WARNING! LEMON! BDSM (gaje)! MAYANG MAU DISUMBANGIN KE UJUNG KULON!
Lu kira gue sodaranya badak-_-? ~Ma
Lah? Terus yang minta ijin penghapusan sensor sapa, dong? ~Mi
~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Selamat datang, Dabi!" sapa (Name) sambil tersenyum manis saat Dabi memasuki rumah. "Nee, nee, kau mau makan malam dulu? Mau mandi dulu? Atau mau... mencoba pistol baruku ini?"
Dabi hanya menatap sinis gadis yang tengah memerkan pistolnya dengan sangat bangga, "Dari mana kau mendapatkan benda itu, Sialan?"
"Hmm? Aku memang memiliki benda ini dari awal, kok!" sang gadis menjawab dengan senang. "Waktu kemarin Toga-chan dan Twice datang mengunjungiku, mereka bilang kita sangat cocok dan aku harus menembakmu! Kupikir kau akan lebih suka dibakar, tapi karena mereka bersikeras... ya jadi aku membersihkan benda tua ini! Lihat, bukankah ini cantik~?!"
"Kurasa maksud Toga dan Twice bukan itu, deh..." Dabi kemudian mendesah pelan karena udah gak tahu mesti ngurusin (Name) gimana lagi. "Lagipula, apakah kau pernah berpikir bahwa aku bisa mati kalau kena tembak?!"
"Ya! Kadang-kadang hal itu memasuki pikiranku!" aku gadis itu sambil tersenyum lebar. "... tapi saat pikiran bahwa mungkin kau akan menyukai keadaan hidup dan mati itu... aku jadi melupakan semuanya. Aku ingin melihat wajahmu saat aku menembakmu, Dabi—ah!"
"Jangan menembakku atau melakukan apapun yang akan membunuhku," ucap Dabi sambil merebut pistol (Name) dan mengangkatnya tinggi-tinggi, membuat sang gadis mesti loncat-loncat untuk mengambilnya. "... lagipula daripada memikirkan soal menembak orang, kau cari hal lain untuk dilakukan, dong!"
"Yah? Aku mau melakukan apa, memangnya?" tanya (Name) sambil tertawa. "Padahal aku negatif Covid, tapi Shigaraki malah menyuruhku karantina mandiri dan melarangku keluar! Menyebalkan sekali, yah!?"
"... walau kau bilang begitu," gumam Dabi sambil mengikuti sang gadis masuk ke dalam rumah tersebut. "Kau kelihatan senang sekali di sini."
"Ya, aku memang senang!" ucap (Name) tanpa melepaskan senyumnya. "Karena selama aku ada di sini, aku jadi bisa lebih sering bertemu denganmu!"
"Huh...?" gumam Dabi. "... aku tidak tahu itu adalah hal yang bisa dianggap 'menyenangkan'..."
"Ahaha, entahlah! Tiap kali melihatmu saja, itu sudah cukup bagiku!" (Name) tersenyum makin lebar. "Aku sudah sangat senang karenanya..."
Dabi melirik sedikit gadis yang sedang tersenyum sambil menyiapkan makan malam itu, kemudian mendengus pelan dan menatap pistol sang gadis, ... dasar konyol...
***
"... oi, (Name)! Jangan dipegang-pegang terus pistolnya!" ucap Dabi kesal padaku, aku pun hanya menimpali sambil tertawa kecil. "Dasar... kenapa setiap kali aku datang kemari airnya harus selalu dingin, sih...?"
"Kalau soal itu, kau mungkin bisa tanyakan pada Shigaraki!" ucapku sambil tersenyum lebar, Dabi pun hanya mendengus karena tahu Shigaraki pasti gak akan mau mendengarkannya. Lelaki itu kemudian mengeringkan rambutnya yang basah pakai handuk dengan kasar.
"Kau tahu betul bagaimana Shigaraki itu. Dia memang selalu memikirkan segala sesuatu dengan matang, itulah sebabnya kau dan aku ada di sini sekarang," gumam Dabi masih sambil berdiri depan kamar mandi hanya dengan memakai boxer-nya saja. "... kau ini kan, rencana cadangan dari rencana cadangannya rencana cadangan dari rencana cadangannya Shigaraki."
"Ya, ya, dia memang sangat visioner!" aku lagi-lagi tertawa. "Itulah yang kusukai darinya~!"
Dabi diam saja dan melemparkan tatapan sinis padaku, kemudian mendengus dan mengalihkan pandangan, "... itulah sebabnya sekarang aku ngegabut di sini."
"Hmm? Kau gabut, yah~?" ucapku sambil tersenyum dan bangkit dari sofa, aku kemudian menghampiri lelaki itu dan saat sudah tiba dia depannya tersenyum lebih lebar. "Kalau begitu, selagi kau di sini bagaimana kalau kita melakukan itu saja?"
"Hah?" ucap Dabi malas. "Tidak, ah! Merepotkan saja..."
"Eeh? Merepotkan? Bukannya kau snagat menyukai melakukan itu~?" godaku sambil menyeringai tipis, aku kemudian mencondongkan badanku dan menarik lepas boxer sang lelaki. "... lihatlah, kau bahkan tidak mengenakan apapun di balik sini~!
"O-Oi, (Name)!" ucap lelaki itu sambil buru-buru mencoba menutupi selangkangannya, walau begitu aku menahan kedua tangannya sambil tersenyum. "Huh! Jangan melakukannya secara tiba-tiba, dong!"
"Kenapa tidak?" tanyaku sambil tertawa, aku kemudian berlutut perlahan dan mencengkram penis lelaki itu. "... ukuranmu yang 'nge-pas' inilah yang membuatku menyukaimu~!"
"Jangan banyak komen!" Dabi berucap kesal, walau begitu dia tidak lagi mencoba menghentikanku.
Aku tertawa kecil dan mencium lembut ujung penis lelaki itu. "Reaksimu, suaramu, dan seluruh bagian tubuhmu..." bisikku sambil menggerakan tanganku perlahan dan memijat penis sang lelaki. "... aku menyukai semuanya~"
Aku memasukan ujung benda itu ke dalam mulutku dan menghisapnya pelan, membuat kaki Dabi bergetar pelan. "Masukan... saja semuanya, sialan," gumam Dabi nampak jelas menderita saat aku menjilat ujungnya dengan amat perlahan. "... ayolah, (Name). Cepatlah..."
"Jangan memerintahku!" ucapku sambil tertawa. "Ah... dan jaga kakimu tetap lurus, Dabi... atau akan kulakukan hal yang selama ini sangat kau sukai! Akan kuhisap kau sampai habis... dengan... sangat-sangat... perlahan... mmh..."
Aku kembali memasukan ujung penis lelaki itu ke dalam mulutku, kemudian dengan santainya menghisap ujung benda itu, membuat Dabi menutup mulutnya sendiri untuk menahan desahan dari kecepatan yang menyiksanya ini.
"Lebih cepat... kumohon..." gumam lelaki itu akhirnya memunculkan sifat lainnya.
"Asalkan kau janji tidak menahan suaramu dan tetap menjaga kakimu supaya tidak gemetar begini!" ucapku sambil tersenyum dan mengusap pangkal paha Dabi, membuat lelaki itu menggumamkan kata-kata kasar. "... atau aku mesti mengikatmu lho, Dabi~"
Sementara kedua tanganku mengurus bagian tengah dan pangkal penisnya, aku kembali memasukan ujungnya ke dalam mulutku. Aku mejilati bagian ujungnya dan dengan perlahan merayap hingga aku menyentuh bagian tengah penis lelaki itu.
"U-Ukh!" Dabi menutup mulutnya rapat-rapat ketika ia merasakan sensasi menyakitkan dari bagian tengah penisnya saat aku mengigit benda panas itu. "(Name)...!"
"Kau sudah makan malam tadi, jadi ini giliranku..." aku menghisap benda itu dengan kecepata yang lebih menyiksa Dabi lagi. Aku kemudian memaju mundurkan kepalaku sedikit saja dan menghisap lebih keras. "... selamat makan~"
"A-Ah! Sialan!" Dabi mulai kasar lagi, dia mengepalkan tangannya erat-erat dan memegangi kepalaku. "... lebih... cepat..."
"Letakan tanganmu di belakang kepala dan akan kuakabulkan!" janjiku sambil menatap lelaki itu riang. Dengan muka amat tersiksa, Dabi pun meletakan kedua tangannya di belakang kepala dan mengigit bibir menahan desahan.
Aku memajukan kepalaku hingga akhirnya penis Dabi masuk sepenuhnya ke dalam mulutku, Dabi langsung saja mendesah akibat sensasi hangat yang basah itu.
"Ahh... sialan..." dia masih saja toxic. "Cepat... kumohon... bergeraklah!"
Dengan senang hati aku pun mewujudkan keinginannya dan bergerak secepat yang kubisa maju dan mundur, sensasi hangat yang luar biasa pun terasa oleh Dabi dan dia tunjukan dengan jelas di wajahnya.
"Haah... ah! Sial! Ini... ahh..." Dabi bahkan tidak bisa lagi menyusun kata-kata dan hanya larut dalam rasa nikmat itu. "(Na-Name)! Aku... nggh!"
Aku mengabaikan protes lelaki itu dan bisa melihat dari kakinya yang bergetar bahwa dia sudah sangat dekat. Aku lalu menghisap makin kuat dan bergerak maju dan mundur lebih cepat, aku bisa merasakan cairan keluar dari ujung penisnya sedikit demi sedikit.
"Ah! Tidak bisa lagi! A-Aku sudah akan—aah!" lelaki itu berseru saat cairan putih yang banyak itu keluar dari penisnya dan memasuki mulutku. Aku perlahan menarik mulutku dari penisnya dan membersihkan mulutku. "T-Tch... kau memang payah dan gila..."
"Tapi kau menyukainya, bukan~?" godaku saat melihat kaki Dabi masih saja bergetar. Aku mendongak padanya dan menyeringai. "... baik, ayo lanjutkan!"
"Hah?"
"Ke kamarku," ucapku sambil bangkit dan tersenyum. "Aku habis beli mainan baru, kau juga pasti tidak sabar ingin mencobanya, kan~?"
***
"Sudah kuduga, sudah kuduga!" (Name) berucap senang sambil menatap Dabi yang sudah terikat dengan posisi kedua kaki dilebarkan. "... kau memang sangat manis dengan itu, Dabi~!"
"Tch... berhenti mengejekku!" ucap Dabi sambil mengalihkan pandangannya, tali yang mengikat tubuhnya itu kelewat ketat sehingga dia sama sekali tidak bisa melawan, bahkan dia tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang kini campuran merah dan ungu. "... cepat selesaikan saja ini..."
"Ah? Apa-apaan ini?" ucap sang gadis dengan nada dingin. "Sekarang kau ingin bermain malu-malu kucing, yah? Asal kau tahu... aku tidak suka kucing yang nakal, Dabi~ mau kuhukum, huh?"
Suara gadis itu membuat tubuh Dabi bergetar pelan, lelaki itu kemudian mendengus saja, "Baiklah, baiklah! Kau mau aku melakukan apa, hah!?"
"Tidak melakukan apa-apa~!" ucap (Name) kembali ceria, gadis yang sedang tersenyum lebar itu pun menggenggam erat pinggang Dabi dan menelusurkan tangannya di sana. "Kau yang diam saja dan duduk manis itu adalah hal yang paling kusuka darimu, lho~!"
Sang gadis kemudian mengganti senyumannya dengan seringaian dan mendadak mendorong Dabi hingga lelaki itu kini bersujud memunggunginya. Dabi tidak sengaja mengeluarkan desahan pelan saat dia merasakan tangan hangat (Name) menyentuh selangkangannya.
(Name) menelusurkan tangannya di dekat lubang Dabi dan memasuki satu jarinya ke sana dalam-dalam tanpa persiapan, membuat Dabi berseru. "A-Ah!" lelaki itu lalu menoleh pada (Name). "Kenapa kau mendadak begitu—AKH!"
(Name) memotong protesan Dabi dengan cara menampar pantas Dabi keras-keras, sang gadis pun tertawa menatap bekas merah itu. "... apa ini? Kau sekarang berani melawanku?" tanya sang gadis, dia kemudian mendengus dan tersenyum dingin. "... imut sekali, sih..."
Dabi menegang saat lagi-lagi rasa sakit di pantatnya bertambah. (Name) sekali lagi menampar satu dari dua benda tersebut, membuat Dabi membenamkan wajahnya ke seprai. "H-Hnggh!" ucap Dabi menahan desahan, mengetahui hal itu (Name) menggenggam kedua belah pantat Dabi dan perlahan memasukan ujung lidahnya ke dalam lubang di antara kedua benda itu. "A-Aah! (Name)!"
"Jangan coba-coba menahan suaramu, Dabi~" ucap (Name) sambil tersenyum dan kembali memasukan lidahnya dalam-dalam di lubang Dabi. "... atau aku mesti... menghukummu..."
Baru saja (Name) memulainya, Dabi langsung terbangkitkan dan lelaki itu mulai mendesah keras-keras. Dia perlahan mulai menggerak-gerakan tubuhnya supaya lidah (Name) bisa masuk dan menjelajah lubangnya lebih dalam lagi.
"A-Ahh... (Name)..." panggil Dabi, membuat sang gadis sejenak terhenti dari kegiatan makannya. "... kumohon... hukum saja aku..."
Gadis itu langsung menyeringai mendengar permintaan Dabi, dia pun menarik wajahnya dan menatap pantat lelaki itu. "Kau yang meminta, yah~!" ucapnya tepat sebelum menampar bokong Dabi sekali lagi, menyebabkan warna kemerahan muncul di pantat lelaki itu lagi. "Berbalik..."
Dengan susah payah dan kelewat bersemangat, Dabi pun berbalik pada sang gadis, membuat (Name) bisa melihat penis lelaki itu yang sudah tegak dengan bersemangat. (Name) menyeringai lagi dan perlahan berdiri.
"... sekarang, nikmatilah saja..." ucap sang gadis sambil menginjak penis Dabi. "... footjob-ku ini~!"
"A-Aah! Sial!" Dabi tidak mau mengakui bahwa saat kaki (Name) menyentuh dan menginjak-injak penisnya dengan kasar, rasa sakit yang timbul membuatnya mendesah keras-keras. "Ahh! Ini menjijikan—ah! H-Hentikan!"
"Apanya yang menjijikan~?" tanya (Name) sambil memainkan penis lelaki itu dengan menggerakannya ke segala arah menggunakan kaki saja, dia kemudian menekan penis Dabi hingga ujungnya menyentuh perut sang lelaki. "Kau sekarang ini sudah kelihatan sangat maso lho, Dabi~ aku saja kau menyukai ini~!"
"Ti-Tidak!" seru Dabi. "Aku sama sekali tidak menyukainya! A-Ah! Haah... he-henti—ahh!!"
"Cairan yang keluar ini menunjukan bahwa kau bohong..." gumam (Name) dingin sambil menunjukan kakinya yang berlapis cairan putih yang Dabi keluarkan untuk kedua kalinya hari ini, dia meletakan kakinya tepat di depan wajah Dabi. "... jilat..."
Dabi menelan ludah sejenak, sebelum akhirnya memajukan tubuhnya sedikit dan menjilat jempol (Name). Lelaki itu membuang semua rasa malunya dan mencondongkan tubuhnya lebih maju lagi dan menjilat telapak kaki (Name).
Dengan cepat ia mulai kecanduan, lidahnya menjilati setiap bagian kaki sang gadis. (Name) justru tersenyum dingin saat melihat aksi Dabi itu. "Imut sekali, sih..." gumam sang gadis sinis, dia kemudian menarik kakinya. "Nah~! Sekarang, mari kita coba mainan baruku! Yah, karena... lelaki yang suka bohong sepertimu butuh untuk didisiplinkan..."
Dabi hanya bisa menatap kecewa (Name) saat gadis itu turun dari kasur dan menghampiri laci mejanya, bagaikan anjing yang ditinggal oleh majikannya...
Setelah beberapa saat, gadis itu pun kembali sambil membawa beberapa mainan yang ia beli di—oke, gapake iklan. Lanjut. "Bagaimana menurutmu, Dabi~?" tanya (Name) sambil tersenyum lebar. "Aku sengaja membelinya untukmu, lho~"
Dabi langsung saja bergetar hebat. "Ti-Tidak mungkin..." gumam lelaki itu. "Tidak mungkin aku akan mau memakainya, kan!?"
"Aku tahu kau menyukainya, jadi diamlah saja, dasar hewan tidak tahu diri," gumam (Name) dingin, gadis itu kemudian mendekati Dabi yang tengah berusaha berontak. Gadis itu kemudian memasangkan dua buah penjepit di kedua puting Dabi, membuat lelaki itu memberontak makin kuat.
"Tidak... a-ah... hentikan ini..." geram lelaki itu. "Kalau kau memang mau menyentuhku... la-lakukan dengan tanganmu! A-Aku... ahh... tidak mau kau menggunakan alat-alat ini!"
"Hmm? Sayang sekali, ini adalah hukumanmu, Dabi..." ucap (Name) sambil menyeringai, dia lalu menyentuh pipi Dabi dan mengusapnya lembut. "... terima saja dan mungkin aku akan betulan memberikanmu hadiah~"
"Tidak akan!" ucap Dabi, membuat gadis itu menatapnya sinis dengan kesal dan mengeluarkan alat selanjutnya. Gadis itu pun menuangkan cairan dari sebuah botol ke jari telunjuk dan tengahnya dan memposisikan diri tepat di depan Dabi. "Tu-Tunggu, (Name)—"
"A-Ah!" (Name) sudah keburu mendesah keras saat dia memasukan dua jarinya ke dalam lubangnya sendiri. Gadis itu kemudian menggerakan jarinya maju dan mundur, membuat suara desahan keras. "A-Aah... bagaimana... Dabi~? Melihatku saja... hnggh... apa kau sudah lapar lagi~?"
"... hentikan..." Dabi coba mengalihkan pandangannya, walau begitu dia tidak bisa. "Aku ingin menyentuhmu dan kau menyentuhku... jangan lakukan ini... (Name)."
"Sayang sekali..." ucap (Name) sambil tersenyum dingin. "Ini adalah hukumanmu..."
"Kalau begitu, berhenti menghukumku sekarang!"
"Nggh... sayang sekali aku belum puas—ah~!" (Name) mulai menemukan bagian ternikmatnya dan menambahkan satu jari lagi, membuka lubangnya lebar-lebar dan bergerak makin cepat. "Aah! Ahh... ah! Aku masih... ingin menghukummu, Dabi~!"
"Berhenti menyiksaku dan menggodaku begini!"
"Ahaha—ah... y-ya, baiklah..." (Name) perlahan mengeluarkan jari-jarinya dan mendesah keenakan, kemudian mengambil barang ketiga dan tersenyum lebar. "Tapi... aku mau mendisiplinkanmu dengan ini dulu, yah~? Karena hewan yang tidak patuh sepertimu memang harus kukendalikan..."
(Name) mendekat ke arah Dabi dan memainkan ujung penis yang sudah tegak di tengah udara malam itu, kemudian tersenyum dan menggenggam cambuk di tangannya erat-erat. Sang gadis kemudian mencambuk penis Dabi yang sudah berdiri itu.
Dabi yang sudah terbiasa dengan rasa sakit itu hanya bisa menggemertakan giginya. Ya, dia sudah biasa dengan rasa sakit, tapi rasa sakit yang (Name) timbulkan ini snagat berbeda.
"Ah!" seru Dabi saat rasa sakit kedua menjalarinya, (Name) tidak berhenti dan terus menerus mencambuk penis sang lelaki, membuat rasa sakitnya menjadi berkali-kali lipat. "Ahh! H-Hentikan ini!"
"Kau masih belum mau mengakui, yah~?" ucap (Name) sambil tersenyum tipis. "... katakan kalau kau menyukainya, dan ini akan selesai..."
"A-Aku sama sekali tidak—aah!" Dabi mendesah keras-keras. "Haah! H-Henti—ah! Ahh, (Name)!"
"Katakan, Dabi..." (Name) tersenyum dingin. "Dengan suara indahmu itu, katakan kau sangat menyukainya, Hewan Sialan. Katakan yang kau inginkan, dasar maso... suara desahanmu itu memberitahukan segalanya..."
"Ahh... haah... aku membencinya!!" seru Dabi kesal, dia lalu menatap tubuh (Name) sekali lagi. "Tapi... aah!! Haah! Y-Ya! Saat kau yang melakukan semua itu, a-aku sangat—ah! M-Menyukainya!!"
Sang gadis tersenyum puas, dia lalu tertawa pelan dan melepaskan jepitan di puting sang lelaki. "Maaf, maaf... kau dan pembaca pasti sudah sangat gak sabar untuk bagian klmaks-nya, yah?" (Name) tersenyum lebar, dia kemudian memijat pelan puting lelaki itu. "Nah~ aku akan menaikimu, yah?"
"H-Hnggh~" Dabi hanya menganggukan kepalanya, (Name) pun perlahan memposisikan dirinya tepat di atas penis Dabi yang sudah tegak. Dengan amat perlahan sang gadis menggunakan dua jari untuk membuka lubangnya dan akhirnya berhasil memasukan ujung penis Dabi ke dalam lubangnya.
"Ahh~! Ini sangat nyaman!" (Name) berucap senang, dengan amat perlahan dia pun bergerak lebih dalam lagi hingga sebagian milik Dabi sudah mengisi lubangnya yang panas. Dengan sengaja dia menjepit penis sang lelaki dan melebarkan kedua kakinya. "Hmph, Dabi~ apakah kau ingin memangsaku sekarang~?"
"B-Berhenti meledekku! Kau sudah melakukannya dari tadi!" Dabi berucap kesal. "... ahh... padahal kau tahu aku susah menahan diriku... saat kau ada di sini."
"Yah... maafkan aku..." (Name) kemudian memasukan seluruh penis Dabi ke dalam lubangnya, membuat keduanya mendesah akibat sensasi yang menjepit dan terasa penuh itu. "Sebagai gantinya, aku akan menaikimu dengan sangat liar, Dabi~!"
Dengan kecepatan luar biasa, (Name) pun mulai bergerak naik dan turun. Keduanya mendesha keras-keras, Dabi bsia merasakan penisnya di dalam sang gadis terasa sangat panas saat bergesekan dengan lubang yang sengaja diperketat oleh (Name).
"Ahh! Ini sangat luar biasa!!" seru gadis itu kencang-kencang. "Ah! Dabi! Aah! Ahh!! Kau memang sangat hebat! Ini rasa... ahh... te-terbaik yang pernah... kurasakan!"
Pergerakan (Name) makin dan makin cepat saja, gadis itu seolah tidak tahu batasan an membuat Dabi makin panas saja. Milikinya sudah dalam posisi tegak sepenuhnya dan sudah berkali-kali membesar.
"Ahh... sialan..." gumam Dabi. "(Name)! A-Aku akan—"
"Jangan dulu..." (Name) berucap dengan nada menggoda. "Aku masih mau menikmati Dabi... jangan dulu~"
"Ukh! Kau makin membangkitkannya! A-Aku tidak bisa menahannya! Ah, a-aku akan—ahh!"
Kedua orang itu mendesah keras-kerasa saat Dabi mengeluarkan semua cairannya di dalam lubang (Name) dan membuat sang gadis mengetatkan lubangnya yang terisi penuh itu. (Name) terengah-engah dan kelelahan... tapi senyum masih terpasang di wajahnya.
"Luar biasa!" ucap gadis itu dengan senyuman, selagi sang gadis melepaskan ikatan Dabi, lelaki itu pun hanya diam sambil menutupi matanya. "Hei... apa itu sakit, Dabi?"
"Heh... bukan masalah foreplay atau bagian ****-nya yang menyakitkan..." gumam Dabi sambil menyeringai sinis. "Yang paling menyakitkan dari semua itu... adahal tahu kita melakukan semua ini bersama... sementara aku tahu kau sama sekali tidak suka padaku."
"Tidak benar!" ucap (Name). "Aku menyukai Dabi!"
"Ya! Begitu juga dengan Shigaraki, Mr. Compress, dan Twice!" ucap Dabi. "... kita semua sama di matamu. Hanya saja, kau melakukan **** denganku. Hanya itu perbedaan kami..."
"Tidak benar..." ucap gadis itu lagi. "Aku benar-benar menyukai Dabi. Bukan hanya ukuran dan sikap... semua soal Dabi, aku sangat-sangat menyukainya! Tapi Dabi... kulihat Dabi selalu saja menatapku tidak jika aku menjadi diriku yang ini, jadi kupikir... kau hanya suka saat aku menjadi diriku yang sadis."
"Tidak betul. Kau pikir aku ini cowok apaan, hah!? Aku menyukai semuanya soal kau, bukan cuman kau yang sadis! Tapi saat kau bicara suka dengan sikap Shigaraki, suka dengan cara bicara Twice dan hal-hal semacam itu... aku cuman tidak suka kau yang blak-blakan saja..."
Dabi kemudian diam sejenak dan perlahan menggunakan tangannya yang tadi menutupi mata untuk meraih (Name) dan menarik sang gadis hingga mereka berbaring sebelahan.
"... aku mau kau hanya membicarakanku saja saat kita berduaan..." aku Dabi. "... kalau kau melakukan itu, maka aku pastinya tidak akan menatapmu kesal seperti katamu. Aku bukannya tidak suka dengan kau, aku cuman gak suka saat kau membicarakan lelaki lain, paham?"
Aku diam sejenak, kemudian akhirnya tersenyum lagi, "Ya, aku paham! Dabi, kau cemburu, kan!?"
"Apa kau bilang!? Aku sedang serius, tahu! Jangan dibawa bercanda!!"
"Aku juga serius! Saat aku bilang aku suka cara Toga-chan menebas orang-orang, kau langsung pasang muka pengen nebas Toga-chan, kan!?"
"Ah..." gumam Dabi lagi, dia kemudian memeluk (Name) erat-erat dengan kedua tangan. "Jangan bicara soal cewek di depanku juga, aku jadi makin tidak suka..."
"Ahaha! Dabi betulan cemburu, yah~?"
"Diamlah..."
***
"Selamat datang kembali, Dabi!" sapaku sambil tersenyum lebar. "Kau mau makan malam dulu? Mau mandi dulu? Atau mau... mencoba mainan yang baru saja kubeli~!?"
Dabi menatapku sinis, "Lagi-lagi... dan bukannya sudah kubilang? Berhentilah jadi dirimu yang sadis, aku suka semuanya soal kau, bukan cuman yang sadisnya!"
"Tapi aku juga sangat suka melihat Dabi nge-maso dan terlihat begitu tidak berdaya seperti seekor hewan!" ucapku sambil tersenyum dingin saat membayangkan Dabi memakai mainan baru yang kubeli. "... imut sekali, sih..."
"Tch, baiklah, baiklah!" ucap Dabi akhirnya pasrah, walau begitu sang lelaki mendadak menyeringai padaku. "Tapi sebelumnya, ayo lakukan hal yang tidak melibatkan sadis-maso..."
"Eh?"
Dabi menjilat bibirnya dan menarik tanganku pelan. "Aku mau makan malam di dalam kamar mandi," ucap lelaki itu. "... dan menunya adalah kau, (Name)..."
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Mayang akan pergi ke TNUK untuk sementara waktu, jadi jangan harap akan ada lemon untuk jangka waktu beberapa hari-_- ~P
Tobatlah kalian, wahai reader :) ~Mi
Mikkun, ngaca ~P