IDV Oneshot

By otakusparkle

15.1K 435 1.3K

Judul sudah mengatakan jadi tidak perlu saia jelaskan lagi More

Announcement (REQUEST PAGE)
Hard to Believe
#StayAtHome The Series (Eli Clark)
#StayAtHome The Series (Naib Subedar)
#StayAtHome The Series (Aesop Carl)
#StayAtHome The Series (Norton Campbell)
Cotton Candy
Behind The Closed Door
I'm Here
Temptation
Past
スイッチ
Light Up
Just for A day
Useless
Heat
Final Judgement
#R A N D O M P A G E#
Private Meeting
Picture Perfect
Moonlight
💮Fluff Headcanon (Team ANNE)
💮🔞 NSFW Headcanon (Team ANNE)
Interaction 💬
You Are My Oshi
🎂HAPPY BIRTHDAY NORTON
Under The Cherry Blossom Tree
💮Team MANNEWG & VALE As Otome Character headcanon
Thank you
💮 Team MANNEWG & VALE with Modern World S/O Headcanon
Behind The Screen
#RANDOM PAGE EDISI REVIEW CAFE#
🎂HAPPY BIRTHDAY AESOP
A Mercenary's Soft Side
Classical Reason
💮 Team MANNEWG & VALE as Idols Headcanon
Other Side
💮 Team MANNEWG and VALE as Highschool Student Headcanon
💮Hunters as Highschool Teacher Headcanon
#Random Page Edisi Give Away 100 Followers#
🎂HAPPY BIRTHDAY NAIB
💮Team MANNEWG & VALE as Vtuber
Hand in Hand
Rubrum Papilio
Pretty woMAN
🎂HAPPY BIRTHDAY ELI
🎂HAPPY BIRTHDAY ELI
MAIDAY

Red

489 9 60
By otakusparkle

Pairing : Aesop x Victor
Request by akira3626
Note :
- Saia pake skin Aesop "Exorcist" sama Victor "The Embrace"
- Vampire!AU
-⚠️ Slight NSFW ⚠️
- OOC

Happy Reading ~

Hanya kegelapan yang menyelimuti reruntuhan kastil tua itu. Hanya angin musim dingin yang melintas dan kelelawar yang berterbangan. Hitam pekat, itulah yang pertama kali akan orang-orang katakan saat melihat kastil yang dulunya besar dan megah itu. Kastil Grantz.
Rumor yang beredar, kastil itu adalah kastil milik vampir. Mereka akan memburu orang-orang pada malam hari, dan membunuh mangsa mereka tanpa ampun. Darah manusia, adalah satu-satunya cara bagi para vampir untuk bertahan hidup abadi. Manusia, bagaimanapun caranya berusaha menghindar dari para vampir itu. Itulah tugas dari seorang yang bekerja sebagai Exorcist. Mereka adalah pemburu vampir yang juga berperan sebagai pelindung warga desa.

Tidak jauh berbeda dengan seorang Exorcist bernama Aesop Carl.
Lelaki berambut silver itu sibuk membaca kertas-kertas yang berisikan misi untuk memburu para vampir. Mata abu-abunya melirik lembar demi lembar, kata demi kata. Begitu fokusnya pikiran Aesop pada misi-misi itu, dia tidak menyadari ada seseorang yang memasuki ruang kerjanya yang sangat gelap, hanya terang lilin dan lampu minyak yang menerangi ruangan itu, "Carl, apa kau ada misi lagi ?" Sebuah suara bariton bertanya padanya. Lelaki itu membuka kerudung berwarna hitamnya, memperlihatkan rambutnya coklatnya yang diikat, "...entahlah, aku tidak terlalu tertarik pada misi-misi ini," katanya. Lalu menaruh selembar kertas kembali pada tumpukannya, "Ada apa,Naib ?" Lelaki bernama Naib itu mendekat pada meja kerja Aesop, "Aku mendapatkan pesan dari inspektor Clark bahwa ada desas-desus seputar kastil dekat desa ini," katanya. Aesop meliriknya tajam, "Oh ?" Aesop berdiri dari kursinya, "Dan desas-desus macam apa itu ?" "Kau pasti tahu tentang kisah kastil Grantz. Memang sudah lama sekali kastil itu terbengkalai sejak vampir-vampir disana terbunuh oleh para Exorcist. Dan kau pasti tidak akan percaya dengan apa yang aku dengar dari inspektor Clark," Aesop memicingkan matanya pada Naib, "Dan itu adalah ?" "Inspektor Clark berkata padaku bahwa ada seorang dari warga desa ini yang hilang sejak 3 hari yang lalu dan tidak kembali lagi, diperkirakan dia menghilang disekitar kastil itu," katanya. Aesop mengangguk. Ruangan gelap itu tidak begitu menampakkan visualisasi wajahnya yang datar menanggapi Naib, Aesop berjalan mendekati sebuah meja dengan koper merah diatasnya. Tangannya yang lumayan kekar membukanya, menampakkan sebuah belati silver dengan batu Ruby Semerah darah di tengah gagangnya, "Dan tidak hanya itu," kata Naib lagi, "Inspektor Clark berkata bahwa banyak hewan ternak yang mati kehilangan darah," Aesop membelalakkan matanya sebentar, lalu kembali lagi ke ekspresi awalnya, "Oh ? Menarik sekali," Aesop melirik Naib dari samping, menampakkan lensa matanya yang terlihat berbinar terkena cahaya lilin, "Ada vampir yang kembali ke kastil itu dan sekarang dia begitu rakusnya sampai-sampai menghisap darah hewan ? Hehh... Sangat menarik," Naib menggeleng, "Sayangnya tidak seperti apa yang kau pikirkan," Naib mengambil selembar kertas milik Aesop dan membacanya sekilas, bertanya-tanya dalam hati mengapa Aesop tidak tertarik dengan misi-misi tersebut, "...Ada saksi mata mengatakan, dia melihat ada pemangsa besar yang menghisap darah ternak itu," "Werewolf ? Apa sekarang kita juga di serang Werewolf ?" Lagi-lagi Naib menggeleng, "Bukan, bisa dibilang, dari laporan yang inspektor Clark katakan, aku menyebut makhluk itu sebagai chupacabra. Dia tidak berdiri layaknya manusia, tapi masih bisa disebut sebagai pemangsa besar," katanya.
Aesop tidak memperlihatkan wajahnya pada Naib, diam-diam di tersenyum lalu memakai masker merahnya untuk menutupi setengah wajahnya, hanya menampakkan iris abu-abunya. Aesop mengangkat kopernya, "Baik, serahkan padaku. Terima kasih Naib, tugasmu sebagai hound memang patut aku akui," kata Aesop dengan nada kalemnya yang khas. Naib menyeringai mendengar pujian Aesop, "Yap, kalau begitu tugasku hari ini selesai," "Mau kemana kau ?" Naib melihat Aesop masih dengan seringainya, "Makan,lah. Apalagi. Restoran milik Chef Jose sedang membuka all-you-can-eat dan tentu aku tidak mau melewatkan itu, apalagi dengan wine-nya," dan tanpa berkata apapun, Naib meninggalkan Aesop sambil bersiul. Aesop menggelengkan kepalanya, "...hhhhhhh.....Dasar makhluk tidak jelas," Aesop hendak membuka kenop pintu kantornya, "...Dan sebenarnya kaulah yang seharusnya menjadi mangsa," matanya yang berwarna abu-abu, tiba-tiba bersinar menjadi merah darah sebelum meredup kembali menjadi abu-abu.

~°~
Langit malam di sekitar kastil sangat mengerikan. Sekalipun bulan menyinari, tetapi aura hutan itu membuat siapapun yang kesana akan menaikkan bulu kuduknya.
Terlihat dari kastil, seorang lelaki bermata merah melihat rembulan yang meneranginya jendela. Surat ditangannya terlihat sudah usang tapi tidak kunjung dia buang. Lelaki itu mendengus pelan. Perlahan dia membuka topengnya, memperlihatkan mata kanannya yang tergores. Lelaki itu kembali membaca surat usang itu untuk kesekian kalinya. Wajahnya tampak sedih dan khawatir, "...apa yang seharusnya keturunan vampir lakukan ? Membunuh manusia ? ... bagaimana jika.....vampir itu juga manusia," katanya tidak kepada siapapun, "Astaga Victor, bukankah lebih baik agar aku mati saja ? Aku bukan keturunan murni, tentu itu menodai keturunan keluargaku, aku tahu itu," lelaki yang menyebut namanya Victor itu berjalan pergi menelusuri lorong kastil, "Hidup beribu-ribu tahun dengan luka dari masa lalu benar-benar membuatku kesal. Apa salahnya jika aku bukan keturunan murni ?! Manusia dan vampir benar-benar sama saja ! Jika mereka ingin saling membunuh, lakukan saja, tidak perlu untuk membuangku," katanya lagi. Victor menuruni lorong tangga gelap sampai di sebuah ruangan berisi tahta emas dan duduk di atasnya, "...Dan sekarang tidak ada lagi keturunan dari Keluarga Grantz. Oh, bagus sekali," tiba-tiba terdengar sebuah suara gonggongan kecil mendekatinya. Seekor anjing kecil berwarna hitam mengibas-ibaskan ekornya sambil berjalan mendekati Victor.
Victor berdiri dari tahtanya lalu berjongkok dan membiarkan anjing itu mendekatinya, "Ada apa Wick ?" Tanyanya. Wick, anjing milik Victor, kembali menggonggong, mengisyaratkan padanya agar Victor mengikutinya.
Victor berjalan mengikuti Wick pada sebuah ruangan yang tidak asing, ruang kesehatan. Victor membuka pintu mahogani itu, memperlihatkan seorang gadis yang tertidur pulas diatas sebuah kasur. Victor mendekati gadis itu dan mendengarkan detak jantungnya, "...Ah ! Dia masih hidup !" Katanya. Victor mengambil sebuah perban dan mengganti perban lama dengan perban baru, "Hmm....apa tidak perlu aku perban,ya ? Lukanya juga sudah membaik," Victor melirik Wick, "Wick, apa kau menjilat lukanya ?" Wick nya memiringkan kepalanya. Victor tersenyum lembut pada anjing kesayangannya, "Terima kasih, Wick. Hanya kau satu-satunya yang aku miliki ," katanya. Victor melepas perban lama dan membelitnya dengan yang baru, "Terima kasih kau masih mau menemaniku, sekalipun aku dibuang dari keluargaku sendiri," katanya bercerita pada Wick yang entah bisa memahaminya atau tidak, "...sekarang nama keluarga itu hanya legenda belaka. Kastil ini pun hanya reruntuhannya saja," katanya lagi. Victor menggunting perban itu.
Selesai melihat hasil kerjanya, Victor tersenyum lalu menyelimuti gadis itu dengan selimut dan membiarkannya tidur kembali, "Aku sebenarnya berniat meninggalkannya, tapi aku tidak tega. Yah, mungkin karena 'hati'ku masih bekerja makannya aku dibuang dari keluargaku hahaha..." Katanya dengan tawa hambar diakhir kalimat.

Victor berjalan keluar dari ruang kesehatan dimana Wick tiba-tiba menggerang, "Wick ? Ada apa ?" Wick masih menggerang pada entah-apa-itu membuat Victor khawatir, "Wick ? Apa yang kau rasakan ?" Tiba-tiba anjing kecil itu berubah wujud menjadi anjing besar dan berlari entah kemana, "WICK TUNGGU ! BERHENTI !" jerit Victor ikut mengejar Wick.

Di sisi lain, Aesop menutup gerbang kastil perlahan lalu berjalan di sekitar ruangan dengan tahta emas dihadapannya, "Hmm... bukannya kastil ini sudah lama ditinggalkan ? Tapi...katanya Nai-" "WICK BERHENTI ! JANGAN SAKITI DIA !" Aesop terkejut mendengar suara seseorang dan juga gonggongan. Aesop menjatuhkan kopernya terkejut melihat Wick dengan wujud besarnya, "WICK STOP !" Mata Aesop melirik seorang lelaki 'muda' yang berusaha sekuat tenaga menarik kalungnya, "Apa yang kau- !" "PERGI DARI SINI ! WICK BERHENTI ! AKU SUDAH BILANG JANGAN SAKITI MANUSIA !" Aesop membelalakkan matanya dan juga terperangah melihat 2 makhluk didepannya. Wick berhenti dan melihat kearah Victor, "Terima kasih sudah melindungiku, Wick. Tapi sekarang bukan saatnya," katanya. Wick hanya mengeluarkan suara rengekan dan kembali ke wujudnya menjadi anjing kecil. Aesop terdiam melihat bagaimana Wick bisa berubah wujud. Victor segera menggendong Wick, "Pergilah ke ruang disana, dia menunggumu," ".....Apa maksudmu ?" "Aku sudah membalut lukanya tapi dia tidak kunjung bangun, bawalah dia pergi dari sini," kata Victor sebelum dia berlari meninggalkan Aesop di kegelapan kastil.
Aesop masih terdiam dengan kejadian ini. Tapi dia segera menyingkirkan segala pikirannya dan berjalan menuju tempat dimana Victor tunjuk tadi.

Aesop membuka pintu mahogani itu, memperlihatkan seorang gadis yang masih tertidur dengan selimut. Aesop mendekati gadis itu dan menyingkap selimutnya. Aesop meneliti setiap inci dari tubuh gadis itu, "...Tidak ada luka gigitan," Aesop menyingkap rambut coklat gadis itu, "Benar-benar tidak ada luka gigitan, apa yang dia lakukan ?" Tanyanya pada diri sendiri, "Emma Woods, gadis yang hilang itu ternyata baik-baik saja," Aesop melirik kearah luar ruangan itu, "... Sebenarnya siapa dia ?" Aesop lalu menggendong gadis bernama Emma itu dan membawanya pergi dari tempat itu.
Sementara itu, dari atap kastil, terlihat mata merah yang memandangi mereka pergi, "... sebaiknya memang seperti ini. Pergilah, dan jangan kembali lagi," bisiknya, lalu dia kembali menghilang di dalam kegelapan kastil.

~°~
Di kantor Aesop berserakan banyak sekali buku, jurnal, maupun berkas-berkas lainnya. Tidak hanya itu, dia terlihat seperti sedang terburu-buru, "ahh.....tidak ada, disini juga tidak. Bagaimana ini... Apa aku melewatkan sesuatu ?" Tanyanya pada diri sendiri. Tiba-tiba pintu kantornya terbuka, "Oi Ca- APA YANG KAU LAKUKAN ?! MEMBUAT KANTORMU MENJADI KAPAL PECAH !" "Diam Naib, aku sedang berkonsentrasi," kata Aesop masih sibuk dengan apapun itu. Naib hanya memandangi atasannya itu dengan wajah bertanya-tanya, "Kalau begitu bagaimana jika sekarang kau bertemu dengan inspektor Clark ? Dia ingin menemuimu dan bertanya tentang banyak hal," Aesop masih terlihat sibuk jurnal ditangannya, "...Oi ! Apa kau dengar ?" "Iya, aku dengar, tapi kurasa tidak perlu," "Apa ?! Tapi-" Aesop menaruh jurnal itu dan sebuah map berdebu di mejanya, "Tidak Naib, aku sedang sibuk. Katakan saja padanya tidak perlu repot-repot untuk menyelidiki kesana, biar aku saja," kata Aesop dengan nada kesal. Naib menaikkan alisnya dan menghela nafas, "Hahh... Baiklah, terserah kau sajalah," lalu Naib menutup pintu kantor Aesop dan pergi begitu saja.
Aesop masih saja mencari-cari sesuatu, "Kenapa tidak ada ?!" Katanya frustasi, "Sepertinya aku benar-benar melewatkan sesuatu...Ah, frustasi seperti ini membuat energiku berkurang pesat," Aesop berdiri dan mengambil sebuah botol berisi cairan berwarna merah dari lacinya dan meminumnya, "Ck, Aku benar-benar harus mencari tahu," katanya. Aesop melempar botol itu ke dalam tong sampahnya dan bergegas mengangkat kopernya. Bagaimanapun juga, dia akan kembali lagi ke kastil itu dan menyelidikinya sendiri.

~°~
Victor yang tadinya hampir tertidur di kasur kotor itu terbangun lagi karena mendengar gema dari koridor bawah. Tidak hanya itu, Wick pun juga menggerang, ".....apalagi sekarang ?" Victor terbangun perlahan dan beranjak dari kasurnya. Dia mengendap-endap keluar kamar, matanya melihat cahaya lampu minyak yang berjalan disekitar lorong dekat kamarnya, "Siapa itu ?" Victor tidak terlalu melihat orang itu tapi dari firasatnya, dia pasti salah seorang dari para Exorcist. Victor berjalan mundur, lalu dengan sedikit mantra, dia merubah dirinya menjadi kelelawar kecil dan terbang keluar.

Aesop berjalan melewati lorong gelap itu dengan tangannya meraba setiap inci dinding batu kastil itu. Mungkin saja ada pintu rahasia, pikirnya.
Sampai akhirnya, dia sampai disebuah pintu yang tidak seperti pintu lainnya. Pintu itu kecil, tetapi terbuat dari mahogani juga. Aesop membuka pintu itu sampai, "AWAS !" Aesop terkesiap dan terkejut ketika seseorang menyeretnya kebelakang. Tiba-tiba ada sebuah kapak besar yang jatuh, ternyata itu jebakan. Aesop berusaha mengatur nafasnya yang tidak karuan, "Apa yang kau lakukan disini ? Tidak seharusnya kau kesini ! Tempat ini penuh jebakan kau tahu," kata suara itu. Aesop menarik tangannya dari genggaman orang itu dan betapa terkejutnya dia melihat siapa yang menyelamatkannya. Victor. Lelaki itu terlihat dari khawatir tetapi juga ketakutan, entah takut jika Aesop memukulnya atau bahkan lebih parah membunuhnya, "Aku tidak akan menyerangmu. Aku juga tidak ingin membunuh siapapun, jadi lebih baik kau pergi saja dari kastil ini. Lagipula kastil ini sudah jadi reruntuhan," Victor berdiri lalu berjalan pergi, sebelum tertahan oleh tangan Aesop, "Tunggu !" Katanya. Victor melirik Aesop, "Ya ?" Aesop melepaskan tangannya lalu segera berdiri, "Kau...siapa kau ?" "Apa itu penting ? Kurasa tidak. Kau tidak perlu tahu siapa aku, kau juga tidak perlu tahu kenapa aku ada disini. Aku sudah bilang aku tidak akan membunuh siapapun bahkan dirimu, wahai Exorcist. Jadi, biarkan aku dan urusanku serta hidupku. Dan sekarang biarkan aku tidur, aku mengantuk," Victor berkata ketus padanya sebelum dia berjalan pergi menuju kamar kotor itu lagi.
Lagi-lagi Aesop terdiam melihatnya. Aesop mengejar Victor yang berjalan sudah lumayan jauh darinya. Victor yang mendengar suara langkah Aesop pun berbalik, "Apalagi ? Sepertinya kau tidak akan goyah, baiklah. Tunggu saja esok pagi saat aku sudah bangun, atau tidak. Kalau kau mau membunuhku silahkan saja, aku tidak melarang. Lagipula..." Sinar matanya mengatakan bahwa Victor seperti sedang bersedih, "...Aku tidak punya siapapun lagi. Tapi, sebelum kau membunuhku, tolong jangan bunuh Wick, dia anjing yang baik, sangat baik," katanya. Aesop terdiam lagi. Matanya meneliti setiap dari inci Victor, bajunya yang terbuah dari sutra merah, badannya yang terbilang mungil dari vampir yang seharusnya, wajahnya yang pucat, mata merahnya yang bercahaya bagaikan mirah delima terkena sinar rembulan sekalipun hanya terlihat satu sementara yang satunya tertutup oleh topeng. Victor yang merasa aneh karena Aesop yang diam saja pun membuka suara lagi, "...Hei, bukankah kau tidak bisu ? Kenapa kau tidak menjawabku ? Jadi bagaimana ? Kau mau membunuhku apa tidak ? Kalau tidak, biarkan aku beristirahat, aku ingin tidur," "Namaku Aesop, Aesop Carl. Kau ?" Entah Aesop sepertinya sedang tidak fokus, tiba-tiba menjawabnya dengan memperkenalkan diri, ".....Kau, sebegitu ingin tahunya namaku ?" Aesop mengangguk pelan, "Uhm... Baiklah. Namaku Victor. Victor Grantz. Atau mungkin tidak lagi, tapi panggil saja Vi-" "Grantz ? Jadi..." Victor memutar bola matanya, "Tidak. Sudah punah. Sudah tiada. Lagipula aku hanya sampah. Aku terbuang. Nama keluarga itu pun tidak ada gunanya bagiku. Untuk apa juga ?" Katanya. Aesop terdiam, lagi. Victor menghela nafas, tangannya tiba-tiba menarik lengan Aesop, "Kau ingin mengobrol denganku ? Baiklah. Tapi maaf, aku tidak punya teh ataupun camilan. Kalau kau mau kau bisa makan rumput di kebun kastil," kata Victor sembari menarik lengan Aesop lembut. Aesop terkesiap dengan vampir 'muda' ini. Sepertinya dia terpesona dengan Victor, "Ngomong-ngomong moodku sedang baik karena ada 'makhluk hidup' yang mengajakku berbicara, sekalipun kita seharusnya bermusuhan. Selama ini aku hanya mengobrol dengan bayangan. Setidaknya bayangan hidupkan ? Tentu saja, karena itu bayanganku," kata Victor dengan nada bercanda. Lagi-lagi Aesop hanya diam mendengarkan.

Akhirnya mereka sampai di sebuah ruangan yang besar dan berisi sofa-sofa empuk yang sudah berdebu. Victor menyuruh Aesop duduk di seberangnya, "Jadi, apa yang mau kau tanyakan ?" "Banyak hal," jawab Aesop langsung. Victor mengangguk, "Baiklah, tanyakan saja. Tapi sepertinya aku tahu kau mau bertanya tentang apa. Hmm... Kalau begitu aku ceritakan saja," katanya.

~Victor's talk mode~
"Keluarga Grantz memang sudah tidak ada lagi. Tetapi aku ada disini sekarang. Sayang sekali, sekalipun aku memiliki marga Grantz, itu tidak berguna bagiku. Baiklah, aku beritahu. Aku ini bukan keturunan murni. Ya, aku memiliki 2 darah, manusia dan vampir. Ibuku adalah salah satu selir di keluarga Grantz yang memiliki cinta terlarang dengan seorang manusia. Dan itulah bagaimana aku bisa lahir ke tempat menjijikan ini. Vampir dan manusia sama saja. Hanya ingin tahta dan jabatan sebagai yang terbaik untuk menjadi penguasa. Perang itu mengubah segalanya kau tahu.
Sebelum perang itu terjadi, Ibu dan ayahku dibunuh karena ketahuan melanggar aturan. Yah... Mungkin karena itu perang terjadi.
Lalu aku diasingkan.
Tapi bisa dibilang tidak,sih. Aku diangkat menjadi anak angkat dari keluarga Desaulnier. Kakak tertuaku, Joseph, yang merawatku. Tidak hanya itu, pamanku yang bernama Jack juga mengajariku banyak hal.
Bertahun-tahun setelahnya, aku ingin melihat bagaimana keadaan kastil ini. Aku kira, mungkin masih ada beberapa orang disini, ternyata tidak. Semua sudah tiada. Kastil ini hanya menjadi reruntuhan semata. Aku mencari tahu apa yang terjadi disini, dan dari pengamatanku, perang. Aku juga menyelidiki jika ada mayat disekitar sini, ternyata tidak. Sepertinya mereka semua dibakar.
Aku tidak ingin kembali ke kastil Desaulnier. Inilah tempatku. Reruntuhan yang tidak berguna dan menakutkan. Lebih baik seperti ini bukan ?
Oh iya ! Apa kau mau tahu bagaimana gadis itu bisa kesini ?
Aku menemukannya pingsan di lubang jebakan. Aku lalu membawanya kesini dan merawatnya tapi tidak kunjung bangun. Dan hmm...untung ? Kau kemari dan membawa pergi. Apakah dia baik-baik saja ? Baguslah.
Ahh... Ngomong-ngomong, karena aku juga setengah manusia, aku tidak bisa minum darah. Bisa,sih. Tapi tidak, itu menjijikan. Aku lebih memilih minum air sungai dibelakang kastil ini. Kau tahu, airnya jernih dan sejuk sekali. Dan karena aku juga setengah manusia, aku tidak takut cahaya. Aku bisa saja berjalan-jalan keluar dan melihat-lihat pemandangan, tapi perpustakaan itu seperti memanggilku untuk diam didalamnya. Yah, aku menghabiskan waktuku tidur dan membaca buku. Kalau aku lapar, aku ke hutan mencari buah-buahan segar. Hei, apa kau tahu, di dekat kastil ini ada pohon apel yang sangat manis ! Cobalah kesana dan memetiknya, lalu cobalah kau tanam di tempatmu, pasti sangat laku dijual !
Ah,iya ! Aku juga bisa berubah menjadi kelelawar,loh !
Hmm..... Sebenarnya aku suka tempat ini. Sepi dan tidak orang, aku bisa bebas semauku, tapi terkadang aku merasa kesepian, tapi untung ada Wick ! Dia satu-satunya yang menemaniku dari awal aku dibuang sampai aku kembali lagi.
Hei, apa kau mau dengar bagaimana aku bisa bertemu dengan Wick ?
Jadi waktu it-"
~Victor's talk mode end~

"Whoa, tunggu sebentar," kata Aesop menyela, "Jadi...kau bukan keturunan murni ? Lalu kau kemari hanya untuk menjadi bebas ?" Victor tersenyum sambil mengangguk. Aesop menyenderkan punggungnya dan dia seperti terkulai lemas. Niatnya untuk mencari tahu tentang sejarah keluarga Grantz seperti terhenti. Tapi setidaknya dia tahu bahwa ada skandal di keluarga itu. Dan sekarang dia bertemu dengan satu-satunya keturunan keluarga Grantz sekalipun dia tidak berdarah murni.
Lagi-lagi Aesop memandang kearah Victor, '...Dia... sepertinya baik ? Tapi aku tidak boleh lengah ! Bagaimanapun, dia juga vampir,' gumamnya. Aesop kembali duduk tegak, "...kalau begitu terima kasih. Kau boleh kembali ke tidurmu, maaf mengganggu," kata Aesop. Victor mengedipkan matanya, "Kau tidak mau membunuhku ?" Aesop menggeleng. Lalu dia mengambil kopernya dan beranjak pergi begitu saja.
Victor mengamati gerak-gerik Aesop sebelum dia berjalan keluar dari sana. Victor meregangkan tangannya dan menguap, "Oh baiklah, akhirnya aku bisa tidur," katanya lalu tertidur di sofa.

~°~
Aesop menulis sesuatu di buku catatannya sebelum seseorang masuk ke dalam ruang kerjanya, "Carl ?" "Ah, inspektor. Kau tidak perlu repot-repot menyelidiki, aku sudah menanganinya," kata Aesop. Inspektor itu terdiam menganga. Inspektor Clark lalu berdehem, "Ehem....O-oh, baiklah. Kerja bagus Carl, apa kau juga menemukan sesuatu disana ?" Aesop hanya menggeleng. Inspektor Clark tersenyum, "Baiklah. Kerja bagus, kalau begitu aku permisi. Tugasku masih banyak," katanya dan pergi.
Aesop melihat kearah pintu itu. Tidak ada tahu isi pikirannya, dan tidak ada yang bisa melihat senyum penuh arti dibalik topengnya.
Aesop berdiri, lalu mengambil sebuah kantong. Tidak hanya itu, dia mengambil 2 kantong yang lumayan besar. Aesop melirik jamnya, "Hmm... matahari masih bersinar terik. Ck, aku benci sinar," katanya berbisik.

Malam pun tiba. Victor sedang bersantai di tahtanya sambil membaca sebuah buku. Matanya membaca kata demi kata, fokus sekali. Sampai dia mendengar suara pintu berderit. Victor segera menaruh bukunya dan bersiap-siap bersembunyi. Tapi tidak jadi karena saat dia melirik, ternyata itu adalah Aesop, "Oh ? Apa ada sesuatu yang kau perlukan lagi ?" Tanya Victor. Aesop menggeleng, "Tidak. Aku kemari karena ingin memberikanmu ini," Aesop memperlihatkan 3 kantong pada Victor, "Kantong kecil ini isinya teh dan beberapa bunga. 2 kantong ini isinya hanya roti dan buah-buahan," Victor dibuat ternganga oleh Aesop. Untuk apa seorang Exorcist memberikannya makan. Seketika Victor seperti tersadar akan sesuatu, "Kau tidak perlu repot-repot Aesop. Terima kasih. Kalau kau mau membunuhku langsung saj-" "Aku tidak menaruh racun disini. Ini hanya makanan biasa. Kau benar-benar ingin mati ?" Tanya Aesop. Victor terdiam sebentar sebelum mulutnya berubah membentuk huruf 'o', "O-oh...begitu...emm.... Terima kasih," katanya. Victor mendekati Aesop dan mengambil karung-karung itu sebelum Aesop langsung pergi, "Begitu saja ?" Aesop berbalik menghadap Victor, "Ya, aku hanya ingin memberikanmu makanan," "Kau tidak mau mengobrol lagi denganku ?" Aesop membelalakkan matanya tidak percaya dengan apa yang dia dengar, ".....Sungguh ?" Tanya Aesop. Victor mengangguk dengan senyum hangatnya, "Tentu," Aesop tidak melangkah keluar melainkan mengikuti Victor menuju ke ruang tamu.

Lagi-lagi Aesop duduk diseberang Victor, "Apa kau juga mau teh ?" Aesop menggeleng, "Tidak, aku tidak suka memperlihatkan wajahku," katanya. Victor mengangkat alisnya, "Hee... Kau Exorcist yang aneh. Biasanya mereka tidak pernah memakai topeng sepertimu," "Bagaimana denganmu ? Kau juga memakai topeng," Victor paham ucapan Aesop. Ya, dia memang menutupi matanya. Victor menghela nafas sebelum dia melepaskan topengnya, terlihat luka gores disana, "Luka ini sebagai pengingat bahwa aku tidak pantas dianggap sebagai keluar Grantz. Tapi sepertinya mereka terkena imbasnya. Karma itu ada bukan ?" Kata Victor dengan senyum melankolisnya. Aesop mengamati luka goresan Victor sebelum vampir itu menutupnya lagi dengan topeng, "Tunggu, kau tidak perlu menutupnya. Kau sudah memperlihatkannya padaku," "Tidak, lebih baik aku tutupi saja, semakin jelek wajahku kalau tidak aku tutupi. Lebih baik begitu," Aesop menggeleng, "Tidak juga..." Aesop mengalihkan pandangannya kearah lain, pipinya sedikit merona, tapi tidak terlihat karena topeng merah berdurinya, "...Wajahmu.....manis," sahutnya dengan suara yang semakin mirip dengan bisikan. Victor tetap bisa mendengarnya. Wajahnya ikut memanas mendengar perkataan Aesop. Mereka berdua menjadi salah tingkah.
Aesop memecah keheningan dengan kembali bertanya, "Ngomong-ngomong, apa kakakmu tidak mencarimu ?" "Tentu tidak. Aku sudah bilang padanya aku mau hidup sendiri. Aku ingin bebas. Dan dia tahu itu," Aesop sangat bisa merasakan ada yang janggal dari kata-kata Victor. Sebelum Aesop kembali bertanya, tiba-tiba terdengar gonggongan kecil, "Wick ! Darimana saja kau ?" Victor menggendong Wick dan menaruhnya di pangkuan. Aesop melirik Wick yang begitu manja dengan Victor, "Dia manis bukan ?" Tanya Victor. Aesop tidak menjawab. Apa yang dilihat didepannya seperti mimpi. Lagi-lagi wajahnya memanas.
Aesop berdehem lalu segera bangkit, "Maaf, pekerjaanku masih banyak," Aesop membuka kenop pintu mahogani itu, "...sampai bertemu besok," Victor terlihat begitu terkejut, tapi dia juga seperti senang, "K-kau...kau akan kemari lagi besok ? Tapi,kan makanannya masih banyak," "Apa aku hanya kemari untuk memberikanmu makanan ? Itu juga, tapi aku kemari juga untuk menemanimu," dan dia bergegas menutup pintu dan berjalan keluar kastil.
Victor terlihat begitu bahagia, "Kau lihat itu Wick ? Kita punya teman ! Kita punya teman sekarang Wick ! Hahahaha !" Dari jauh, Aesop bisa mendengar suara tawa bahagia Victor dan gonggongan Wick. Aesop tersenyum mendengar mereka.

Hampir setiap malam, Aesop selalu datang ke kastil itu untuk sekedar mengapeli Victor, terkadang dia juga membawakan Victor barang-barang tertentu seperti buku, baju, makanan, dan barang-barang lainnya. Dan bagaimana caranya Aesop tidak ketahuan, tentu menjadi sebuah misteri.

Malam itu, bulan purnama masih bersinar dengan terang. Victor mengajak Aesop untuk berbincang-bincang di kebun belakang kastil. Pemandangan disama sangat indah. Kunang-kunang berterbangan, angin sepoi-sepoi meniup dengan lembut, selayang pandang dengan rumput hijau dan bunga-bunga liar yang berwarna-warni.
Victor lagi-lagi menceritakan tentang apa saja yang dia lalui dan Aesop menjadi pendengarnya. Tapi tidak untuk malam ini. Perlahan tangan Aesop mendekat ke tangan Victor, tetapi Victor menarik tangannya untuk membentuk sedikit visualisasi tentang ceritanya. Aesop berdecih pelan sembari tangannya mengepal. Aesop memejamkan matanya sebentar, "-Jadi pada akhirnya, Mary membuatkanku topeng ini. Aku benar-benar tidak suka dengan bedak. Oh ! Apa aku pernah bercerita tentang bagaimana Paman Jack mengajariku cara berubah menjadi kelelawar ? Aku kira mantranya sulit tapi ternyata sangat mudah. Yah itu karena aku banyak latihan. Pada akhirnya aku bisa melakukannya dan-" "Victor," suara Aesop memecah Victor dan ceritanya, "Ya ? Oh, maaf. Sepertinya aku terlalu senang berbicara. Sudah lama sekali tidak ada seseorang yang aku ajak bicara," Aesop menggeleng dan membuka matanya, "Tidak masalah, aku suka mendengarkan ceritamu," dia terdiam, Aesop pada akhirnya memberanikan dirinya. Tangannya meraih tangan Victor, "Aku ingin selalu mendengar ceritamu," hening. Hanya suara jangkrik dan angin malam yang terdengar. Victor melihat Aesop dengan pandangan terkejut namun tetap tenang, ".....Aku...aku ingin selalu bersamamu," sekarang Victor bisa merasakan kalau dia benar-benar manusia. Vampir tidak memiliki jantung. Ada, tapi tidak berdetak. Victor bisa merasakan jantungnya bekerja, sangat bekerja. Begitu terasanya sampai-sampai darahnya terpompa ke wajahnya menjadi panas, "...Aesop..." "Aku mencintaimu Victor," Aesop tiba-tiba mendekap Victor didadanya yang bidang. Wajah Victor semakin memanas, "Aku tidak peduli jika ini hubungan terlarang atau tidak. Aku ingin bersamamu. Aku..." Jari Aesop mengangkat dagu Victor sampai hanya beberapa inci saja dengan wajahnya, "...ingin memilikimu," jantung Victor semakin berdetak kencang ketika tiba-tiba Aesop melepaskan topengnya dan langsung menempelkan bibirnya pada bibir Victor. Nafas Victor seperti terhenti, tidak hanya itu. Dia juga gemetar dengan apa yang Aesop lakukan. Aesop menjilat bibir bawah Victor, tetapi Victor tidak kunjung membuka mulutnya. Dia tiba-tiba mendorong Victor agar semakin dekat dengannya, membuat Victor berjenggit kaget, "Ah-" Aesop segera menerobos masuk lidahnya dan memperdalam ciuman mereka. Energi Victor seperti tersedot habis, untung saja Aesop mendekapnya agar Victor tidak jatuh. Lama sekali Aesop mengajak lidah Victor berdansa dengan lidahnya sampai Saliva mulai mengalir dari dagu mereka. Victor juga mulai kehabisan nafas. Wajahnya yang memang sudah pucat semakin pucat ditambah dengan rona merahnya yang semakin memerah.
Aesop tidak kunjung melepaskan ciuman panas mereka. Tangannya mulai meraba kemeja Victor dan perlahan melepaskan kancingnya. Saat ini Victor tidak menggunakan jubah sutra merahnya seperti biasa. Aesop dengan mudah membuka kancing kemeja Victor, mengekspos dadanya yang berkulit seputih salju. Aesop melepas ciuman mereka, saliva masih saling bergandengan diantara bibir mereka. Aesop perlahan menuju leher Victor, perlahan dia menciumnya bagaikan bulu, lalu menggigitnya sedikit sebelum menghisapnya, menampakkan bekas berwarna biru di dekat leher Victor. Sebisa mungkin, Victor menahan suara desahannya. Tangannya menutup mulutnya agar tidak terdengar. Selesai Aesop menandai leher Victor, dia melepas tangan Victor dan menahannya. Bibir Aesop mendekat ke arah telinga Victor yang lancip, "Biarkan aku mendengar suaramu. Jeritkan namaku," bisiknya dengan suara seduktif membuat Victor merasa tergelitik. Nafas Victor tertahan saat Aesop mengigit telinganya. Victor menggigit bibir, membuat darah keluar karena taringnya. Aesop berhenti bermain dengan telinga Victor karena mencium bau darah. Mata Aesop berbinar melihat darah yang keluar dari bibirnya. Tanpa ragu, kembali dia menarik dagu Victor sehingga dia bisa kembali menciumnya. Aesop menghisap bibir bawahnya, merasakan darah Victor dilidahnya. Aesop membuka matanya sedikit, menampakkan sclera matanya yang sekarang berwarna hitam dan lensanya yang berwarna merah darah. Victor terkejut dengan perubahan warna mata Aesop. Ketakutan, Victor Mendorong dada Aesop, tetapi lelaki itu sepertinya lebih kuat darinya. Lagi-lagi Aesop mengajak lidah Victor menari. Sekarang Victor bisa merasakan taring Aesop, 'A-apa yang...terjadi ?' gumamnya dalam hati.
Baru saja Aesop hendak melanjutkan percintaan mereka, terdengar suara langkah mendekat. Aesop dan Victor terkejut, "Siapa itu ?" "Ayo pergi dari sini !" "Eh ?! T-tapi-!!!" Aesop segera menggendong Victor dan entah bagaimana, Aesop bisa memiliki sayap kelelawar dan membawa Victor terbang entah kemana.
Sementara itu, terlihat beberapa orang membawa lampu minyak disana, "Bagaimana Naib ? Kau melihat sesuatu ?" "Tidak, tidak ada siapa-siapa disini. Aku bahkan tidak melihat Carl. Kemana dia ?" Inspektor Clark mengusap jarinya di dagu, berpikir, "....Hei kalian, coba cari lagi di dalam kastil" "Baik Pak Inspektor !" Orang-orang itu segera masuk ke dalam kastil. Naib melihat-lihat di sekitar kebun itu dan melihat kursi taman yang terbuat dari porselen. Naib duduk diatasnya, "Bagaimana ini ? Apa jangan-jangan memang ada vampir disini, dan Carl terbunuh ?" "Tidak mungkin," kata Inspektor Clark, "Sangat tidak mungkin, jantung Carl saja tidak berdetak," katanya. Naib memandang kearahnya, kebingungan dengan maksud perkataan inspektor Clark.

Di sisi lain, Aesop menurunkan Victor dari gendongannya. Mereka kini ada sebuah Padang rumput yang luas. Victor turun dan hendak berlari namun ditahan oleh Aesop, "Lepaskan aku ! Kau pembohong !" Aesop tidak melepaskan pelukannya tetapi malah semakin erat memeluk Victor, "...Maaf. Maafkan aku," Victor melirik Aesop yang kini tidak memakai maskernya, memperlihatkan taringnya yang tajam serta matanya yang hanya terdiri dari warna hitam dan merah darah, "...K-kau...kau..." ".....ya...aku adalah vampir. Vampir murni," jawab Aesop membuat Victor semakin gemetar, "Aku memang menyamar menjadi manusia agar aku bisa membalas dendamku. Tapi sekarang, aku sudah melupakan semua dendamku. Sungguh aku berterima kasih padamu, Victor," kata Aesop. Victor masih berusaha melepaskan tangan Aesop agar dia bisa pergi, "Aku memang bukan dari keluarga kerajaan, tapi aku berdarah murni," katanya sembari mendekatkan taringnya pada belakang leher Victor. Seketika, Victor merasakan sakit yang luar biasa dari lehernya, Aesop mengigitnya, "A-A-AHH ! HENTIKAN ! AE-AESOP !!!" jeritnya. Darah segar mengalir dari lehernya. Aesop menjilatnya dengan lidahnya yang sekarang menjadi lancip. Tiba-tiba muncul sebuah tanda di leher Victor. Aesop tersenyum penuh kemenangan, lalu dia tertawa puas, "Sekarang kau tidak bisa kabur lagi dariku, Victor," katanya mencium lembut tanda itu, "Aku mencintaimu. Dan kini..." Aesop memperlihatkan seringainya dan taringnya yang tajam, "...kau milikku seorang," lagi-lagi Aesop menggendong Victor, membuat Victor terkejut dengan aksinya yang tiba-tiba, "Aku rasa inspektor bodoh itu sekarang tersadar jika aku adalah vampir. Hehh...lambat sekali dia," Muncul sayap dipunggung Aesop, Victor berjenggit melihatnya, "Karena itulah, ayo kita pergi dari sini. Ayo kita bentuk keluarga baru, dan kita akan hidup bersama selamanya," kata Aesop lembut. Aesop mencium kening Victor, "Aku mencintaimu, sangat mencintaimu," dan kini, Victor hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi pada hidupnya. Sekarang dia menyesal meninggalkan kediaman milik keluarga angkatnya.
Kebebasan sepertinya tidak akan dia dapatkan lagi.




















*Internally screaming*
AAAAAAAAAA
ANJIR
AKHIRNYA BISA BIKIN FF SEPANJANG INI
SEKALIPUN KEK NYA MAKIN GAJE
WAAAAAAAA 😭👌✨✨✨✨✨

YAHO YAHO MINNA-SAN
AKHIRNYA SAIA APDET LAGI
*TEBAR CONFETTI*
KAKKO YOKATTA
PENCAPEAN BGT BISA NGETIK SEBANYAK INI HSHSHSHS
BIASANYA SAIA NGETIK PALING MENTOK JUGA 2000AN
AAAAAAAAA
BAHAGIA OMG 😭😭😭✨✨✨✨✨

AKHIRNYA IDV UDAH ANNIV KE-2
GIMANA GIMANA
LIVE STREAMING KEMAREN SIAPA YANG DAPET HADIAHNYA ?
BTW KEK NYA NETIS HOBI BGT BIKIN PLAYER NYA NGABISIN DUWID
MERCH BARU, SKIN BARU, EVENT BARU, KARAKTER BARU
DUH.....RIP DOMPET DUWID :')

OK
SKRNG MBACOT TIME *SLAP*

MERCHANDISE IDV ANNIV KE-2 YANG MAU DI RILIS SAMA ANIMATE
(DUH PDHL SAIA BELOM KETURUTAN BELI OMANJUU :''''D)

IDV ICHIBAN KUJI SAMA GASHAPON JUGA MAU DI RILIS SAMA BANDAI

DARI GOOD SMILE COMPANY (GSC) RILIS FIGURE JACK DARI SERI MEREKA 'POPUP PARADE' SAMA NENDOROID NAIB
KAN KEMAREN UDAH EMMA YA
SKRNG NAIB :')
DUH SAIA KIRA BAKALAN EMILY APA LEO
EH TERNYATA HSHSHSHS
BTW SPOILER, YANG BELUM TAU HARGA NENDOROID ITU SEKITAR 600K - 700K
SEMANGAT NABUNG MINNA-SAN ✨✨✨✨✨

SAYA GA TERLALU PAHAM SAMA ANNOUNCEMENT YG SATU INI
TAPI KATANYA, INI SKIN SUMMER COLLECTION YANG COLLAB SAMA SEVEN ELEVEN
ANJIR ADA JOSEPH SAMA AESOP
😭😭😭
AAAAAAAAAA PENGEN BGT ASTAGA
😭😭😭😭😭

DAN GA CUMAN INI AJA, TAPI ADA 2 KARAKTER BARU, SCULPTOR SAMA PAINTER
DEMI APA PAINTER KEK KARAKTER TRA- *slap*
SAMA ADA MAP BARU, CHINATOWN

SAIA JUGA MASIH PENASARAN GIMANA MODE GAMEPLAY BARU YG JUDULNYA MINOR ARCANA
OIYA SAMA COA4 JUGA UDH MAU MULAI ✨✨✨
SKIN BARU LAGI
GERUS DUWID LAGI :'''''D

WAIYA LUPA
SIAPA DISINI YANG OSHI NYA ELI ?

GIMANA KABAR DUWID KALYAN ?
:')


YAK SEKIAN BACOTAN SAIA
SEE U AT THE NEXT CHAPTER DESU ✨✨✨❤️
SAIA TUNGGU REQUEST-AN NYA DESU
🎉✨✨✨✨✨

Continue Reading

You'll Also Like

Femdom By Msc

Fanfiction

472K 7K 25
Femdom area Bukan cerita gay maupun lesbian!! Hanya berisi one shoot yang agak vulgar dan jangan lupakan sisi malesub yang brutal. Bukan cerita belok...
81.6K 4.6K 20
Jeno membayar semua hutang keluarga Jaemin, tapi dengan syarat pria manis itu harus menikah dengannya.
69.7K 6.5K 76
Langsung gas baca!! WARNING ❌ THIS STORY ABOUT BxB, So Please Go away kalau kalian tidak suka. Terimakasih ❤️ The Cast: • Wang Yibo • Xiao Zhan #Boxi...
39.8K 4.8K 14
Keseharian Elio bersama keluarga posesifnya. . . . Si bungsu yang gagal menjadi bungsu namun tetap mendapatkan perlakuan selayaknya bungsu. "MINGGIR...