Assalamualaikum.. halo minna..
Thanks buat yang udah add cerita author ke library kalian .. Hontou ni Arigatou.. Gak papa kalo kalian gak mau vote.. mungkin emang cuman segini kemampuan Author buat memuaskan hasrat para fujodansi yang barang kali mampir..
soo.. ga usah banyak bacot lagi authornya..
Happy Reading..
...
"Hai.." ucap pemuda itu dengan senyum fake miliknya. Akira ingin protes tapi ia tak bisa.
"Pagi semuanya..." sapa profesor mereka yang baru saja memasuki kelas. Dengan pasrah Akira duduk dan menerima.
Kenapa aku tidak menyadari jika kami berada di kelas yang sama? Dan apa lagi ini? Bagaimana bisa kami jadi teman sebangku? Batin akira.
Namun bukan Akira namanya jika tak bisa melakukan apa pun dengan benar. Mengesampingkan masalah pribadi dan mengedepankan masa depannya tentu saja Ia bisa melewati semua rintangan ini.
...
"Shinomiya-san, bisa kah kau ikut aku ke kantor?" Panggil salah satu profesor, Akira tidak tahu di mana letak kesalahannya, Jadi ia hanya berpikir untuk mencari tahu dan menyelesaikannya.
Akira bergegas mengekor pada Yamada-sensei, pengajar kelas utamanya. Ia juga tak lupa untuk membantu profesor muda itu membawa buku pelajaran.
"Etto.. Shinomiya-san nee? Aku dengar kau salah satu dari peserta yang mendapatkan nilai terbaik saat seleksi. Aku tahu kau cukup jenius, Tapi Shinomiya-san, di mata kuliahku, Jika kau tidak mengikuti pelajaran dengan baik, aku takut itu akan merusak nilai mu."
"Jadi.."
"Jadi aku ingin kau bisa mengejar ketertinggalan di kelasku. Lebih baik jika kau meminjam catatan salah satu dari teman mu. Karena aku tidak mungkin akan menjelaskan dari awal lagi untuk mu. Apa kau tidak masalah, Shinomiya-san?"
"Tentu saja sensei.. aku akan meminjam dari mereka. Arigatou.. sudah memberitahunya. Sore jaa.. aku pergi sensei." Pamit akira sopan dan di angguki oleh Yamada-sensei.
Bagaiman caraku mendapatkannya? Pikir Akira yang tak terlalu akrab dalam bergaul. Jika saja ia sekelas dengan Yuki ia pasti akan lebih mudah belajar.
Akira menghela nafas kembali dan seseorang sengaja terkekeh saat melihatnya. "Kau butuh bantuan Akira?" Siapa lagi yang selalu mengusik batin Akira selain dia?
"Tidak. Aku tidak apa. Hanya berpikir tentang sesuatu yang tentunya Naoya-kun tidak perlu tahu." Ketus Akira masih menyisakan keengganan untuk manik elang itu.
"Kau yakin? Mungkin hanya aku yang bisa memberi apa yang kau inginkan. Tapi jika kau tidak butuh.. Baik.. Aku akan pergi." Balas Naoya dengan smirk di wajah tampan nya.
"Tunggu!!"
Aku akan mengutuk kebodohan ini Ya dewa..!! Sesal Akira.
Senyum Naoya mekar seutuhnya mengetahui Akira tidak bisa lepas dari genggaman nya begitu saja.
"Biarkan.. aku meminjamnya.." pinta Akira dengan ragu.
Naoya berjalan ke sisi Akira dan membisikkan sesuatu. "Bukan begitu caranya meminta bantuan, Akira."
Akira beringsut mundur dengan tangan mengepal erat. "Na..Naoya-kun.. bolehkah Aku meminjam catatannya?" Wajah Akira memerah, baru kali ini ia di perlakukan seperti anak kecil.
"Ppfft.."
"Tentu saja. Oh ya.. tapi.. Sebaiknya kau cepat menyelesaikan nya sebelum pekan depan, aku tidak akan menunggu selama itu." Ujar Naoya sebagai syarat.
"Lakukan sesukamu Naoya-kun." Akira mengambil buku dari tangan Naoya dengan sedikit menyentak. Sementara yang lainnya, hanya bisa tersenyum mendapat kesenangan baru.
...
Sudah tiga hari ini Akira terus menyalin catatan milik Naoya. Yuki yang selalu menemani saat istirahat selalu di buat kagum dengan itu. Akira sangat rajin belajar pikirnya yang tak tahu apa yang sebenarnya di lakukan oleh Akira.
"Kau tidak lelah Akira?" Tanya Yuki memakan makan siangnya di kantin kampus.
"Enn.." Akira menggeleng dan tersenyum. Bahkan kecepatan tangannya selalu konstan di lakukan saat itu. Seperti tak ada yang bisa memadamkan api semangat nya untuk belajar.
"Demo Akira.. Kau tetap harus makan siang. Dan juga kelas mu berikut nya akan tiba sebentar lagi. Lebih baik jika kau makan lebih dulu." Bujuk Yuki tak berhasil.
"Arigatou Yuki. Tapi aku masih kenyang. Aku akan baik-baik saja. Kalau begitu.. Aku akan kembali ke kelas segera. Sankyuu nee, sudah menemaniku. Sore jaa.. mata ashita..
Bener gak tuh bahasa jepang nya thor?? Gomen minna..
Di kelas Akira fokus mendengarkan materi yang di beri. Terlalu fokus, ia bahkan tak menyadari jika teman sebangkunya yang tak lain adalah manusia egois, Naoya, sedang meliriknya dengan seksama.
Omega yang menarik. Batinnya tanpa sadar.
Tunggu.. apa yang sudah ku lakukan? Aku harus membalaskan dendam ku, bukannya jatuh cinta pada pemuda ini. Lihat saja.. akan ku buat kau membayarnya. Berkali - kali lipat.
Urat wajah Akira kembali mengendur ketika sensei yang menjelaskan nya di depan mengakhiri kelas dengan lancar. Ini seharusnya jam terakhir dan ia bisa pulang tapi ia mengurungkan niat.
Lagipula, Kazusa tidak ada di rumah jadi ia tidak bisa bermanja dengan Alpha nya itu. Akan lebih baik jika ia menyelesaikan ini dengan segera, hingga ia tidak memiliki alasan lagi untuk bertemu sang pemilik.
Beruntung karena Alpha muda itu tak ada di kelas ini lagi. Ia. Hanya di temani sedikit angin sore yang menyejukkan. Jangan salah, ini masih musim dingin, jadi Akira merapatkan coat nya hingga rasa hangat kembali menyelimuti.
Akira tidak sadar ketika ia jatuh tertidur di atas meja nya. Yang ia lihat dan rasakan adalah wajah tampan dan feromon wangi dari Alpha nya. "Kazusa...-san.." gumam nya sampai akhirnya tertidur dalam gendongan pria itu.
Yang merasa di panggil hanya bisa tersenyum gemas dan mencuri ciuman singkat di bibir plum Mate nya yang entah kapan sudah masak ini.
"Aku mencintai mu Akira." Bisik pria itu.
"Anda sudah kembali Tuan?" Sambut seseorang dari balik pintu rumahnya. Itu adalah Eiji yang di minta untuk tetap tinggal di mansion mereka selagi Kazusa menjemput pujaan hati nya.
"Berhentilah memanggil ku 'Tuan. Kau bisa bersikap santai di luar kantor Eiji." Ungkap Kazusa dengan santai membaringkan Akira di ranjang king size tempat nya memadu kasih penuh gairah dan hasrat tak tertahan.
Tapi beberapa hari ini ia tak bisa melakukannya karena Akira selalu sibuk dengan pelajarannya dan saat Kazusa ingin mengajak nya bermain Akira sudah tertidur pulas di bawahnya. Rasanya, ia dan adik kecilnya ingin menangis karena tidak dapat bagian. Ingin memaksa tapi ia sadar, Akira sangat berharga dan tak ingin menyakitinya lebih jauh lagi.
...
"Nngghh.." Akira melenguh di bawah dada bidang Kazusa yang terlelap. Karena sensasi geli di sana, sang pemilik terbangun dan tersenyum cerah. Ini masih pagi tapi ia sudah melihat pemandangan indah di depan matanya.
Setidaknya ia masih bisa memeluk Akira sepuasnya di sana.
Sesekali ia akan menggesekkan milik nya dengan milik Akira. Tapi karena lelah terkadang Akira hanya akan melenguh sejenak mengerjakan matanya singkat dan mengecup bibir Kazusa dengan lembut lalu kembali tertidur. Rasanya seperti memiliki bayi besar yang super malas dan hanya ingin tidur sepanjang harinya.
"Akira.. bangun Akira.. Kau mau tidur sampai kapan? Akira??" Kazusa menepuk pelan pipi Akira yang tirus, bukan karena kurus, tapi sebagian memang karena keturunan dari ibunya, kata Haruto.
Tak mendapat jawaban, Kazusa mempunyai cara tersendiri untuk membangunkan puteri tidurnya.
Bibir yang mengatup dengan lucu itu di hisap hingga terbuka. Di raihnya milik lawan dan mengajak nya bertarung di pagi hari. Ini adalah morning kiss ala Fujiwara dalam membangunkan kekasihnya.
Merasa kekurangan oksigen untuk bernafas, Akira bangun dengan mata membelalak. Ia sedikit mendorong dada Kazusa yang tak tertutup dengan sehelai benang pun.
"Huff.. Haah.. Kazu...sa..-san.. Apa yang.. kau.. lakukan..?" Ia terengah dan segera menghirup apa yang di butuhkan sekarang. Matanya masih setengah terbuka dengan berkalung di leher Kazusa.
"Kau sangat manis Akira.." gemas Kazusa kembali merasakan buah miliknya. Wajah Akira memerah karena malu sekaligus karena ciuman itu sangat memanjakannya. Tak tinggal diam, ia membalasnya dengan tak kalah hebat dari Kazusa. Meskipun, tak sepenuhnya ia bisa mengimbangi permainan Kazusa.
"Yame..tte.. Kazu... (smoch.. Slurp).. Nnghh.." melihat Akira yang kelelahan di pagi hari membuat Kazusa berhenti. Ia mengusap mutiara bening di sudut mata itu.
"Gomen.." ucapnya mencumbu kelopak mata itu.
"Bisakah kita melakukannya untuk kali ini?" Rajuk Kazusa dengan sedikit nada merengek, meminta.
"Tidak Kazusa-san." Akira menolak dengan mentah. Kazusa seperti anak anjing yang tidak di ajak main pemiliknya. Ia lesu.. selesu-lesunya hingga Akira bisa melihat dua telinga lucu puppy yang lunglai.
Ia tidak tega tapi jika ia memberikan izin akan di pastikan, hari ini ia tidak akan bisa bangun lagi. Tapi jika ini terus berlanjut, ia takut jika Kazusa akan berpaling darinya.
"Akhir pekan nee.. Hmm..??.. kita akan melakukannya Kazusa-san. Aku berjanji. Apakah Kazusa-san bisa bersabar hingga saat itu?" Ucap Akira sedikit malu. Bagaimana pun ia seperti mengizinkan Kazusa untuk memperko..ups.. memuaskannya.
Layaknya anak kecil, Kazusa kembali bersemangat, Akira bahkan bisa melihat kibasan ekor di belakang Kazusa.
Cho kawaii
...
"Ittekimasu.." lambai Akira pada sosok di dalam mobil yang tak lain dan tak bukan adalah Kazusa. Ia kembali bersemangat setelah di berikan vitamin tambahan di sela jadwal kuliah nya yang sibuk.
Begitu memasuki gerbang ia sudah di sambut hangat oleh sahabat terbaiknya yakni Yuki. Bagaikan langit dan bumi.. Akira dan Yuki seperti dua sosok yang berlawanan, dalam hal popularitas.
Lihat saja bagaimana para mahasiswi seolah terpikat dengan ketampanan yang haqiqi tersebut. Hanya Akira saja yang tak tahu tapi, sebenarnya, Akira juga cukup di kagumi oleh gadis lainnya. Lihat, wajahnya yang mungil seputih porselen dan seindah giok. Itu menyihir mata siapapun, bahkan mereka tidak tahu jika pria idaman nomor satu mereka juga sudah terpikat oleh Akira.
Hanya saja..
"Nee Yuki. Aku ke kelas lebih dulu nee? Aku harus mengerjakan sesuatu.. Jaa mata nee.. " Yuki ingin mengatakan sesuatu yang penting. Tapi Akira sudah lebih dulu menghilang.
...
"Yoo ..Akira-kun. Bagaimana dengan catatan ku? Apa kau sudah selesai menyalinnya?"
"Ini bahkan baru tiga hari. Apa kau tidak bersabar sedikit lagi Naoya-kun?" Kesal Akira hingga urat kekesalan nya muncul. Tapi Akira berusaha untuk menahannya. Bagaimana pun, hanya Naoya yang bisa di minta catatan nya dengan materi yang memuaskan.
"Apa kau sakit?" Tiada angin tiada hujan, Naoya menyentuh kening Akira tanpa permisi.
Pats..
Akira merasakan jantungnya berdetak kencang. Sejujur nya Ia masih trauma dengan sentuhan Naoya. Baginya, Itu seperti mimpi buruk Akira selama hidup.Bayangkan saja, mana ada seseorang yang langsung mencium mu saat pertama kali bertemu, kecuali keduanya sudah di takdirkan untuk terikat.
"Sawaranaide kudasai." Pinta Akira memalingkan wajah, menetralkan dekat jantung yang kiat cepat.
Siapa yang tidak terkejut dengan sikap keduanya, tak ayal teman satu kelas memandang ke arah mereka.
Onegaisimasu.. minaide kudasai. Yuki..!!
Grab..
"Akira.. iku yo.." Ujar pemuda itu menarik Akira dari sana.
"Nn.. Naoya-kun apa yang kau lakukan?" Akira menepis tangan yang menyeretnya itu.
Itu membuatku takut.
"Apa kau tidak bisa melihat? Bukan nya kau ingin pergi dari situ? Dan aku juga.. tidak mau semua orang berpikir buruk tentang ku, hanya karena omega lemah sepertimu." Naoya memalingkan wajahnya sesaat.
Apa ini? Tenanglah.. ore no shinsou..
...
Gruyuk..
"Ehn.." Akira menyentuh perutnya yang terasa lapar. Ia tidak menyangka jika catatan ini akan sepanjang jalan tol. Ini bahkan sudah beberapa hati tapi ia belum juga menyudahi salinan nya. Tapi jangan khawatir. Itu hanya bersisa beberapa lembar lagi, ia pasti bisa menyelesaikannya.
Akira melirik pergelangan kiri nya. Jam tangan seharga ratusan dollar melingkar di sana. Siapa lagi jika bukan Kazusa yang memaksa Akira menerimanya.
Drttt.. Drtt.. Drtt..
"Nee.. Chotto matte-o Kazusa-san.. suguni ikimasu.." Baru saja di bicarakan dan Alpha tampan itu sudah datang menjemput Akira di depan gerbang. Tak membuang waktu lagi ia segera bergegas menuju sang pria.
Namun, seperti kata pepatah, sesuatu yang berlebihan itu tidak baik sama sekali. Seperti apa yang baru saja terjadi pada Akira.
"Yoo.. Akira.. lama tidak bertemu.." ucap pria tinggi itu dengan cengiran di wajah tampannya.
"Ka.. Kabakura... senpai..?" Akira mundur dua langkah saat menyadari tak ada siapapun dan dia, yang di depannya.
"Puft.. Ada apa dengan wajahmu? Kau tidak suka bertemu denganku?" Senpai itu memajukan dua langkah juga.
Badump.. Badumpp.. Badump..
Tidak.. Tidak mungkin. Bagaimana Kabakura-senpai ada disini?
"Kau pasti bertanya-tanya kenapa aku bisa ada di sini. Ya kan? Apa Yuki tidak memberitahu mu? Shitsureidesu ne.. Kita bahkan berada di kelas yang sama."
"U..Uso desu ne? Chikadzukanaide!" Tanpa sadar Akira sudah berteriak ketakutan.
"Seperti dugaan ku.. Feromon mu memang yang termanis." Pria itu mencium feromon Akira dan menyunggingkan smirknya.
"Akira.." Panggil seseorang dari belakangnya dan menarik dirinya mundur lebih jauh dan menutupi Akira dari pandangan Alpha asing itu.
Asing.. Mungkin bukan kata yang tepat untuk Akira dan Kabakura Tooru.
"Kau masih sama seperti dulu. Selalu mempunyai pelindung. Kulihat kini bertambah satu lagi." Kekeh Kabakura menyulut emosi pemuda di depan Akira.
"Naoya-kun. Iku yo nee..??" Tarik Akira dengan tangan bergetar.
Naoya melirik sekilas ketakutan di wajah Akira yang mendalam.
Apa hubungan pria ini dan Akira?
Sementara itu Akira dalam hati terus meramalkan nama Kazusa seperti sebuah mantera. Bagaimana Tidak? Kedua feromon alpha dari keduanya membuat kepala Akira pusing. Ia butuh Alphanyà saat ini, jika tidak..
Huff...
Haa..
Ahhnn..
Ngghh..
Dalam sekejab kaki yang semula tegak menopang seluruh massa tubuhnya, melemah.
"Akira.. Ada apa?" Tanya Naoya sedikit panik. Ia mencium aroma manis berasal dari Akira. Ia hampir kehilangan akal sehatnya karena feromon itu.
Pats..
"Menjauhlah..!!!"
Kenapa.. Kenapa.. Kenapa harus sekarang? Kenapa semua terjadi di saat aku sudah nyaman dengan semua yang ku jalani selama ini? Kenapa dia harus datang? Aku ingin Kazusa-san. Hanya Kazusa-san..
"Kazusa-san..!!!!" Teriak Akira memanggil Aplhanya.
Spread..
"Aku disini Akira, jangan takut." Tubuh Akira berpindah tangan dalam pelukan Kazusa.
"Akira-kun kau baik-baik saja?" Eiji datang dengan mantel coat panjangnya.
"Ei..Ji-san.. Aku ingin pergi..dari sini.." lirih Akira dalam pelukan Kazusa.
"Pergi dan bawa Akira bersamamu Eiji!" Kazusa entah mengapa melepaskan coat hitam miliknya dan memakai kan pada Akira.
"Dari satu Pria ke pria lain.. Kau memang luar biasa Akira." Tatap Kabakura dengan remeh.
"Damare!!!" Bentak Kazusa membuat Akira tersentak, tapi kemudian ia memberikan feromon menenangkan untuk pemuda itu.
"Pergi lah.." perintah Kazusa dengan dingin namun tegas.
Eiji yang ber notabene sebagai Beta, sama sekali tak terpengaruh oleh feromon Akira, jadi ia bisa dengan tenang membawa Akira menjauh ke mobil.
Di dalam sana, Akira dengan rakus menghirup aroma Kazusa yang tertinggal. Heat nya datang di saat seperti ini, beruntung Kazusa menemukannya, jika tidak..
Ngghh..
Hhnn..
Aahhnn...
Haa...
Enghh..
Eiji yang melihat dan mendengar pemandangan di kursi belakang segera keluar. Ia mengunci Akira sebelum feromon kuat miliknya mengundang para Alpha buas di luar sana.
Ia bisa membantu meringankan heat Akira, tapi siapa yang berani menyentuh milik Fujiwara tanpa persetujuan pasti akan mendapatkan akhir yang mengenaskan.
Kembali ke tempat Kazusa.
Damare..!!
Feromon kuat Kazusa mengalir pekat di udara senja yang menggelap. Seolah alam pun tahu jika Akira hanya milik Kazusa seorang dan pantas di perjuangkan.
Dua dari mereka menatap kemarahan Kazusa dengan cara yang berbeda.
Ada yang menatap dengan dingin dan datar namun terdiam, dan ada juga yang menatap dengan penuh ejekan di matanya.
"Puft.. pwuahahaha."
"Yaakk.. diamlah. Apa yang kau tertawakan." Geram Naoya kelamaan mendengar tawa Kabakura.
"Haah... hanya saja itu sangat menyenangkan saat melihat Akira seperti itu."
Buagh..
Pukulan keras di dapat Kabakura dari mulutnya. "Hei..!!! Apa yang kau lakukan? Tcuih.." Kabakura memuntahkan saliva bercampur rasa amis di dalamnya. Siapa yang menyuruh mulut kasar mu untuk berkoar?
"Kau pantas mendapatkannya." Tatap Kazusa tajam. Aura di sekitarnya sama gelapnya dengan langit malam tanpa bintang. Bahkan Naoya yang waras bisa merasakan aura intimidasi yang sangat kuat. Jadi karena ia masih memiliki akal sehat, ia lebih memilih mundur dan tak berurusan lebih jauh. Tapi bukan berarti ia mundur atau lari ataupun yang lain, hanya menyaksikan Kazusa memberikan feromon menyesakkan untuk Alpha muda seperti Kabakura.
"Lakukan lagi dan aku tidak akan membiarkan mu serta keluargamu hidup dengan aman dan tenang." Ancam Kazusa tak membuang tenaga lebih banyak. Ia yakin pukulan tadi masih menyisakan rasa sakit yang teramat di wajah pucat itu.
"Tunggu.. bagaimana keadaan Akira..??" Naoya mengejar.
Kazusa mendecih, "Kau bertanya tentang Akira? Bukankah kau sangat ingin membuatnya menderita? Kau pikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan pada Akira beberapa hari ini? Karena mu aku tidak bisa bekerja dengan tenang. Jika kau tidak ingin menyakiti Akira maka menjauhlah." Ucap Kazusa pada Naoya.
Itu benar.. kenapa aku harus khawatir pada bocah itu? Ini bukan urusanku.. harusnya aku senang. Tapi kenapa hatiku merasa tidak puas?
"Jika aku masih melihat kalian menganggu Akira sekali lagi.. Dipastikan tidak ada masa depan cerah yang menanti mu. Camkan ini baik-baik." Ancam Kazusa masih dengan nada datarnya.
"..." seketika angin dingin yang berasal dari Kazusa membekukan keduanya untuk sesaat.
...
Clack.. Boom..
"Eiji kita. Pulang sekarang. Akira.." Sentuh Kazusa sedikit dan langsung membuat Akira menggelinjang tak karuan.
"Huff.. Kazusa.. -san.. Hnn.. panas.. Aku.. Aku ingin ini.." Sentuh Akira di tempat yang sudah setinggi gunung everest..
"Hnn.. " Kazusa tersentak saat Akira meremas kuat miliknya.
"Kau harus bertanggung jawab Akira." Ucap Kazusa menunjukkan kejantannya yang sudah berdiri sempurna.
Waa.. ... Astaghfirullah..
Milik Kazusa begitu besar dan panjang. Akira termenung sejenak sebelum..
Kiss..
Devour..
Slurp..
Hnn
Kazusa tak bisa menahan desahan lemah nya saat Akira melahap milik nya yang besar. Mulut kecil itu terlihat kesulitan untuk memasukkan setengah nya.
"Akira..Hnn.."
"Kazusa-san.. kau baik-baik saja?" Tanya Eiji harus bersuara.
"Tidak apa. Cepatlah Eiji.." pinta Kazusa tak tahan lagi. Lidah Akira benar-benar mampu memanjakan adik kecilnya hingga keluar..
Squirt..
Gulp..
"Hei Akira.. jangan menelannya.. keluarkan itu.." Kazusa geli sendiri membayangkan Akira menelan cairan spermanya.
Tapi itu bodoh karena apa yang di carinya sudah hilang.
"Heh.. " senyum Akira dengan ekspresi wajah yang sungguh erotis.
"Mo dame da.."
Push..
Enngghh..
Mpphh..
Lift..
Clack..
Rummage..
...
Haahh...
Enghh...
Nhhnn..
Huff..
Hic..
Flop..
Splurt..
Smochh..
"Kazusa-san.. hic.." Akira bergerak maju mundur saat Kazusa memasuki dirinya dengan dalam. Ia bisa merasakan milik Kazusa semakin besar dan besar di dalamnya dan siap untuk meledak kapan saja. Saat itu terjadi? Akira tidak akan sadar apa yang sudah di lakukan nya malam ini.
"Hhnn.. Kazu..sa-san.. A soko.. keluarkahhnnn... akh..."
"Bersama.. kita akan.. melakukannya bersama... Akira..."
Splurt...
Flowing...
"Hahh.. Mpphh.. Nnhh." Akira benar-benar akan mati lemas jika kali ini Kazusa terus menghantam nya. Kini bahkan Akira di buat tak berkutik di bawah Kazusa. Ruangan yang tadinya beraroma maskulin dan segar berubah menjadi aroma bercampur feromon keduanya yang memabukkan.
Merasa puas, Kazusa menarik Akira dalam dekapan nya dan menyelimuti dengan lembut. Akira sudah jatuh ke alam mimpi lebih dulu karena lelah. Haruskah Kazusa berterima kasih karena heat Akira datang karena kedua pemuda tadi?
Sudah cukup. Aku memiliki mu, dan akan selamanya begitu. Aku mencintaimu.. Akira.
Seolah tahu, Akira sedikit melenguh dengan menggesekkan kepalanya ke dada bidang Kazusa. Dengan gemas Kazusa mencium dahi pemuda itu dan kembali mengeratkan pelukannya.
Mimpi indah Akira. Bisik Kazusa di telinga Akira.
...
Pagi datang dan membangunkan sang pria, tanpa niat membangunkan sang kekasih ia memilih untuk membersihkan diri lebih dulu dan menyiapkan sarapan yang istimewa untuk nya.
Namun suasana hati yang tadinya ceria berubah sedingin salju di luar jendela. "Akira.. Bangunlah.. aku sudah menyiapkan sarapan kita.. Akira...?" Di sibaknya selimut putih tebal itu hingga menampakkan sosok yang bergelung di bawahnya. Akira meringkuk seperti bola dengan tangan memegangi bagian perutnya sembari merintih bergumam tak jelas.
"Kazu..sa..san.." lirih Akira dengan keringat dingin di sekujur wajahnya.
"Akira..? Akira?! Bangunlah.. Ada apa?" paniknya mendudukkan Akira di atas pangkuannya.
"Sa... Sakit.. Kazusa...-san.." tanpa sadar bahkan sudut mata yang terbuka perlahan itu menitihkan air matanya.
"Tunggu aku.. Aku akan memanggilkan dokter.. tahan sebentar lagi.. nee?" panik Kazusa mencari poselnya. Tapi sebuah cekalan lemah berhasil menghentikannya.
"Tidak.. Jangan pergi Kazusa..san.. tetaplah bersamaku.. kumohon.. Aakhh.." ringis Akira merasakan perutnya seperti tertusuk pedang. Siapa yang tega meninggalkan Akira sendiri saat ini, Kazusa bahkan ingin mendekap pemuda itu selalu, tapi bagaimanapun, Akira membutuhkan dokter untuk sekarang.
Knock.. Knock..
"Kazusa-san... Anda di dalam?" Tanya sebuah suara dari luar.
"Ah.. Yokatta.. Eiji.. kau disana? kemarilah..!!" Perintah Kazusa tegas. Pintu itu terbuka menampakkan ekspresi terkejut dari Eiji.
"Apa yang terjadi dengan Akira-kun Kazusa-san?!" Lihat.. Siapa yang bisa mengabaikan Akira? Tidak ada, seolah Akira adalah pusat dunia mereka bahkan semua jadi perhatian pada omega pria ini.
"Panggilkan Arima.. Cepat..!!" pinta Kazusa dengan tegas.
...
Thankyou
3 Juli 2020