“Ampun jodoh. Makin ganteng aja. Tapi kok nyasar di hati orang? Cih.”
“Pamer mulu, bangsat! Gue sebagai jodoh lo liatin aja. Nanti gue ketawain satu-satu nih yang yang pernah jadi pacar lo tapi gak bakal jadi jodoh lo.”
“Hilih langgeng apanya, dia kan jodoh gue.”
“Semoga cepet putus, jodoh!”
“MISUH TEROS!!”
Minhee mendelik tajam begitu sebuah suara tak asing tiba-tiba terdengar dari belakangnya. Pemilik marga Kang itu lalu menoleh dan menemukan Yunseong yang entah sejak kapan sudah masuk ke dalam kamar kosnya.
“Kakak sejak kapan ada di sini?” tanya si manis kemudian.
“Sejak negara api menyerang.”
Yunseong menyahut asal dan Minhee membalasnya dengan anggukan acuh, “Oh, lagi karantina, ya.”
“Bodoh amat, Min, bodoh!”
Minhee kembali mengangguk acuh, lalu mengalihkan tatapannya dari Yunseong. Ia lebih memilih kembali menatap layar ponselnya dan melanjutkan aksi misuh-misuhnya tadi. Masa bodoh dengan kehadiran Yunseong.
“Dih, sok pamer pacar, bangsat!”
“Pacar mulu yang dipamerin, gue sebagai jodoh lo kapan?”
“Cih, gandengan aja bangga! Gue yang biasa dikelonin sampe mabok biasa aja tuh.”
“Rangkulan doang, anjing! Gue dicipok sampe sesak napas diam aja deh.”
“Gila, ini semua pengen gue ngakakin.”
Minhee masih melanjutkan acara misuh-misuhnya. Sementara Yunseong yang melihatnya hanya mendengus malas. Beberapa saat kemudian, lelaki Hwang itu membawa dirinya ke arah ranjang Minhee dan membaringkan tubuhnya di sana. Diam sesaat, ia lalu melempar tatapannya pada si manis yang masih asyik misuh di depan meja belajarnya.
“Dek?”
“Hm.”
Yunseong memanggil pelan dan hanya dibalas dehemen pelan pula oleh si manis. Tapi, selanjutnya mulut pemilik marga Kang itu kembali berucap kotor tak ada aturan. Yunseong rasanya ingin melahap habis bibir mungil yang terus misuh itu karena ucapan-ucapannya. Tapi, biarkan sajalah. Selagi Minhee hanya melakukannya di depannya dan tak kurang ajar pada orang lain, Yunseong akan membiarkannya.
“Ngeliatin apa sih?” tanya Yunseong kemudian.
“Postingan mantan pacar jodohku, kak,” jawab Minhee tak acuh.
“Jodoh kamu?” tanya Yunseong lagi, “Yang gantengnya sama kayak kakak tuh?”
“Dih pede!” jawab Minhee setengah mencibir sambil menatap malas Yunseong.
Yunseong sendiri hanya mengendik sebelum kembali menatap si manis, “Lah kan emang benar. Jodoh kamu tuh seganteng kakak.”
“Apanya?” tanya Minhee tidak senang, “Kakak ngaca gih biar tahu kalau jodohku tuh seribu kali lebih ganteng dari kakak.”
“Masa?”
“Bodoh!”
Minhee mendengus keras lalu kembali menatap layar ponselnya. Membuat Yunseong terkekeh begitu saja. Beberapa detik kemudian, lelaki Hwang itu menggeser posisi tubuhnya sebelum mengubah posisinya menjadi menyamping dengan tangan kanan yang menumpuh kepalanya.
“Dek?”
“Apalagi, sih?”
Yunseong memanggil lagi dan Minhee langsung menyahut kesal karena merasa kegiatannya diganggu.
“Sini, dong.”
“Ngapain?”
“Kelonan sampe mabok, terus cipokan sampe sesak napas.”
“Dih, apaan?” Minhee langsung menoleh dan menatap tidak senang Yunseong. Sementara lelaki Hwang itu hanya tersenyum dan memasang wajah tak pedulinya.
“Emang kamu gak mau?”
Minhe mendengus lagi. Diam selama beberapa saat, ia akhirnya meletakan ponselnya ke atas meja sebelum beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri Yunseong sambil menyentakan kaki tidak senang.
“Kesel banget sama kak Yunseong!”
“Ah, masa?”
Si manis mendengus lalu menatap tidak senang yang lebih tua saat ia sudah berada di sisi tempat tidur, “Geser!”
“Ngapain geser? Ntar juga nempel-nempel gak ada jarak.”
“Ya udah kalau gak mau.”
Minhee berbalik hendak melangkah kembali ke arah meja belajarnya, tapi Yunseong segera menahan lengannya dan menarik tangannya begitu saja—membuat Minhee kehilangan keseimbangan dan jadi terduduk di atas tempat tidur.
“Sok ngambek ih,” ucap Yunseong kemudian sebelum menarik Minhee lagi agar menatap ke arahnya.
“Aku emang lagi ngambek ya,” sahut si manis begitu saja, menatap Yunseong tidak senang selama beberapa detik sebelum mengalihkan tatapannya dengan bibir yang mencebik tidak senang.
Yunseong yang melihatnya tidak dapat menahan diri untuk tersenyum. Tiga detik kemudian, lelaki Hwang itu segera beranjak dari posisinya. Selanjutnya, ia mendekatkan dirinya dengan si manis, memposisikan kedua kakinya di kedua sisi tubuh si manis—kemudian mengulurkan kedua tangannya untuk memeluk erat tubuh si manis. Kepalanya ia sandarkan begitu saja di pundak Minhee.
“Ngambek kenapa, hm?’ tanya lelaki Hwang itu kemudian setelah ia diam beberapa saat karena ia asyik menghirup aroma tubuh Minhee.
Sementara itu, si manis masih merengut tidak senang. Bibirnya masih mencebik kesal, “Menurut kakak?”
“Kakak gak tahu tuh.”
“Dih, bohong!” jawab Minhee cepat, “Jelas-jelas tadi aku bilang lagi liat postingan mantan pacar jodohku, masa kakak gak tahu kenapa aku ngambek.”
Lanjutan jawaban Minhee sukses membuat Yunseong terkekeh kecil. Lelaki itu lalu mengeratkan pelukannya sebelum mendaratkan sebuah ciuman di pipi lembut Minhee—membuat pemiliknya mendelik kecil.
“Biarin aja, sih. Kan udah jadi mantan.”
“Iya, udah jadi mantan. Tapi kenapa postingannya masih ada? Kenapa gak dihapus?!”
Yunseong mengendik, lalu meletakan dagunya pada pundak kanan Minhee, “Ya mana kakak tahu,” jawabnya begitu saja, “Lagian, yang lebih penting kan jodoh kamu gak nyimpan semua hal yang berbau mantan.”
“Emang iya?”
“Kan kamu juga lihat pas jodohmu menghapus jejak-jejak mantan.”
Minhee diam sesaat kemudian mengangguk kecil, “Iya, ya.”
Lalu, Yunseong yang mendengar gumaman kecil si manis jadi terkekeh kecil sebelum kembali mengeratkan pelukannya. Detik berikutnya, ia kembali mendaratkan sebuah ciuman pada pipi Minhee—kali ini kedua pipi Minhee kena.
“Kak Yunseong, ngapain sih ih cium-cium?!”
“Gemes banget kamu, dek. Mau cium-cium seharian.”
Minhee bertanya kesal, tapi Yunseong tidak peduli. Ia hanya mengucapkan dua kalimat tadi sebelum kembali mendaratkan ciuman pada pipi si manis. Beberapa saat kemudian, ia kembali mengeratkan pelukannya sebelum mengangkat tubuh si manis untuk duduk di pangkuannya. Selanjutnya, ia memposisikan Minhee untuk menghadap padanya sebelum mendaratkan ciuman-ciuman di seluruh wajah manis Minhee.
“KAK YUNSEONG UDAHAN IIH!!”
Cup...
“KOK BIBIRKU JUGA DICIUM?!”
Cup...
Minhee sudah membuka mulutnya untuk melakukan protes karena ciuman berikut yang Yunseong berikan padanya. Tapi, lelaki Hwang itu bergerak lebih cepat untuk menciumnya lagi. Kali ini, ciumannya tak langsung dilepas seperti tadi. Lelaki Hwang itu justru tetap menempelkan bibirnya di sana sebelum mengajak si manis untuk sebuah ciuman yang lebih.
Minhee?
Oh, ayolah! Tidak ada yang bisa ditolak dari seorang Hwang Yunseong untuk Kang Minhee.
Keduanya lalu larut dalam ciuman itu selama beberapa saat. Hingga Minhee memukul pelan dada Yunseong saat sudah hampir sesak napas. Setelah ciuman itu dilepas, Yunseong dapat melihat wajah manis kesayangannya itu yang kini memerah dengan bibir yang basah dan sedikit bengkak.
Astaga, itu indah sekali di mata Yunseong.
Diam selama beberapa saat, lelaki Hwang itu lalu kembali mendaratkan sebuah ciuman singkat pada bibir mungil di manis.
“Kamu jangan ngambek dong. Itu kan cuma postingan mantan, kakak kan gak pernah mikirin mantan lagi.”
“Tapi aku kesel sama mereka.”
“Biarin aja sih, yang penting kakak punya kamu sekarang,” jawab Yunseong kemudian, “Lagian, kamu sendiri yang bilang kakak jodoh kamu. Artinya kakak gak akan ke mana-mana.”
“Tapi, pernah nyasar di hati orang.”
“Sekarang gak lagi, sayang.”
“Beneran?”
“Emang kakak pernah bohong soal ini?” tanya balik Yunseong, “Kita pacaran udah jalan empat tahun loh.”
Diam selama beberapa saat, Minhee akhirnya mengangguk sebelum menjatuhkan kepalanya di pundak Yunseong, “Kakak cuma punya aku doang.”
“Iya, gak akan ada yang ngambil, kok,” jawab Yunseong sambil mengeratkan pelukannya, “Btw, weekend ke rumah, yuk. Mama kangen sama kamu.”
“Ayo! Aku juga kangen sama mama.”
~
Haiiiiii
Thank you...