Author : Hanhyori
Genre : -
Type : Short Story
Main cast :
- Kim bum
- Kim so eun
Other cast :
- Jung il woo
- Kim sang joong
- Jinny Kim
- Kim sa ra
- Shim hae ri
- etc
@@@
" Bum-ah....." panggil dia dengan suara yang amat merdu di telinga.
Suara yang sangat aku suka seperti burung gereja yang bernyanyi di pagi hari. Dia wanita yang amat cantik, lembut dan sopan perkataan maupun perilakunya. Sebagai pria mantan playboy sepertiku, apa yang ada padanya tentu sangatlah menarik. Dia memiliki keindahan yang berbeda dan aku sangat menginginkannya.
" Iya, sayang "
" Hari ini aku mengecat kukuku, tapi ternyata aku tidak suka hasilnya, " ( cemberut )
" Bukankah kau menyukai warna merah? Mengapa di cat warna kuning? "
" Aku ingin coba " ( masih cemberut )
" Ya sudah, kan bisa dihilangkan. Mau aku bantu? "
Wanita itu mengangguk dengan senyum lembut. Ia beranjak mengambil tisu khusus yang sudah berisi cairan penghapus cat kuku lalu memberikannya kepada sang kekasih.
" Warna bening begini lebih cantik," ucap pria bernama Kim bum itu sambil membersihkannya.
Tuhan, bahkan jari jemarinya juga amat cantik dan halus. Betapa beruntungnya aku bisa memilikinya. Di usiaku yang ke 35 tahun, aku benar-benar ingin menikahinya, tapi......
Cuuupppp........ tiba-tiba wanita itu menciumnya sekilas tanpa ragu.
" Wae? "
" Sudah waktunya aku pulang. Aku akan membersihkannya dirumah "
" Kau baru datang 10 menit yang lalu, sudah mau pergi lagi?," Kim bum.
" Waktunya pria tampanku bekerja," tangan lembutnya kini mengelus pipi kanan Kim bum.
" Aku antar!," Kim bum.
" Tidak usah "
" Selama ini aku belum pernah ke rumahmu. Aku antar ya," Kim bum.
" Emmmmm........baiklah "
Yeess.........selama berbulan-bulan dia menjadi kekasihku, akhirnya dia mau juga aku antar pulang.
" Mengapa selama ini kau menolak ajakanku?," Kim bum.
" Belum saatnya "
" Wae?," Kim bum.
" Aku tidak punya rumah, hanya mengontrak disebuah komplek yang kecil. Kupikir kau tidak akan merasa nyaman meski hanya mengantar saja "
" Aku merasa aneh karena tidak tahu tempat tinggal kekasihku sendiri," Kim bum.
" Aku hanya seorang gadis biasa, Kim bum-ah "
Senyum indah itu sungguh membuat hatiku jadi lemah, lemah karena terkesima. Aku benar-benar tidak tahan untuk tidak menciumnya sehari saja.
Cuupppp..........
Kim bum bisa merasakan lidah wanitanya bermain di dalam mulutnya. Dia sudah pintar bertukar saliva sehingga menciptakan suara decakan yang begitu intim.
" Sudah makin pintar ya," goda Kim bum.
" Kau yang mulai," protesnya.
" Satu lagi, aku belum tahu namamu yang sebenarnya. Aku benar-benar kesulitan untuk mencari tahunya sendiri. Tolong katakan siapa namamu, sayang?," Kim bum.
" Cinta. Namaku Cinta "
" Aiishhhhh...........ingin aku terkam ya," Kim bum gemas.
" Tolong antarkan aku pulang. Aku akan memberitahumu nanti "
" Baiklah ," Kim bum.
" Mau menciumku lagi? "
Dengan senang hati Kim bum melakukannya lagi. Kulit wanita itu benar-benar halus dan membuatnya terlena. Ia sangat menyukai adegan cium-cium leher sehingga wanitanya bisa menutup mata seraya menikmati sentuhannya.
" Sayang, aku mencintaimu," Kim bum.
Cupppp......" Nado "
.
.
.
Kriiiiiiiiiinggggggggg.............( Alarm berbunyi )
Suara berisik yang amat dibenci selalu mengganggu segala moment. Sebenarnya ingin sekali menenggelamkan jam digital mahal itu, tapi itu tidak mungkin. Jam itu adalah pengganti omelan Manager Gong dipagi hari untuk kembali ke kehidupan real life-nya. Kurang lebih satu tahun ini semenjak dirinya pindah ke apartemen rasanya begitu berbeda. Lebih bebas dan menyegarkan. Orang-orang disekitarnya pun merasakan hal itu. Semua orang mengira dirinya tengah kasmaran. Sungguh keajaiban. Playboy bukanlah hobi yang selamanya menyenangkan, sekali-kali juga muak sampai berpikir semua wanita sama saja. Ada uang pasti luluh.
Ponsel berbunyi
" Hmmmm.....apa? " ( Kim bum dengan suara parau )
" Bangunlah! Kita ada rapat jam 8 "
" Belikan aku sarapan! " ( Kim bum )
" Harusnya ini tugas istrimu, makanya cepatlah menikah! "
" Aku tidak tahu harus mencari kemana " ( Kim bum )
" Katanya sudah punya kekasih? "
" Belum bisa aku ceritakan padamu " ( Kim bum )
" Apa kalian putus? "
" Aniyo, belum saatnya aku cerita " ( Kim bum )
" Ya sudah. Aku tunggu dikantor "
Kim bum menghembuskan nafas berat seraya mengumpulkan nyawa yang masih melayang-layang.
Istri.
Harusnya di umurnya yang genap 35 tahun ia sudah memilikinya. Tidak harus sih, tapi ia merasa benar-benar membutuhkannya. Kesibukan memaksanya butuh seseorang yang bisa memerhatikannya lebih, bukan orang suruhan tapi orang yang mencintainya dengan tulus.
" Seandainya kau ada disini, sayang," gumamnya lalu beranjak ke kamar mandi.
@@@
Shinhwa Capital
" Annyeong, Presedir "
" Dimana, Kim bum? Apakah dia sudah datang? "
" Belum, Presedir "
Seorang pria paruh baya melihat jam ditangannya sudah menunjukkan pukul 07.55. Mengapa sang putra belum juga datang?
Jadwal rapat penting akan segera di mulai dan peran utama di rapat ini belum juga muncul.
" Baiklah. Begitu Kim bum datang, suruh dia langsung masuk! "
" Baik, Presedir "
Banyak persiapan yang harus dilakukan Kim bum sebelum memimpin rapat sehingga membuatnya terlambat sekitar 3 menit. Ia juga harus mengisi perut jika tidak ingin mual saat bicara di depan semua orang. Kim bum memang tipe orang yang harus sarapan sebelum pergi bekerja. Ia akan mual saat berpikir di belakang meja kebesarannya. Meski hanya satu potong roti saja tidak masalah, pokoknya harus terisi. Akhir-akhir ini jadwal pekerjaannya makin padat dan sering pulang terlambat. Beban pikirannya bermacam-macam dan membuatnya stress. Ia mencoba mencari hiburan bersama sahabat sekaligus partner kerjanya, Jung il wo, maupun berkumpul liburan bersama keluarganya, tetapi semua itu tidak bisa membuatnya mengurangi depresinya. Saat itu sang ayah yang merupakan Presedir perusahaan harus istirahat setelah mengalami patah tulang kaki dan tangan akibat kecelakaan, sehingga semuanya dirinya lah yang harus menghandle. Kim bum pernah mengalami vertigo cukup lama hingga akhirnya ia memilih untuk hidup sendiri dengan membeli apartemen mewah di pusat kota Seoul. Kim bum butuh ketenangan tanpa ada oranglain yang mengganggunya saat pulang kerja. Keramaian adalah sesuatu yang menjengkelkan baginya.
" Setelah beberapa reset dilakukan, kurasa rencana ini yang paling tepat untuk kita laksanakan mengingat lokasinya yang cukup dekat dengan pusat kota. Waktu kita hanya 6 bulan untuk mempersiapkan semuanya. Kita mulai dari pendekatan dengan warga sekitar ," Kim bum.
" Aku setuju. Untuk rencana A, memang ada benarnya, tapi ini beresiko dengan respon negatif dari warga dan media," Il woo.
" Bagaimana dengan rencana kerja bersama VALE Company, Direktur? "
" Kita tetap melakukannya, mereka sudah biasa menangani tender besar pemerintah. Karena ini pertama kalinya untuk kita, tentu hal ini akan sangat membantu," Kim bum.
Rapat selesai dengan sebuah keputusan bulat. Kim bum akan mengajak perusahaan lokal untuk bekerjasama untuk mengerjakan proyek dari pemerintah. Saat ini pemerintah sedang galak-galaknya mengembang potensi wisata sebagai akibat mendunianya drama korea dan K-Pop. VALE Company sebagai salah satu perusahaan berpengaruh di Korea akan digaet Shinhwa untuk membantu mereka.
" Kau tak ingin ngobrol dengan ayah?," Sang joong.
" Baiklah "
Kim bum menurut dan ikut sang ayah ke ruangannya. Semenjak ia pindah ke apartemen, ia memang jarang ngobrol apalagi menghabiskan waktu dengan ayahnya. Ada rasa marah dan kecewa saat Sang joong melimpahkan semua beban perusahaan kepadanya, bahkan tugas yang seharusnya tidak ia kerjakan tiba-tiba menambah daftar tumpukan berkas di mejanya.
" Kau tak ingin pulang ke rumah?," Sang joon duduk di kursinya.
" Aku nyaman ditempatku sekarang," Kim bum.
" Aku dengar kau memiliki kekasih? Benarkah itu?," Sang joong.
" Siapa yang mengatakannya?," Kim bum.
" Jung il woo. Pak Choi juga menaruh curiga padamu," Sang joong.
" Berhenti mencari wanita untukku!," Kim bum.
Sang joong tersenyum sebentar.
" Siapa dia?," Sang joong.
" Aku belum bisa memberitahu siapapun," Kim bum.
" Kenapa? "
" Ini rahasiaku," Kim bum.
" Pak Choi mengatakan kalau kau sangat suka berdiam diri di apartemenmu. Apa kau tinggal bersamanya?," Sang joong.
" Silahkan ayah periksa sendiri apakah ada jejak wanita disana," Kim bum.
" Ayah hanya khawatir dengan kebiasaanmu bermain wanita," Sang joong.
" Apakah ayah memiliki bukti kalau aku kembali melakukannya?," Kim bum.
" Kim bum, putraku. Ayah serius. Sebelum ibumu meninggal, ada satu pesan yang belum ayah sampaikan padamu "
Kim bum diam.
" Ibumu ingin kau berhenti bermain-main lagi dan carilah seorang istri! "
" Aku sedang mencarinya, ayah," Kim bum.
" Ayah harap kau segera membawanya kerumah dan perkenalkan dia pada ayah," Sang joong berubah lebih lembut.
Ibu Kim bum, Lee il hwa, meninggal 2 tahun yang lalu karena sakit kanker. Dia adalah wanita yang terbaik dalam hidup Kim bum. Tak ada satupun wanita yang bisa membuatnya nyaman selain sang ibu. Selama ini wanita yang ia temui semuanya luluh dengan kesenangan semalam dan uang. Untungnya ia tak pernah sedikitpun menyentuh organ bawah intim mereka yang pasti bekas orang banyak. Membayangkannya saja membuat dirinya jijik. Sebagai pria yang sangat memerhatikan kerapian dan kebersihan, tentu hal ini membuatnya selektif dibalik topeng playboynya. Dulu.
" Kapan pihak VALE Company akan datang kemari?," Sang joong.
" Setelah jam makan siang," Kim bum.
" Baiklah. Semoga sukses. Ayah harus pergi ke rumah sakit untuk melakukan operasi buka pen di kaki," Sang joong.
Kim bum mengangguk.
***
" Nona Kim, ikut aku! "
" Kemana, Direktur? "
" Karena Sekretaris Han dan Manager Jang sedang cuti, maka aku minta kau menggantikan sementara. Kita harus pergi ke Shinhwa sekarang "
" A...a...apa? Baiklah, Direktur "
" Setengah jam lagi "
" Ne "
Seorang pegawai lain heboh menyuruh temannya untuk segera bersiap.
" Kau harus segera bersiap! Coba lihat riasanmu! "
" Apa aku harus berdandan berlebihan? "
" Bukan begitu....maksudku agar wajahmu terlihat segar saja "
" Aku hanya perlu mencatat jadwal agar tidak berbenturan dengan jadwal lain kan? "
" Benar, itu yang harus kau lakukan "
" Ouh....jinjja, mengapa bukan orang lain saja? Aku belum pernah menggantikan tugas Sekretaris Han "
" Ini salah satu kesempatanmu untuk menujukkan kualitasmu. Siapa tahu nanti kau akan dapat promosi darinya "
" Aku belum pernah masuk ke gedung Shinhwa. Bukankah perusahaan itu besar sekali ya "
" Ne, dan kau akan bertemu dengan pemimpin perusahaan itu nanti "
" Membuatku gugup saja "
" Kau tahu? Direkturnya terkenal tampan. Dia masih cukup muda dan good looking, sudah seperti aktor saja. Kau beruntung bisa melihatnya secara langsung "
" Kau ini bicara apa? Aku sedang bingung. Kau tahu sendiri Direktur Jang gampang ngomel "
" Sudahlah. Kau hanya memerhatikan jadwal dia saja dan mencatat jadwal baru "
" Baiklah "
***
Ceklekkkkk.....
" Annyeong "
Wajah cantik itu nongol lagi di depannya. Dengan membawa masakan yang enak, ia main masuk saja seperti tempat tinggalnya sendiri.
" Sudah makan siang, Bum-ah? "
" Belum. Sebenarnya aku sudah lapar sekali," Kim bum.
" Aku masak bulgogi pedas kesukaanmu "
Kekasihnya itu tengah menyiapkan makanan untuk dirinya.
" Jeongmal gomawo "
" Aku kan tidak bisa setiap hari datang, mengapa kau tidak mempekerjakan seseorang untuk memasak setiap hari? "
" Aku tidak suka orang lain ada ditempatku," Kim bum.
" Aku orang lain "
" Aniyo, kau kekasihku," Kim bum.
Wanita cantik itu tersenyum seraya menaruh makanan di meja makan.
" Habiskan ya! "
" Sayang, mengapa kau tak bisa terbuka padaku?," Kim bum.
" Maksudmu? "
" Dirimu, keluargamu, keseharianmu, " Kim bum.
" Akan ada waktunya nanti. Aku pasti akan datang dan membawamu ke rumah," jawabnya.
" Siapa namamu? ," Kim bum.
" Hm? "
" Tolong beritahu aku!," Kim bum.
" Kim ...... "
" Iya, Kim siapa?," Kim bum.
" Kim so eun "
Wanita itu akhirnya memberi jawaban setelah dua bulan menjadi kekasihnya. Kim bum tersenyum senang karena ternyata namanya begitu cantik.
" Benar itu namamu?," Kim bum.
" Ya sudah kalau tidak percaya " ( cemberut )
" Baiklah, aku percaya. Mulai hari ini aku akan memanggilmu Kim so eun ," Kim bum.
" Bukan 'sayang' lagi? "
Kim bum menatapnya dengan ekspresi yang tak terduga.
" Itulah mengapa aku tidak mau memberitahu siapa namaku. Kau akan berhenti memanggilku 'sayang' " ( cemberut )
" Astaga.....iya, sayang. Maafkan aku," Kim bum menepuk dahi seraya terkekeh.
.
.
.
.
.
" Bum......Kim bum.....bangun! Kya...... bangun! "
Mata Kim bum terbuka paksa dengan perasaan yang amat kesal. Ada saja yang mengganggu kesenangannya.
" Apa?," ucap Kim bum seraya merasakan pusing kepalanya.
" Kau tak makan siang? Sebentar lagi Direktur Jang seo yul akan kemari," Il woo.
" Aku tidak lapar," Kim bum.
" Kau hanya makan satu potong roti daritadi. Ini sushi untukmu!," Il woo menaruh makanan di meja.
Kim bum tak bersuara dan makan satu per satu sushi di depannya. Perutnya memang sudah perih karena belum makan. Padahal dirinya orang yang sangat suka makan, tapi mengapa akhir-akhir ini sudah jarang ia lakukan, malah sering lupa makan.
" Apa yang kau pikirkan? Bukankah kau sudah bahagia tinggal ditempatmu dan sudah punya kekasih?," Il woo.
" Kau bicara apa pada ayahku?," Kim bum.
" Karena dia tanya, ya aku jawab," Il woo.
" Kau kan tidak tahu siapa kekasihku," Kim bum.
" Ya yang jelas kau sudah punya, benarkan?," Il woo.
" .......... "
" Apakah dia cantik?," Il woo.
" Ne "
" Kau tidak mengencani wanita club lagi kan?," Il woo.
" Kau meragukanku?," Kim bum.
" Aniya, aku percaya. Aku hanya khawatir kau kambuh lagi," Il woo.
" .......... "
" Atau sebenarnya kau hanya pura-pura punya kekasih agar paman berhenti mencarikan calon istri untukmu?," Il woo.
" Dia yang membantuku keluar dari depresi," sahut Kim bum tidak terima dikatakan pura-pura.
" Aku tidak pernah melihatnya bahkan saat aku berkunjung ke apartemenmu," Il woo.
" Sampai kapan kau terus mendesakku?," Kim bum kembali makan.
" Kau takut akan ku rebut?," Il woo.
" Kau sudah putus dengan tunanganmu?," Kim bum.
" Aishh.....yang benar saja," desis Il woo.
Ponsel berbunyi
" Hmmm...... "
" Oppa, skincare-ku habis "
" Apa masalah skincare saja aku harus tahu? " ( Kim bum )
" Hehe.......maaf. Minggu depan rencananya aku pulang ke Korea "
" Libur? " ( Kim bum )
" Ne, sebulan "
" Ya sudah, pulanglah! "
" Oppa tidak memberiku uang transportasi? "
" Nanti saja. Aku akan mengurus semua tiketmu " ( Kim bum )
" Dasar kakak yang pelit. Bagaimana kabar ayah? Mengapa aku sulit menelponnya ya? "
" Dia gampang lupa dengan ponsel, terkadang tertinggal di rumah " ( Kim bum )
" Oppa masih belum kembali ke rumah kita? "
" Belum "
" Kasihan ayah sendirian. Mengapa Oppa setega itu? "
" Disana ada banyak orang yang akan membantunya. Aku butuh ketenangan " ( Kim bum )
" Aku harap kalian berdua tetap sehat. Jangan bekerja terlalu keras, Oppa! "
" Kalau tidak bekerja keras, siapa yang akan membiayaimu hidup disana heoh? " ( Kim bum )
" Ne, aku merasa bersalah dengan itu. Aku janji akan menyelesaikannya tepat waktu "
" Aku akan kembali bekerja " ( Kim bum )
" Baiklah, Oppa. Annyeong "
" Sudah lama sekali aku tidak melihat anak bandel itu," Il woo.
" Aku sudah kenyang," Kim bum.
" Uwahhh.......dua kotak kau habiskan sendiri? Hebat!," Il woo.
" Aku kelaparan. Apa ada berkas baru yang harus aku periksa?," Kim bum.
" Kau berharap ada lagi?," Il woo.
" Aku ingin cepat selesai," Kim bum.
" Sabar. Memangnya kalau semua ini selesai, kau ada rencana mau kemana?," Il woo.
" Tidur "
" Kau tidak bosan hanya tidur seharian di apartemen?," Il woo.
" Ani, aku sangat menyukainya," Kim bum.
" Membosankan," Il woo.
Sahabatnya itu tidak tahu jika dengan tidur Kim bum bisa bertemu dengan kekasih cantiknya. Memang aneh dan seringkali menjengkelkan tapi ini adalah kesenangan Kim bum. Ia bisa tidur sepanjang hari hanya untuk bertemu cintanya lebih lama.
" Sepertinya kau tidak ada waktu untuk bermalas-malasan tidur sepanjang hari kali ini," Il woo.
Itu adalah kenyataan yang membuatnya stress. Ia harus mencuri waktu untuk sekedar tidur satu dua jam untuk mengobati rindu dan melepas penat. Mencium cintanya adalah obat ampuh.
" Aku ambil materi dulu. Direktur Seo yul akan tiba sebentar lagi," Il woo.
.
.
.
.
.
.
Mimpi akan hilang saat kau mencapaiku
Masih merindukanmu dan berpikir bahwa kau akan datang
Masih berharap bahwa kita akan bertemu lagi suatu hari nanti di dunia ini
Akhir dari awal cinta adalah seperti demam parah
Aku berdiri di titik akhir awal itu
Seperti alarm yang sendirian di kegelapan
Murung, tak ada tujuan
Apapun yang kupikirkan, jawabannya masih tentang dirimu
Sebuah jawaban yang salah telah ditulis dalam hatiku
Itu masih ada meskipun aku mencoba untuk membuangnya
Tidak tahu ketika itu datang ke mimpiku
Meski aku berusaha sibuk seharian, tetapi senyummu selalu muncul dan menghantuiku
Aku membutuhkanmu
Aku ingin kau muncul dihadapanku
Aku ingin melihat wajahmu bukan mimpiku
Sayang, aku mencintaimu
Kumohon, tepati janjimu untuk datang padaku
.
.
.
.
" Mengapa kau memakai pakaian seperti itu?," Direktur Jang.
" Kenapa, Direktur? "
" Kurang sexy," Direktur Jang.
( Outfit So eun hari ini )
" Aku bukan Sekretaris Han yang suka dengan pakaian terbuka, Direktur. Aku tidak bisa memakai pakaian seperti itu "
" Itu akan menjadi nilai plus dan biasanya akan mendapat perhatian lebih dari partner kerja kita. Dengan kau yang berpakaian sexy, pemimpin perusahaan yang akan kita temui akan melakukan apapun untuk mencuri perhatianmu," Direktur Jang.
" Josonghamnida, Direktur. Aku tidak melakukan itu "
" Kau ini payah sekali. Mengapa aku mengajakmu?," keluhnya.
" Mungkin Hae ri bisa menggantikannya, Direktur "
" Dia tambah parah. Lihatlah cara berpakaiannya cupu sekali," Direktur Jang.
Wanita muda yang kini ada di sampingnya tampak menggerutu karena sang Direktur yang cerewet.
" Rokmu kurang pendek dan lingkaran lehermu kurang ke bawah," Direktur Jang.
" Aku sedang bekerja bukan menjual diri, Direktur. Aku juga punya harga diri "
" Kau berani membantahku? Kau tidak ingin perusahaan kita sukses?," Direktur Jang.
" Kita bisa sukses dengan mengandalkan skill bukan hal-hal semacam itu. Ini akan sangat memalukan, Direktur "
" Aku pusing mendengarmu bicara. Ayo cepat! "
***
Shinhwa Capital
Direktur Jang dan sekretaris penggantinya memasuki gedung besar dan mewah itu dengan mantap. Wanita cantik di belakang Direktur Jang itu berkali-kali berdecak kagum dengan isi gedung tersebut dan penampilan karyawan mereka yang amat rapi dan modis. Mereka terkenal profesional dan tentunya bukan orang-orang sembarangan yang bisa bekerja disana. Dulu, ia punya keinginan untuk melamar kerja di tempat ini, tapi nyalinya tidak cukup kuat untuk memenuhi persyaratan. Ia bukan dari keluarga yang berkecukupan.
" Annyeonghaseyo, Direktur Jang "
" Oh..... annyeonghaseyo "
" Mari ikut saya! Direktur Kim sudah menunggu "
.
.
.
.
Mengapa saat aku masuk ke tempat ini perasaanku jadi lain?
Aku seperti masuk ke ruang waktu yang begitu panjang
Aku tidak begitu mendengar pembicaraan atasanku meski dia ada di depanku
Telingaku seperti tersumbat dan pandangan seakan memburam
Apa yang terjadi padaku?
.
.
.
.
" Silahkan masuk! "
.
.
.
.
Tiba-tiba tanganku gemetar dan jantungku berdegub begitu kencang
Ya tuhan......apa aku sedang merasakan serangan jantung?
Perasaanku tidak karu-karuan
Segugup-gugupnya aku, tidak pernah sampai seperti ini
.
.
.
.
" Apa yang kau lakukan? Ayo..!," Direktur Jang membuyarkan lamunan memaksanya untuk cepat berjalan masuk ke sebuah ruangan.
" Direktur, Tuan Jang seo yul sudah datang "
Kim bum berbalik dari posisinya yang sedang membaca sebuah berkas menghadap ke cermin belakang mejanya. Ia tersenyum ramah dan berjabat tangan dengan partner kerja barunya, begitu pula Jung il woo.
Alangkah terkejutnya Kim bum saat melihat sosok cantik yang datang bersama Direktur Jang yang tengah tersenyum lembut menunduk hormat kepadanya dan juga beberapa orang yang ada di ruangan tersebut.
Apakah ini salah satu efek halusinasinya?
Ia masih terdiam dan terus menatapnya seperti orang syok sehingga ia lupa akan waktunya bekerja.
" Direktur.....," tegur Il woo yang tidak habis pikir mengapa Kim bum hanya diam saja.
" Aa....bolehkah saya duduk?," Direktur Jang.
" Silahkan!," Il woo.
Sedangkan wanita yang datang bersama Jang seo yul tampak bingung karena Kim bum terus menatapnya.
" Siapa namamu?," tanya Kim bum dengan suara berat membuat wanita itu terkejut.
" Kim....Kim so eun, imnida "
" Tidak mungkin," batin Kim bum.
To be continued.........