GasVol

By Rama_ptr19

185 43 33

Gastra Cukup dengan menyebut namanya saja sudah berhasil membuat orang geleng-geleng kepala. Mengingat berbag... More

0-Perkenalkan
1-Rutinitas pagi Gastra
3-Tetangga baru?
4-Minggu pagi

2-Gastra berpidato

24 9 4
By Rama_ptr19

Saya harap kalian bisa menghargai karya saya dengan baik🖤

Enjoy!

***

Sesampainya di sekolah, Gastra dan ketiga temannya memarkirkan sepeda mereka di parkiran khusus sepeda. Setelah itu, Gastra dan ketiga temannya pun berjalan beriringan di koridor kelas 12 menuju kelas mereka. Kebetulan mereka sekelas.

Sesekali mereka menyahuti sapaan dari teman seangkatan mereka dan tatapan memuja dari siswi-siswi.

"Gue serasa gey di pandangi ntu cewe-cewe." Chika berceletuk dan membuat Gastra memutar bola matanya malas.

"Kamu cewek Chik, di mana-mana cewek itu lesbi. Tapi jangan sampai! Jangan tiru kelakuan kaum nabi Luth lah, baik-baik aja kamu jadi cewek," ujar Gastra bijak dan di angguki setuju oleh Dani.

"Gue setuju tuh, jaman sekarang kan udah banyak gitu hubungan sesama jenis di legal kan. Miris gue," tambah Dani sambil bergidik ngeri.

Sedangkan Ihsan, ia hanya menyimak.

"Gue tau kali, lagian gue masih normal," bela Chika.

***

"Baik lah anak-anak, mumpung Jum'at ini kelas kita mendapatkan bagian Rohis, bapak ingin kepada ketua kelas dan seksi kerohanian yang sudah di pilih untuk mengurus semua persiapan. Bapak ingin kalian membagi tugas untuk protokol, Saritilawah, pidato, dan hiburan. Semuanya bapak serahkan kepada kalian. Berhubung jam mengajar bapak sudah selesai, bapak izin pamit. Assalamualaikum."

Gastra menatap kepergian guru berjanggut panjang itu dan setelah kepergian gurunya itu, kelasnya mendadak ramai. Semua teman sekelasnya mulai mengerubungi meja Farhan yang menjadi ketua kelas dan Dani yang menjadi seksi kerohanian yang baru.

Otomatis Gastra juga mau ikut mengerubungi, ia tidak mau di cap sebagai murid kudet. Gastra juga ingin mengikuti perkembangan zaman.

"FARHAN! GUE JADI PROTOKOL AE LAH!"

"FARHAN, GUE JADI MUKUL GENDANG YAK".

"GENDANG?"

"ITU LOH YANG BIASA DI PAKE EMAK-EMAK WIRIT."

"REBANA GOBLOK!"

"FARHAN! GUE BACA QUR'AN!"

"DANI, GUE BAGIAN HIBURAN!"

Berbagai seruan dari teman-teman sekelasnya membuat Gastra ikut berseru. Hayolah, Gastra juga ingin merasakan apa yang teman sekelas nya rasakan.

"FARHAN! DANI! AKU PENGEN BACAIN PIDATO AJA!"

Sontak semua diam, hening, dan sunyi. Tidak ada yang bergerak dari tempatnya bahkan mereka sampai lupa bagaimana caranya bernafas.

"Kenapa?" Pertanyaan keluar dari mulut Gastra. Alis nya sudah menekuk aneh saat melihat semuanya senyap.

"Lo serius mau baca pidato?" tanya Dani seraya berdiri dari duduknya dan menghampiri Gastra yang masih berdiri di dekat meja nya.

Gastra mengangguk. "Emang ada yang salah?"

"SALAH BESAR!"

Sekelas menyahuti perkataan Gastra dengan semangat.

"Emangnya aku buat kesalahan apa?" tanya Gastra yang masih tidak mengerti.

"Jan pura-pura lupa kaya lagu nya abang Mahen lu!" celetuk Chika sembari mengambil gitar milik Demian dan mulai memainkan nya.

"Waktu kelas 11, lo ngisi acara Rohis dan kedapatan bagian baca pidato. Dan lo tau apa yang lo lakuin?" Farhan mengimbuhi dan Gastra menggeleng. "Lo ngupil!"

"Acara selanjutnya, pidato singkat yang akan di bawakan oleh Gastra. Kepada Gastra, kami persilahkan."

Dengan rasa percaya dirinya, Gastra mengambil ahli tempat berdiri protokol tadi dan mengambil mic yang di sodorkan protokol tadi.

Ia berdehem dan membaca basmalah di dalam hatinya. Semoga semua berjalan dengan lancar.

"Tes satu dua tiga, tes satu dua lima, tes tes.." Gastra mengetes mic yang ia pegang. Takut mic nya mati dan membuat semua orang yang menonton nya terkekeh kecil dan ada juga yang mengumpat.

"Assalamualaikum semua! Kenalin Saya Gastra dari kelas 11 jurusan IPS. Saya di sini mau membawakan pidato singkat yang bertema tentang generasi muda." ucap Gastra membuka pidato nya.

"Baik lah, tan-"

Namun perkataan nya berhenti saat ia merasa hidungnya gatal dan seperti ada yang menghambat udara masuk. Awalnya Gastra ingin mengabaikan itu semua. Namun, jiwa garuk-garuk nya terpanggil dan membuat nya mau tidak mau menggunakan tangan kiri nya untuk menggaruk hidungnya.

"Maaf, hidung saya gatal kaya ada yang ganjal," sela Gastra tanpa malu.

Yakin lah, di pojok sana sudah ada Revan yang sudah melatih Gastra dengan susah payah yang sedang menganga kan mulutnya lebar. Perasaan nya jadi tidak enak.

"Baik lah, tan-"

Aduh! Lagi-lagi hidungnya terasa gatal. Akhirnya Gastra menghentikan kalimat nya dan kembali menggaruk hidung bagian luar nya. Tetapi, saat garukan bagian luar itu, ia meras tidak nyaman dengan bagian dalam hidungnya. Tanpa ragu Gastra mengatakan.

"Sebentar, saya izin ngupil dulu," ucap nya dan berhasil membuat semua orang yang menonton nya cengo.

Jari telunjuk kiri nya sudah memasuki lobang hidung nya dan berhasil mengangkut kotoran hidungnya itu. Gastra tatap tajam kotoran itu dan berdecih. "Dasar eek hidung!"

Tetapi, saat Gastra mau membuang kotoran hidungnya, ia bingung harus menempelkan nya di mana. Jika biasanya, saat Gastra selesai mengupil, dia akan menempelkan nya di dinding. Tapi kali ini tidak ada dinding di dekat nya.

Senyuman merekah di jawah Gastra, tanpa pikir panjang, Gastra langsung menempel kan kotoran hidungnya di kepala mic yang ia pegang.

"Baik lah, tanpa basa basi lagi, mari kita masuk ke dalam intinya saja."

Sekitar delapan menit Gastra berpidato dan akhirnya selesai.

Setelah selesai mengucapkan salam, Gastra berbalik dan tersenyum pada temannya yang bertugas sebagai protokol.

"Ini mic nya, jangan terlalu dekat pas ngomong. Ada tai hidung aku soalnya."

***

Makan malam sudah mau tiba. Saat ini Gastra dan Arafah sedang menonton acara tv yang biasanya tayang sehabis magrib. Mereka menonton dengan serius bahkan mengabaikan kehadiran Rendy yang sudah berdiri di dekat tv sambil merengut.

"Kamu ngapain berdiri di situ? Mau masuk tv?" tanya Gastra tanpa memalingkan pandangannya.

Rendy berjalan mendekati Gastra dan duduk di samping lelaki itu. "Bang! Abang megangngi nenen Jengki lagi?!" tanya Rendy.

Barusan tadi seusai dirinya mandi, ia pergi ke pojok kamar nya untuk mengisi tempat makan kucing kesayangan itu. Tetapi, ia malah melihat tubuh bagian kucing nya semakin ke bawah dan membuat ia melotot tidak percaya.

Dengan tergesa-gesa Rendy memakai baju dan celana sampai melupakan dalaman. Ia langsung mencari keberadaan Gastra. Ia sudah menduga, pasti lelaki itu pelakunya.

"Abang gabut tadi," Gastra menjawab, masih dengan mata yang fokus pada tv.

"Bang! Berapa kali gue harus bilang, kucin gue jantan! Bukan betina! Lo lagian sih, aneh-aneh aja. Gabut kok mantengin nenen kucing," dengus Rendy.

"Ya maap."

"Minta maaf rajin, tapi ngulangin nya juga rajin," Rendy bermonolog.

"ABANG, ZALWAN, GASTRA, ARAFAH, RENDY, MAKAN MALAM UDAH SIAP SAYANG! AYO MAKAN!" Suara Ayu menggema dari arah dapur dan membuat Arafah berlari secepat kilat menuju dapur.

Lalu Gastra berdiri dan mendekati tv. Ia matikan tv cembung nya dan berjalan meninggalkan Rendy. Rendy tidak langsung nimbrung ke dapur, ia malah pergi ke kamar nya dulu. Rendy mau memasang dalaman.

***

"Mau ke mana lo?" tanya Zalwan sembari menyeruput kopi hitam buatannya sendiri.

"Mau ronda bang," jawab Gastra sembari mengambil senter yang terletak di dekat tv.

"Emang besok lo gak sekolah?" tanya Zalwan.

Gastra menggeleng. "Sekolah diliburkan besok dan kembali sekolah hari rabu." jawab Gastra dan sudah bersiap.

Tidak ada balasan dari Zalwan. Lelaki bermuka datar itu hanya fokus untuk menghabiskan kopi nya yang masih panas.

"Gastra pergi dulu, Assalamualaikum!"

Setelah itu, Gastra keluar dari rumahnya dan pergi menuju pos ronda. Ia pergi tanpa sepeda ontel nya. Gastra sedang malas menggoes.

***

Kini Gastra sudah sampai. Di pos ronda sudah ada beberapa bapak-bapak dan dua temannya, sesama anak-anak Gas Elpiji.

"Nih minum kopi dulu Gas, biar gak ngantuk," sela pak Harto selaku RT yang juga mendapatkan tugas Ronda.

Gastra mengangguk sopan kemudian menerima gelas yang berisi kopi yang sedikit hangat.

Saat Gastra hendak meninum nya, semuanya menatap nya takut terkecuali pak Harto. Justru pak Harto mengembangkan senyumannya.

Dengan was-was Gastra meminum kopi pemberian pak Harto.

Dan

Dalam

Sekejap

Gastra menyemburkan kopi dari mulutnya. Kenapa rasa kopi nya asam pedas?

"Kok, kopi nya aneh?" Gastra bertanya.

"Tadi saya campurin terasi biar kalian semua gak ngantuk," jawab pak Harto tanpa merasa bersalah.

Boy dan Haris sudah menatap Gastra miris. Mereka tau apa yang ingin Gastra katakan hanya saja ia tahan.

Dasar RT sialan! Di kira nya lidah ku bumbu di kasih terasi!

***

Hai bung! Kita ketemu lagi.

Saya harap kalian menyukai story Gastra.

Gimana sama Gastra? Btw, saat ini masih Gastra yang membawakan cerita. Kalau Volip, entar deh ya.

Vote dan komen kalian masih saya tunggu 💋

ILY YANG UDAH BACA, VOTE, KOMEN, DAN SHARE CERITA INI!!

Modus: follow ig: @rama_ptr19

Senin, 6 Juli 2020
Rama, Riau.

Continue Reading