Pagi ini Jeno memutuskan untuk mengajak yang lain pergi ke pantai. Awalnya semua ogah-ogah an, tapi siapa yang mampu menolak aura dominan Jeno.
Dan kini ketujuh remaja itu sudah ada di bibir pantai dengan pasangan masing-masing.
Ryujin menarik Hyunjin untuk masuk ke dalam air. Benar-benar terlihat seperti adegan film india.
Heejin dan Siyeon sibuk menata makanan dan minuman agar tidak kemasukan pasir. Jeno menunggu di bibir pantai.
Jaemin sudah sibuk sendiri dengan Minju di pinggir pantai saling mencipratkan air.
"Hee, ayo berenang." Ajak Siyeon.
"Tidak. Kau saja." Tolak Heejin masih sibuk menata minuman.
"Ayolah Hee." Siyeon menarik tangan Heejin.
Heejin terus menolak tapi Siyeon tetap menarik tangannya. Hingga Jeno melihat itu dan ikut membantu Siyeon menarik paksa Heejin.
Mereka berdua menarik Heejin ke bagian pantai yang sampai sepinggang. Lalu mendorong Heejin hingga Heejin sedikit terjungkal.
Siyeon yang bajunya sedikit ditarik Heejin membuat gadis itu sedikit oleng. Dan Jeno langsung menarik Siyeon ke pelukannya. Heejin yang tadinya memunggungi keduanya pun membalikkan badannya.
Dan dadanya begitu sesak melihat Jeno dan Siyeon. Heejin mengalihkan pandangannya. Tapi sepertinya itu bukan pilihan yang bagus. Karena nyatanya, dia malah melihat Minju duduk didepan Jaemin sambil membuat istana pasir.
Tanpa sadar, Heejin memundurkan langkahnya. Dia tidak sadar ada bagian yang dalam di belakangnya. Jeno menoleh pada Heejin. Dan terkejut melihat Heejin sudah menangis dan berjalan mundur ke bagian yang dalam.
Jeno berjalan sedikit cepat menghampiri Heejin.
"HEE, BERHENTI! KAU INI KENAPA!??" Teriak Jeno.
"TANYAKAN PADA DIRIMU SENDIRI JEN. AKU MUAK." Balas Heejin.
Keributan keduanya membuat semua atensi kini mengarah pada Heejin. Jaemin tahu betul apa yang terjadi, maka dengan secepat mungkin dia berlari untuk mengejar Heejin yang mulai menghilang di air.
Ryujin mendorong Hyunjin agar ikut menolong Heejin.
"HEEJIN KUMOHON BERHENTI. DISANA SANGAT DALAM. NANTI KAU TENGGELAM!!" Teriak Jaemin.
Heejin menggeleng pelan, lalu sekejab kemudian ombak besar menggulung tubuhnya.
Jeno, Jaemin dan Hyunjin berhenti berlari. Dan terdiam membeku saat tubuh Heejin tidak muncul ke permukaan.
"RYUJIN! CEPAT HUBUNGI POLISI, TIM SAR, ATAU APAPUN ITU!!" Teriak Minju.
Minju berlari menuju tepi pantai tempat menaruh makanan dan minuman tadi lalu mengambil kacamata renang.
Setelah memakainya, dia berlari ke dalam air dan terus mengarah ke tempat Heejin tenggelam.
Jeno, Jaemin dan Hyunjin sudah seperti orang kalap mencari Heejin di dalam air.
Siyeon dan Ryujin dengan sangat tergesa berusaha menghubungi bala bantuan apapun yang bisa dihubungi.
Tak lama, penjaga pantai datang dan ikut ber renang untuk mencari Heejin
Jeno mengusap rambutnya kasar.
Mereka bertiga sudah menepi ke bibir pantai karena perintah penjaga pantai.
Tiba-tiba Jaemin meninju wajah Jeno dengan sangat kencang. Hyunjin menghela nafas lelah.
"Lihat?! Kau mengatakan cinta pada Heejin tapi ternyata masih punya hubungan dengan Siyeon?!" Teriak Jaemin telat di muka Jeno.
Jeno yang tidak terima pun balas memukul Jaemin.
"Kau kira kau itu lebih baik? Jangan lupa! Kau selingkuh." Teriak Jeno.
"Bajingan." Ucap Hyunjin dingin.
Lalu bangun dari duduknya dan tanpa aba-aba meninju wajah Jeno dan Jaemin dengan bergantian.
"Kalian berdua itu sama saja bangsat! Kalau sampai Heejin kenapa-kenapa, kalian tidak akan aku lepaskan."
Jeno dan Jaemin diam tak berkutik. Membiarkan Hyunjin pergi. Karena apa yang dikatakan oleh Hyunjin itu benar adanya.
"Apa benar yang aku dengar ini Yeon? Kau dan Jeno belum sepenuhnya berakhir?" Tanya Ryujin menatap Siyeon lirih.
Siyeon diam. Lalu mengangguk lemah.
"Aku kira Heejin akan menerima ini. Jeno juga bilang akan menjelaskan pada Heejin secara perlahan. Tapi ternyata, Heejin tidak memberi respon yang baik." Tutur Siyeon.
Ryujin terkekeh tidak percaya. Gadis itu baru akan mengumpat tapi terhenti karena tim sar serta polisi datang.
Ryujin berlari menghampiri bala bantuan dan menjelaskan apa yang terjadi. Lalu tanpa pertanyaan apapun, tim sar langsung mencari keberadaan Heejin.
Mark dan teman-temannya datang karena melihat rombongan timsar dan polisi.
"Ada apa ini?" Tanya Mark pada Siyeon.
"Heejin tenggelam. Ah tidak! Lebih tepatnya menenggelamkan diri." Jawab Siyeon.
Mark dan teman-temannya terkejut bukan main. Lalu ikut membantu para timsar.
1 jam berlalu dan semua yang ada disana benar-benar takut dan keadaan semakin tidak terkendali.
Semua nya saling menyalahkan sampai Mark datang menasehati mereka.
"KORBAN BERHASIL DITEMUKAN!!" Teriak salah satu anggota tim sar.
Membuat semua orang menatap penuh harap ke arah nya. Ternyata Heejin sudah ada di pinggir pantai bagian timur. Berlawanan dengan tempat liburan mereka.
Jeno mengusap air mata nya laku berlari menghampiri anggota timsar yang membopong Heejin.
"Beri dia nafas buatan." Tutur ketua tim.
Anggota tim itu mengangguk, tapi Jeno menghentikan nya dan dia langsung berjongkok untuk memberi nafas buatan.
Jeno terus berusaha sampai ada respon dari Heejin yang memuntahkan air. Semua yang ada disana bernafas lega karena Heejin selamat.
Jeno memeluk Heejin dengan erat. Sambil menangis.
"Maaf Hee, maaf. Maaf. Maaf. Maaf." Gumam Jeno masih sambil menangis.
Heejin segera dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapat pengobatan. Jeno jadi satu-satu nya yang ikut mendampingi Heejin.
Sedangkan yang lain masih berada di villa untuk mengambil semua barang mereka. Mark sudah menghubungi keluarga Heejin.
Selama di dalam mobil menuju rumah sakit, kata maaf tak pernah berhenti keluar dari mulut Jeno.
Setelah sampai di rumah sakit, Heejin segera dilarikan ke UGD mengingat dia sudah satu jam lamanya hilang.
Jeno dan tangisannya tidak berhenti juga. Di kursi tunggu, Jeno bahkan sampai menangis terisak.
"Jeno!" Panggil seseorang.
Jeno menoleh ada Ryujin dan Hyunjin disana. Mereka berdua menghampiri Jeno.
Jeno hanya menoleh sebentar lalu menunduk menahan tangis. Hyunjin menepuk bahu Ryujin. Ryujin faham, jadi gadis itu berjalan pelan dam duduk di sebelah kanan Jeno.
Lalu dengan sedikit ragu, Ryujin menarik tubuh Jeno ke pelukannya. Jeno menyandarkan kepalanya pada pundak Ryujin.
Hyunjin ikut duduk di sebelah kiri Jeno. Lalu mengelus punggung Jeno pelan. Setidaknya apa yang dilakukan oleh Ryujin dan Hyunjin dapat sedikit menenangkan Jeno.
Ryujin terenyuh merasa seberapa kencang tangisan yang Jeno tahan, karena pundaknya terasa basah dan badannya bergetar.
"Jen, sudah jangan menangis. Heejin akan baik-baik saja." Tutur Ryujin menenangkan.
"Heejin itu kuat Jen. Heejin pasti baik-baik saja." Sambung Hyunjin.
Tangisan Jeno malah semakin terasa. Ryujin mengeratkan pelukannya. Tapi Jeno tidak juga membalas pelukan Ryujin. Pria itu lebih memilih menautkan dua jemarinya dan meremasnya kuat.
Pintu ruang UGD terbuka. Jeno melepas pelukan Ryujin dan langsung menghampiri dokter yang keluar dari ruangan.
"Siapa wali nya?" Tanya dokter.
"Wali nya belum datang dok. Tapi dokter bisa katakan pada saya." Jawab Jeno.
"Kalau begitu ikut ke ruang saya." Ucap dokter itu lalu pergi dan Jeno mengikuti nya.
Tak lama pintu ruangan kembali terbuka dan para perawat membawa brankar Heejin ke ruang rawat inap.
Hyunjin dan Ryujin pun mengikuti nya dari belakang.
Jeno baru saja duduk saat dokter menjelaskan kondisi Heejin yang tidak terlalu parah. Tapi tetap harus dibantu alat bantu pernafasan karena sepertinya ada sekitar setengah jam Heejin menghirup air.
Jeno bernafas lega karena setidaknya Heejin dinyatakan baik-baik saja. Lalu dengan langkah lunglai, Jeno berjalan ke ruang rawat inap Heejin. Dokter juga memberitahu hal itu tadi.
Jeno membuka kamar inap Heejin, masih ada Ryujin dan Hyunjin. Jeno berjalan dam berhenti tepat di sebelah kepala Heejin.
Jeno mengelus kepala Heejin. Isakan kecil kembali keluar dari mulut Jeno. Rasa bersalah yang hinggap di dada pria itu, masih enggan untuk pergi.
Mata dengan bulu mata lentik itu mulai terbuka. Heejin sadar. Ryujin segera memanggil perawat. Jeno menatap Heejin dengan tatapan berbinar.
Perawat datang dan memeriksa keadaan Heejin.
"Jika besok dia bisa bernafas tanpa alat bantu, malamnya dia boleh pulang. Tapi kalau belum bisa maka pasien harus rawat inap lebih lama lagi." Tutur perawat sembari menyuntikan cairan pada kantung infus Heejin.
Heejin tersenyum pada Ryujin dan Hyunjin. Tapi gadis itu tak ada sedikit pun niatan memandang Jeno. Jeno sadar akan hal itu. Pria itu menunduk dan hendak pergi. Tapi Hyunjin mengehentikannya.
"Tetap di sisi Heejin." Bisik Hyunjin.
Jeno dengan sedikit ragu menghampiri Heejin. Dan duduk di bangku sebelah ranjang Heejin. Heejin masih acuh. Bahkan pandangan gadis itu entah terfokus kemana, yang penting tidak fokus pada Jeno.
Jeno bingung harus bicara apa.
"Aku kecewa Lee Jeno."
Jeno tersentak. Heejin bicara duluan. Tapi justru itu menjadi penyesalan bagi Jeno.
"Maaf Hee, maaf. Hubungan ku dengan Siyeon baru di mulai lagi seminggu yang lalu. Karena aku fikir kau tidak akan bisa membalas perasaanku Hee. Kau sendiri yang bilang tidak bisa mencintai sahabatmu."
"Aku belajar mencintai Siyeon. Tapi semua nya gagal karena hari ini aku sadar hanya mencintai mu. Maaf Hee. Maaf."
Air mata Heejin ikut turun. Terlebih melihat Jeno menangis didepannya. Andai saja Heejin tahu sudah seberapa banyak Jeno menangis untuknya.
"Kau sadar tidak Jen? Saat ini kau tengah mempermainkan dua perempuan sekaligus?" Tanya Heejin sarkas.
"Maaf Hee. Aku tau hubungan ku dan Siyeon itu salah."
"Bukan! Tapi hubunganmu lah dan Heejin yang salah." Teriak Siyeon yang ada di daun pintu.
"Siyeon benar Jen, sejak awal hubungan kita itu salah." Tutur Heejin lirih.
"Pergi Jen, aku lelah menjadi sahabatmu. Aku lelah harus sakit hati terus." Sambung Heejin lagi.
"Hee, kau menyuruhku pergi?" Tanya Jeno pelan.
"Aku melepasmu. Kau tidak perlu memikirkan kebahagiaanku atau apapun yang kau sebut tanggung jawab menjadi sahabatku. Kau bebas. Dan kita berakhir."
Jeno menggeleng tidak percaya. Bukan hanya Jeno, tapi semua yang ada di ruang an itu terkejut.
"Aku minta maaf Jeon Heejin." Ucap Jeno sebelum akhirnya pergi dari sana.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aku mau kasih spoiler dikit.
.
.
Happy ending😉