Apa yang terjadi dengannya?
[Choi Yeonjun]
Oneshot
ㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ
Hari itu tidak seperti biasanya. Entah mengapa. Sejak pukul tujuh pagi, Yeonjun enggan untuk sekedar berberes kamarnya sendiri. Padahal biasanya ia selalu merasa risih jika bungkus snack yang ia makan semalam masih ada, bahkan mencuat di tempat sampah sudut kamarnya.
Tok tok!
"Hyung, bolehkah aku masuk?" tanya seseorang dengan suara parau dari balik pintu.
Yeonjun baru menoleh setelah suara itu selesai diucapkan. Beomgyu, suara Beomgyu, pikirnya. Dirinya sangat malas untuk bangkit dari kasur dan membuka kunci pintu. Ugh.
"Hyung?"
"Hyung, kau ada di dalam? Aku.. aku kebelet," pinta Beomgyu lagi dengan nada memelas.
Mata Yeonjun berkedip beberapa kali, mencoba untuk mencari kesadaran. Segera mungkin ia bangkit dan berniat untuk membuka pintu.
Orang yang berada di luar itu tersenyum sumringah karena mendengar suara langkah kaki dari dalam, pertanda pintu di hadapannya akan dibuka.
"Siapa?"
"H —hah? Aku Beomgyu. Choi Beomgyu. Kau tidak mengenali suaraku?" jawab Beomgyu.
"Oh.."
Apa sih, Yeonjun.
Yeonjun membukakan pintu. Ia melihat wajah Beomgyu yang bersungut-sungut. Tak lama, ia memaksa masuk dan berlari kecil ke arah kamar mandi yang terletak di pojok kamar hyungnya itu.
Yeonjun menarik nafas dan membuangnya dengan kasar. "Tolong bersihkan dengan benar," pekiknya.
Beomgyu tidak membalas, hanya terdengar suara gemericik air dari sana.
Bahkan dia tidak malu untuk menyembunyikan suara itu! tukas Yeonjun dalam hati.
Yeonjun memutuskan untuk berbaring lagi dan memeluk gumpalan selimutnya dengan nyaman.
Usai memakai kamar mandi, Beomgyu keluar. Ia menyinggung senyum. "He, terima kasih, hyung. Aku sudah membersihkannya dengan saaaangat baik."
"Ya, ya. Pergilah. Aku mau tidur," usir Yeonjun.
Beomgyu cemberut dan segera meninggalkan kamar itu tanpa menutup pintu.
Rahang Yeonjun menegang.
"CHOI BEOMGYU, TUTUP PINTUNYAA!"
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ
.
.
.
Siang hari..
"Hyung! Hyung!" panggil Kai ketika melihat Soobin sedang berkutat dengan makanannya di dapur.
"Hm?"
"Yeonjun hyung kok tidak mau keluar dari kamar, ya?"
Soobin menoleh sembari mengoleskan selai di rotinya. "Tumben sekali, apa dia sakit?"
"Uh.. aku tidak tahu." Kai menjawab lagi, "tapi tadi kulihat dia membentak Taehyun dari balik pintu."
"Mem.. bentak?" Soobin mengerutkan alis.
"Iya. Padahal Taehyun hanya meminta headsetnya yang tak sengaja tertinggal di kamar Yeonjun hyung."
"Serius? Anak itu punya masalah?" tanya Soobin retorik. "Aku akan memeriksanya, jangan khawatir."ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ
.
.
.
Yeonjun melihat jendela sembari berbaring.
Serius, ia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya sekarang. Mungkin.. ini yang dirasakan teman-teman perempuannya semasa sekolah dulu ketika sedang badmood?
Hm, Yeonjun jadi ingat dulu ia pernah dipukul karena sering bertanya kondisi temannya ketika sedang haid. Bodoh sekali.
Yeonjun menutup matanya dengan lengannya. Rasanya aneh, ia baru kali ini merasakan malas berlebihan. Apa karena suhu sedang dingin, jadi ia malas dan sensitif?
"Hyung.." panggil seseorang —yang entah telah keberapa, tiba-tiba dari balik pintu.
Tunggu, ini Soobin.
"Ya?"
"Bolehkah aku masuk?"
"Tidak."
"Baiklah."
Hening..
"Aku merasa bersalah dengan semuanya," ucap Yeonjun setelah sadar dengan apa yang ia lakukan sejak pagi.
ㅤ
ㅤ
Brak!
"HAH!" pekik Yeonjun kaget sampai terduduk.
Soobin yang masuk dari jendela balkon tersenyum.
"Sudah kuduga, jendela tidak kau kunci!"
Yeonjun menata kembali dirinya yang sempat kaget. "Kalau tidak ada keperluan penting, lebih baik kau keluar."
Soobin duduk di pinggiran kasur sembari memainkan kakinya. "Tidak ada keperluan penting sih, tapi serius.. kau membiarkan aku keluar?" godanya.
"Aku serius. Jangan bermain-main denganku saat ini."
"Wow.."
"..."
"Aku akan memukulmu dengan bantal." Soobin meraih bantal dan mengangkatnya ke udara.
"Bin.. tolong biarkan aku sendiri."
"Baik.. baik.. setelah ini?" Soobin memukul pelan wajah Yeonjun dengan bantal itu.
"CHOI SOOBIN, PERHATIKAN SIKAPMU!" Mau tak mau, Yeonjun bangun dan menghampiri Soobin yang sudah berada di pojok kamar, mengejek dirinya.
Soobin tertawa melihat wajah Yeonjun yang kesal.
"Kemarikan bantalku!"
"Kau bahkan tidak lebih tinggi dariku, Choi Yeonjun," ejek Soobin lagi dan ia mengangkat bantal itu setinggi dua meter lebih.
Yeonjun membelalakkan matanya, tidak percaya Soobin sangat mahir membuatnya kesal.
"Bantalku! Bantalku!"
Yeonjun yang sudah merah padam mencoba meraih bantal itu dengan menarik tangan kanan Soobin.
Hup!
Soobin melingkarkan tangan kirinya ke punggung Yeonjun dan itu membuat yang lebih pendek terkejut. Saat lengah seperti itu, Soobin mengunci tubuh Yeonjun dengan tangan kanannya. Bersamaan dengan bantal, Yeonjun sudah terjebak sempurna dalam pelukan Soobin.
"Lepas!"
"Diamlah."
Yeonjun terdiam. Entah mengapa amarahnya meredup. Ia sering memeluk Soobin, tetapi tidak pernah sekali pun ia dipeluk olehnya. Rasanya.. lebih nyaman dibanding menggeliat sehabis tidur. Ia kemudian menyenderkan kepalanya di bahu Soobin.
"Hah.."
Soobin menunduk. "Ayo, kupindahkan hyung di kasur."
Soobin melepas pelukannya dan Yeonjun menyayangkan itu. Mereka berjalan ke arah kasur dan duduk di pinggirnya.
"Hyung kenapa?" tanya Soobin dengan lembut.
Pikiran Yeonjun bercabang. Di sisi lain ia tidak tahu harus menjawab apa, ia juga berpikir apakah ia boleh meminta pelukan itu lagi pada Soobin. Namun yang ia lakukan hanya menghela nafas berat.
"Tidak apa kalau tidak bisa cerita."
"Aku tidak tahu.."
"Hm?" Soobin berdeham.
"Aku serius.. tidak tahu aku ini kenapa, Bin."
Soobin mengulum senyum, menampilkan lesung pipinya yang dalam. "Baik.."
Yeonjun menoleh. "Aku merasa bersalah sebetulnya. Tadi aku berteriak pada Beomgyu, aku juga membentak Taehyun, lalu kau.."
"Tidak apa-apa. Mereka memaafkanmu."
Yeonjun bersungut. "Tahu dari mana?"
"Ya, nanti kalau kau minta maaf," jawab Soobin.
"Betul.."
Hening lagi..
Yeonjun melirik ke sembarang arah. Duh, ia ingin pelukan Soobin lagi. Namun, ia terlalu gengsi untuk memintanya lagi.
"Sudah lah. Aku mau tidur." Akhirnya, hanya kalimat itu yang terlontar dari mulut Yeonjun.
"Ah, iya.." Soobin segera bangkit dari duduknya. Ah, tidak, pekik Yeonjun dalam hati.
"Hyung, aku minta maaf. Aku hanya ingin menghiburmu saja." Soobin melanjutkan sembari berpikir, "Kalau mau, keluar lah.. nanti aku panggang roti isi. Bagaimana?"
Yeonjun tidak menjawab apa-apa. Ia malah menarik bantal yang sedari tadi berada di sampingnya dan memeluknya.
Serius, Choi Yeonjun. Kau memberikan kode?
"Em.." Yeonjun bersuara.
"Dah, hyung." Soobin berbalik mengunci pintu jendela dan berniat keluar dari pintu.
"Tunggu, Soobinnie."
Soobin menoleh.
"Tidak jadi."
"Hyung.. kalau kau butuh sesuatu bilang saja." Bingo! Bravo! Itu dia.
"A.. aku.."
"..."
"Aku butuh peluk sekali lagi."
"..."
"..."
Soobin terkekeh. Kena, kau.
"Aku baru saja ingin menawarimu karena sepertinya kau menikmatinya."
Yeonjun tersenyum kikuk.
"Akhirnya kau tersenyum, hyung! Bagus!" kata Soobin. Ia berdiri dan menghampiri Yeonjun.
"Aku siap memberikanmu tidak hanya sekali."
"..setiap hari?" pinta Yeonjun.
"Tentu saja." Soobin tersenyum.
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ
.
.
.
.
.
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ
Akhirnya, aku membuat fanfiksi TXT!
Halo, ini Jaz. Salam kenal, yaa. Maaf kalau aku gak bagus bikin salam perkenalan. Hehe..