"Jaemin, sepertinya aku tidak bisa datang."
"Tidak masalah. Lagipula kau yang mengajakku, bukan aku."
"Kau benar. Jika bukan karena teman-temanku, kita pasti bisa menikmati waktu kita."
"Kau ini. Lebih baik kau berangkat sekarang, mereka pasti menunggumu."
"Baiklah, aku tutup."
Momen ini benar-benar membuat Jaemin tidak bisa menyembunyikan senyumannya.
Dengan mengambil kameranya, ia pergi ke suatu tempat.
Entah mengapa, suhunya begitu dingin. Mungkin karena musim gugur telah dimulai, hingga ia harus menggunakan baju tebal.
"Bahkan aku tidak bisa menahannya, ini sangat dingin."
Mencoba berjalan-jalan, dengan kamera yang selalu siap mengambil pemandangan indah ini.
Ia selalu melakukannya hingga tidak ingat waktu. Terkadang ia mulai dari pagi hingga malam, itulah yang membuatnya mudah sekali terkena flu.
"Aku lapar sekali."
Sejak kemaren, ia tidak makan karena keuangannya yang menipis. Ia berpikir akan mengirit saja, makan 2 kali seminggu.
Kau menyakiti dirimu sendiri Jaemin.
Mencoba berkeliling, dengan tidak melihat tempat makan.
Ia sangat lapar.
"Jaemin?"
Mendongak, ada Jeno di sana.
"Sedang apa Jaem?"
"Seperti biasa, kamera."
Jeno mengangguk, namun ia melihat Jaemin menyentuh kepalanya.
"Kau baik-baik saja?"
"Tentu saja, aku hanya pusing."
"Lebih baik kau ikut bergabung."
Ia menolak, karena Jeno pasti akan marah jika tahu dirinya belum ada makan.
"Tidak. Ini kan waktumu, kau harus menikmatinya. Aku pergi dulu."
Namun, ia terhenti dengan menyentuh kepalanya lagi. Rasanya, di sekitarnya berputar. Ia tak kuat lagi.
Dengan sigap, Jeno langsung menangkap tubuh Jaemin.
"Na Jaemin, kau baik-baik saja? Hei, bangunlah."
Tetap saja Jaemin tidak merespon.
Ia mengambil ponselnya, dan mengirim pesan pada salah satu temannya. Dan Mark keluar dari tempat itu.
"Ada apa Jen?"
"Aku harus pergi, katakan pada mereka ya."
Jeno langsung mengangkat tubuh itu dengan bridal style menuju ke arah mobilnya.
- Din