Yokk absen dulu, tarik napas lalu keluarkan 🥺
Disarankan memutar lagi paling sedih 💜
Aku takut kalian pada emosi pas baca nanti :')
Tidak tanggung jawab kalo kalian ambyar 🥺
Sudah siap di banting???
Yokkk meluncur ✈️
HAPPY READING
—————-
————
•••
Taehyung menatap baliho besar di hadapan nya itu dengan binar bahagia yang terlihat sendu, seolah baliho itu memang wujud asli kakak nya. Senyum tipis itu terbit begitu melihat senyuman lebar milik sang kakak yang terpampang disana.
"Selamat ulang tahun hyung. Kapan hyung pulang, Taehyung rindu." Katanya lirih. Cairan bening sudah menumpuk di pelupuk matanya, siap untuk terjatuh jika dia mengedipkan matanya.
Taehyung menghela napas berat, berandai-andai jika ia pulang nanti ada Yoongi yang menunggunya disana, membawa jjajangmyeon kesukaan nya dan menghabiskan waktu bersama. Tapi lagi-lagi Taehyung selalu di sadarkan oleh kenyataan yang ada, bahwa Yoongi tak akan pernah pulang untuk menemui nya. Kakak nya itu tak akan pernah berubah, akan selalu jadi Yoongi yang membenci nya.
Taehyung tertawa miris, melangkah pelan dan meninggalkan baliho foto Yoongi yang sengaja di pasang disana, mungkin project-project penggemar Kakaknya itu. Taehyung memasuki gang-gang sempit yang akan membawanya lebih cepat untuk sampai ke rumahnya.
Langkah kaki itu terhenti saat telinganya menangkap suara bantingan di sudut gelap gang sempit yang ia lewati, Taehyung memilih mendekat dan melihat apa yang sedang terjadi disana. Matanya melebar saat melihat banyak preman berpakain hitam dan topi itu tengah memukuli satu orang laki-laki disana. Taehyung ingin menghampiri sosok itu tapi langkah yang ia ambil tiba-tiba memberat. Taehyung mengenali sosok itu, dia Jungkook teman satu grup dengan Kakaknya.
'Tentu saja ada, Dia adalah Maknae kami sendiri yaitu Jeon Jungkook. Dia sudah kuanggap seperti Adik kandung ku sendiri, Dia sangat manis. Dia lah Penyemangatku setiap hari. Tentu saja aku sangat menyayanginya.'
Taehyung tiba-tiba teringat oleh ucapan Yoongi saat salah satu pembawa acara bertanya tentang sosok yang membuat Yoongi begitu bersemangat dan bahagia. Kakaknya itu dengan lantang menjawab Jeon Jungkook, dan yang paling menyakitkan adalah dibagian Yoongi yang menjawab pertanyaan bahwa dia tidak pernah memiliki saudara kandung, Kakaknya bilang bahwa dia adalah anak tunggal.
Matanya bergerak liar, kakinya perlahan memundur dan dia berlari dari sana. Taehyung mengusap wajahnya kasar, keringat dingin memenuhi keningnya dan air matanya perlahan membasahi pipi pucatnya.
Napas nya terengah, tubuhnya terjatuh begitu saja.
"Apa yang sekarang aku lakukan itu benar?"
"Aku meninggalkan nya. Aku tak ingin menolongnya—
—Aku hanya iri dengan Jungkook."
•••
Yoongi dan teman satu grupnya yang lain tengah berlarian dia koridor rumah sakit yang cukup sepi malam itu. Manajernya mengabari bahwa Jungkook mengalami kecelakaan dan di bawa ke rumah sakit.
Yoongi terengah, matanya menatap pintu ruang Operasi yang tertutup rapat. Yoongi beralih menatap kursi ruang tunggu, matanya berubah tajam dan memerah saat melihat sosok yang di benci nya tengah menundukan kepala nya begitu dalam. Yoongi menarik lengan itu dengan keras.
"Ikut aku!" Taehyung mendongak, belum sempat mengeluarkan suara nya tapi Kakaknya itu lebih dulu menarik nya dengan kasar.
Yoongi menghempaskan tubuh adiknya itu dilorong rumah sakit yang cukup sepi, setidaknya di lorong itu jarang di lewati dan tidak ada cctv yang mengintai nya.
Yoongi mencengkram kerah baju seragam milik Taehyung, baju putihnya itu telah penuh debu dan darah milik Jungkook, Taehyung dikalahkan oleh hati nurani nya dan berbalik menolong Jungkook yang sudah terkapar dengan luka tusuk yang terbuka di bagian perutnya.
"Apa yang kau lakukan pada Jungkook, hah?!" Bentak Yoongi.
"Kau iri dengan nya? Sampai-sampai kau melakukan hal menjijikan seperti ini!"
"JAWAB!" Teriak Yoongi. Taehyung mendongak dengan mulutnya yang terbuka untuk mengais oksigen yang seolah menjauhi nya.
Yoongi semakin mengeratkan cengkraman nya, emosi nya mengambil alih kewarasan nya.
"B-bukan a-aku..." Jawab Taehyung lirih. Yoongi melepaskan cengkraman nya dengan keras.
Dadanya bergemuruh dan urat lehernya terlihat timbul.
"Brengsek!" Yoongi memukul rahang Taehyung keras. Taehyung yang tak siap dengan pukulan Kakaknya itu harus terjungkal ke belakang dengan punggung nya yang menghantam lantai dengan keras.
"Akhh...uhukk—"
Taehyung terbatuk keras. Tangan nya mencengkram dada nya kuat. Sumber rasa sakit yang membuat napasnya tercekik.
"Bangun brengsek!" Bentak Yoongi. Namun Taehyung masih diam dan meringkuk di atas lantai dingin rumah sakit. Dadanya sakit, napas nya sesak, seperti ada sesuatu yang mendorong keluar dari mulutnya.
Yoongi kembali menarik kerah baju Taehyung.
"Kau itu parasit, Taehyung!"
"Kau menghancurkan semua yang aku miliki, sialan!"
"Enyah dari sini, jika perlu kau pergi yang jauh. Jangan pernah lagi menampakkan wajah memuakkanmu itu di depanku!" Geram Yoongi. Cengkaraman itu di sentak begitu keras dan di dorongnya kasar dada Taehyung.
"H-hyung..hahh—" Panggil Taehyung lemah. Sudut bibirnya terluka dan darah terlihat merembes keluar dari sana. Yoongi sudah pergi dari hadapan nya, punggung itu menjauh dan terlihat samar-samar.
Taehyung menghempaskan tubuhnya pada lantai dingin yang membekukan rasa sakitnya. Matanya menangkap warna putih atap rumah sakit, cairan bening itu lagi-lagi turun melewati sudut matanya, bibir nya terbuka dan napasnya terasa tercekik.
"M-maaf...ughh—
—Yoongi h-hyung...hahhh."
•••
Yoongi terlihat gusar dengan kedua tangan nya yang saling meremat. Jungkook masih belum keluar dari ruang operasi semenjak 30 menit yang lalu. Jimin—teman satu grupnya itu menepuk punggung Yoongi pelan, memberikan kekuatan lewat tepukan nya itu. Disini bukan hanya Yoongi yang merasa terpukul tapi mereka semua, namun disini Yoongi lah yang jauh lebih dekat dengan sang maknae. Sampai-sampai Yoongi merasa seperti orang yang kehilangan kewarasan.
"Jungkook, dia kenapa bisa seperti ini?" Tanya Namjoon leader grup mereka. Manajer yang datangnya lebih dulu dari mereka itu mengalihkan pandangan nya, menatap satu-persatu anggota BST.
"Jungkook di keroyok dan dipukuli di gang sempit di kawasan shilim, Aku mendengarnya dari anak laki-laki yang membawa Jungkook kemari." Ujar Manajer Sejin dengan raut serius nya.
"Apakah Jungkook memilik masalah pada seseorang?" Tanya Sejin. Dan mereka kompak menggeleng pelan.
"Kami tak tau, hyung." Ujar Seokjin member tertua BST."
Yoongi menghembuskan napas berat, apalagi ini. Apakah memang benar Jungkook menyembunyikan sesuatu dari mereka? Dan bukan Taehyung yang dengan sengaja mencelakai Jungkook?
Yoongi memukul kepalanya pelan, matanya sudah sembab karna terus menerus menangisi keadaan Jungkook yang masih belum tau jelas bagaimana keadaan nya.
"Aku akan mencari tau." Ujar Sejin.
Pintu ruangan operasi terbuka dan menampilkan Dokter yang menangani Jungkook keluar dan ruangan yang mencekam itu.
"Bagaimana kondisi Jungkook?" Tanya Sejin. Wajah mereka berubah menjadi tegang, apalagi Yoongi yang saat ini kembali meremat tangan nya.
"Syukurlah luka tusuk nya tidak sampai melukai organ vital nya. Pasien Jungkook sudah melewati masa kritisnya dan sekarang sudah dalam kondisi baik-baik saja, dan akan sadar dari obat bius nya besok pagi." Ujar Dokter itu. Yoongi dan yang lain nya menghembuskan napas lega.
"Untung saja saudara Jungkook di bawa ke rumah sakit tepat waktu, berterimakasihlah dengan anak laki-laki yang membawa pasien Jungkook kemari." Dokter itu tersenyum. Hati Yoongi sedikit tertegun dengan penjelasan Dokter di depan nya itu, mengabaikan sang dokter yang sudah berlalu dari sana.
"Lalu dimana laki-laki yang membawa Jungkook itu? Hyung bahkan belum berterimakasih." Sejin terlihat mengedarkan pandangan nya, namun dia sama sekali tak melihat sosok yang tadi nya duduk di sebelahnya. Dia yang terlalu fokus atau terlalu khawatir dengan Jungkook, sehingga mengabaikan sekitarnya.
"Hyung cari juga laki-laki itu, dia juga saksi atas peristiwa ini." Seokjin memberi usulan dan mendapat anggukan singkat oleh Sejin.
"Yoongi hyung, kenapa?" Hoseok menghampiri Yoongi yang sedari tadi terus menundukan kepala nya. Yoongi yang di tepuk singkat pundaknya itu beralih menatap Hoseok dan melemparnya dengan senyum tipis.
"Tidak. Hyung hanya merasa lega karna Jungkook baik-baik saja." Jelas Yoongi. Hoseok mengangguk pelan dan kembali mengusap punggung kakak satu grup nya itu.
"Semua akan baik-baik saja, hyung. Jangan khawatir."
"Hm, semoga saja." Ujar Yoongi pelan. Pikiran nya tak lagi fokus pada Jungkook saja tapi pada Taehyung yang beberapa saat lalu ia pukul dan ia lontarkan kata-kata kasar. Entah dibagian sudut mana, hati Yoongi saat ini merasa tak tenang dan begitu berkecamuk.
•••
"Yoongi hyung." Sapa Jungkook lirih saat melihat hyung nya itu memasuki kamar rawatnya. Yang lain nya sudah pulang ke dorm untuk berganti pakaian dan membiarkan Yoongi yang berganti menjaga Jungkook.
"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Yoongi singkat.
"Sudah lebih baik, hyung." Jawab Jungkook dengan senyum tipis nya.
"Hyung, boleh aku bertanya sesuatu padamu?" Tanya Jungkook dengan gugup. Yoongi yang awalnya tengah bergelut dengan buah yang akan ia kupas itu perlahan menatap Jungkook dan menganggukan kepalanya.
"Kenapa berbohong? Hyung memiliki seorang adik yang seumuran denganku kan? Kenapa Yoongi hyung berbohong?"
Deg
Jantung Yoongi berdesir tak karuan oleh pertanyaan singkat yang Jungkook ajukan.
"Laki-laki yang kemarin menolongku—
—dia adik hyung kan?" Tanya Jungkook lagi. Yoongi meletakkan pisau buah nya, beralih menatap mata Jungkook yang berkaca-kaca.
"Aku merasa jahat karna merebut posisi nya, aku—
"Dia bukan adikku, aku membenci nya." Ujar Yoongi dingin.
"Hyung!" Sentak Jungkook.
"Jika bukan karna dia yang menolongku, mungkin aku sudah tinggal nama saat ini. Mungkin aku sudah mati, hyung!" Tangis Jungkook. Yoongi terdiam dan tangan nya lagi-lagi meremat kuat.
"Dimana dia sekarang?" Tanya Jungkook menuntut.
"Aku tak tau, mungkin sudah pergi jauh dan hilang." Yoongi menatap Jungkook dingin, seolah menyuruhnya untuk menyudahi topik ini.
"Hyung gila?!" Bentak Jungkook.
"Cari dia hyung, aku yakin dia tidak baik-baik saja. Dia melindungiku hyung, dia membiarkan preman-preman itu memukul nya dengan keras, bahkan aku yakin jika tulang rusuknya patah karna preman-preman itu memukul dada dan punggungnya berulang kali." Jelas Jungkook dengan wajah yang sudah penuh oleh air mata.
"Hyung tak tau kan jika preman-preman itu adalah suruhan sesaeng, mereka mengancamku dan mengatakan akan menghancurkan hyung jika aku tak datang. Aku bodoh, aku malah datang dan membahayakan nyawa orang lain."
Pisau yang Yoongi genggam itu tiba-tiba terjatuh dengan keras.
"Apa yang kau bilang?" Tanya Yoongi.
"M-maaf... karna tak jujur." Isaknya.
"Hyung harus mencarinya, aku yakin dia tengah kesakitan saat ini. Luka nya juga parah, sama sepertiku. Atau mungkin dia lebih parah." Desak Jungkook. Tangan Yoongi tiba-tiba gemetar, matanya bergerak liar saat melihat ponsel nya penuh dengan panggilan dari Taehyung. Ponselnya sengaja ia heningkan agar tak mengganggu nya.
Ada satu pesan yang adiknya itu kirimkan.
'Hyuhg pwulang.'
Yoongi mengenyit saat melihat tulisan aneh Taehyung, semua abjadnya salah. Dan Yoongi semakin merasa tak tenang saat ini.
Yoongi berdiri dari duduknya dan berlalu pergi meninggalkan Jungkook sendiri. Jungkook bernapas lega saat melihat Kakak satu grup nya itu tengah diliputi rasa khawatir.
"Yoongi hyung kenapa lari-lari seperti itu? Apa ada sesuatu yang salah? Apa yang tengah kalian bicarakan?" Tanya Jimin yang tiba-tiba datang dan memasuki kamar rawatnya.
Jungkook mengendikan bahunya dan mulai memakan buah yang sudah setengah Yoongi kupas kulitnya.
"Kenapa mendatanginya sendiri? Kau bisa mengatakan pada kami, pada Sejin hyung. Lain kali jangan melakukan semua sendiri Jungkook, kau tau kan hal itu membuatmu dalam bahaya." Tegur Jimin.
"Maaf." Ujar Jungkook lirih. Jimin menepuk punggung bungsunya itu dengan lembut.
"Tak apa, yang terpenting kau sudah baik-baik saja sekarang." Jimin menepuk kepala Jungkook dan mengusaknya pelan.
•••
Taehyung meringkuk diatas lantai kamarnya, menekan titik rasa sakitnya dibagian dada dan perutnya. Lantai nya sudah penuh oleh darah yang keluar dari mulutnya. Berulang kali dia menelepon Yoongi tapi kakaknya itu sama sekali tak menjawab telepon nya. Taehyung tak kuat, napasnya sudah putus-putus, tubuhnya sakit dan seperti remuk di beberapa bagian.
Tangan itu gemetar, mengambil ponselnya dan menekan nomer Yoongi untuk kesekian kalinya. Telepon itu tersambung namun tak ada suara yang menyambutnya.
Taehyung kembali menekan dada nya saat rasa sakit itu kembali menyetak tubuhnya. Kakinya bergerak liar dan menendang-nedang seolah melampiaskan kesakitan nya. Tubuhnya mengeliat dan darah kembali ia muntahkan, kali ini darah yang keluar dari mulutnya lebih banyak daripada sebelumnya.
Uhukk...uhukk
Ugh...
Batuknya dengan keras, area pipinya telah basah. Tercampur air mata juga darah dari mulutnya.
Tangan nya mencengkram lemah lantai kamarnya, matanya memerah dengan napas yang memburu putus-putus.
Lagi, dia berusaha meraih ponselnya yang belumuran darah, kali ini dia tak lagi menelepon Kakaknya itu, ia biarkan tangan lemasnya mengetik pesan singkat. Berharap Yoongi membaca nya dan berlari pulang untuk menyelamatkan nya.
Ponsel itu terlepas begitu saja setelah dia mengetikan pesan pada Yoongi. Tubuhnya mengejang hebat begitu rasa sakit seperti benda tumpul yang memukul dadanya dengan kuat.
Hoek...uhukk—
Cairan merah itu kembali dia muntahkan, wajahnya sudah penuh oleh darah. Napasnya berhembus berat, dadanya sakit dan matanya bergerak sayu. Kepalan tangan nya perlahan terlepas dan tergolek lemah disisi tubuh nya.
Kaki nya kebas dan mati rasa, tubuhnya terasa sakit seperti ada yang sengaja menariknya dengan keras, mata nya bergerak lambat dan tubuhnya tiba-tiba mendingin. Tarikan napasnya terasa sakit dan perlahan berhembus pelan dan menghilang, tubuhnya tersentak lemas, matanya terpenjam rapat dengan bibir nya yang terbuka dan membiru.
'Selamat ulang tahun, Yoongi hyung. Kadonya adalah kepergian ku, terimakasih telah mau menjadi Kakak ku yang begitu aku sayangi, selamat tinggal hyung.'
Yoongi membuka pintu rumahnya dengan keras, melihat sekeliling rumahnya yang gelap gulita dan terasa dingin. Kakinya ia ajak kembali berlari untuk memasuki kamar adiknya itu, pintu coklat itu di dorongnya dengan kuat. Netra nya bergerak liar dan dadanya seperti di pukul benda tumpul dengan kuat, kakinya terjatuh dengan keras, perlahan di seretnya untuk menghampiri Taehyung yang sudah tergeletak dengan darah yang berceceran memenuhi lantai kamarnya.
"T-tae...Taehyung. Ini hyung, Yoongi hyung..."
"T-tae, bangun..." Isaknya, tangan nya terus mengguncang tubuh lemas Taehyung.
Cairan bening bahkan memenuhi paras pucatnya, tangisan itu tak mau berhenti. Jantung nya seperti ditarik dengan keras saat melihat kondisi Taehyung yang seperti ini.
Yoongi mengangkat tubuh Taehyung, menariknya pelan dan membawanya bersandar di atas punggung nya.
Yoongi berlari, membawa tubuh lemah Taehyung untuk segera mendapatkan pertolongan, walaupun Yoongi sadar bahwa adiknya itu tak lagi bernapas. Jantung adik nya tak lagi berdetak, leher belakangnya tak lagi merasakan hembusan napas teratur adiknya, walaupun lirih Yoongi masih berharap adiknya bernapas, adiknya masih hidup.
Adiknya harus hidup.
Yoongi menghidupkan mobilnya dengan tangan gemetar, memasangkan sabuk pengaman pada tubuh Taehyung.
Mobil itu bergerak cepat, membelah jalanan malam yang sepi oleh pengendara. Dipukulnya setir itu berulang kali, tangan kirinya menggenggam tangan lemas Taehyung yang terasa dingin.
"Tae, kau harus bertahan, hyung janji akan sering pulang dan menghabiskan waktu berdua bersamamu."
"Hyung janji setelah ini akan mengajakmu berlibur, hyung janji akan menyayangimu. Hyung—-
Tangisnya pecah, setiap kalimatnya tak pernah di jawab oleh adiknya. Bahkan napasnya pun tak terdengar berhembus, diantara malam itu perasaan Yoongi berkecamuk, hancur dan berantakan. Memori-memori menyakitkan yang membawanya pada hari dimana Yoongi selalu mamaki atau bahkan memukul Taehyung dengan keras. Menyalahkan Taehyung atas apa yang tak pernah laki-laki itu lakukan.
Kehancuran Yoongi bertambah saat Dokter di depan nya menggelengkan kepala nya sembari mengumumkan waktu kematiran adiknya. Yoongi mencengkram kerah baju Dokter yang menangani adiknya itu dengan kasar, memakinya dengan berbagai umpatan dan kalimat penuh penyesalan.
Yoongi menerobos masuk dan membawa langkahnya untuk memeluk tubuh dingin Taehyung yang telah membiru. Bibir itu terkantup rapat, mata itu terpejam kuat dengan paras yang begitu pucat dan dingin.
Tangan itu mengusap setiap lebam yang memenuhi tubuh adik yang dibencinya itu.
"K-kenapa tubuhmu lebam semua, hm? Apa ada yang menyakitimu di sekolah?"
"Bangun. Jangan tidur Tae, ayo tidur dirumah, jangan disini." Ucapnya pelan, tangan itu mengusap rambut hitam Taehyung dengan lembut.
"Aku memang menyuruhmu pergi, tapi kenapa kau pergi nya sejauh ini. Kau marah pada ku, hm?" Tangis nya keras. Tetesan air matanya turun dan mengalir pada pipi dingin Taehyung. Yoongi mengecup kening Taehyung lembut, itu adalah salah satu keinginan Taehyung selama ini.
"Hyung sudah mencium mu, ayo bangun Tae. Jangan menghukumku seperti ini." Ujarnya kalut, tangan nya terus mengguncang tubuh kaku adiknya tidak terima. Sampai sebuah tangan merangkul Yoongi dan membawanya kedalam rengkuhan hangatnya.
Seokjin memeluk Yoongi erat, membiarkan bahunya basah oleh air mata teman nya itu.
"Yoongi, jangan seperti ini. Adikmu tidak akan tenang jika melihat hyung nya terpuruk seperti ini." Ujar Seokjin lembut. Yoongi yang berada dalam peluknya semakin terguncang hebat dengan tangisan yang lebih keras dari sebelumnya.
"A-aku bodoh hyung, a-aku menyakitinya." Rancau Yoongi.
"D-dia merenggang nyawa dan aku tidak ada disana untuk menyelamatkan nya."
"Aku—
"Cukup Yoongi-ah, jangan seperti ini."
Kali itu bukan hanya Seokjin yang menyaksikan Yoongi sehancur ini tapi semua teman-teman nya bahkan manajer mereka ada disana, menyaksikan Yoongi yang begitu rapuh saat ini.
'Jungkook, tolong gantikan aku menjaga Yoongi hyung setelah ini. Jangan pernah membuatnya sedih, kau adalah adik yang sangat dia sayangi. Jaga dia untukku, Jungkook-ah.'
END
'Selamat ulang tahun Yoongi hyung, semoga kau menyukai kadonya. Aku membelinya dengan uangku sendiri loh, aku menabungnya selama satu bulan ini dan aku sama sekali tidak makan siang karna aku ingin memberi kado yang terbaik untuk ulang tahun mu kali ini. Aku yakin mungkin hyung bisa membelinya ini puluhan bahkan ratusan tapi aku harap hyung mau memakai nya.
Hyung jangan di buang lagi yaa, kali ini mungkin aku terakhir kalinya memberimu kado ulang tahun, karna aku tak yakin tahun depan apa aku masih bisa memberimu kado hehe, karna hyung semakin kaya setiap hari nya kekeke.
Selamat ulang tahun hyung, semoga suka dengan jas hitam nya.
Taehyung menyayangi Yoongi hyung, sangat.
Bahagia selalu hyung kesayanganku.
Dari aku, adik kecilmu, Taehyung-ie.
——————
———
Sudahkah merasa dibanting? 🥺
Apakah ini ngefeel gais?
Untuk yang belum pernah baca FF ku yang 1004, nah ini aku kasih spoiler nya wkwk 🤣
Semoga sukak, sayang kalian banget tau ga, soalnya selalu aja aku ditagih-tagih ekwk 😚
Udah deh, seberapa baper dan ngefeel untuk oneshoot kali ini?
See you next part, jangan lupa vomment nya 🥺💜