda," balas Hilal dengan masih menyempatkan senyum terulas di bibirnya.
◜ 🌻 ◞
Happy birthday to our fullsun. Thankyou for everything you give to sijeuni, thanks for hard work and keep healthy. You always give the best things for sijeuni. We love you Sun 💛🌻
Sweet regards,
Sunflower🌻
TMI↷
yeah they are