Menjadi orang tua adalah pilihan semua orang. Namun ketika mendapatkan kesempatan untuk bisa menjadi orang tua, maka itu adalah kewajiban.
Kyuhyun pergi bekerja begitu pagi seusai menyantap sarapan bersama Joohyun. Lelaki muda itu sempatkan sejenak menyentuh perut Joohyun, membuat si persik kecil menggeliat di dalam rahimnya. Seolah tahu, jika Kyuhyun adalah ayah sambung bayi tersebut.
Selepasnya, Joohyun ingat akan pergi keluar bersama Hyemi untuk membeli keperluan menghias pohon natal dan sekalian Joohyun berkunjung ke mini market tempat Jihyun bekerja.
Setelah pernikahanya dengan Kyuhyun, Joohyun merasa kehidupannya berubah cukup pesat terlebih kala dirinya berkenalan dengan Hyemi dan Jihyun yang pernag dia lukai sewaktu dulu.
Namun pikirannya terbelah kala dia ingat malam itu saat Kyuhyun yang sibuk menyimpan uang agar bisa membantunya ke dokter dan rumah sakit sang Ibu. Sejujurnya sejak pernikahan, Kyuhyun belum pernah menemukannya dengan sang mertua yang hanya dia dengar berada di rumah sakit.
Joohyun membuka kamar tidur sang suami yang tak pernah disentuhnya. Rapi, begitu bersih dan tertata. Semua berwarna putih dan abu-abu, mungkin Kyuhyun suka saat kamarnya berwarna netral dan tak melulu harus berkonsep wah seperti kebanyakan orang.
Ada meja belajar kecil di sisi jendela yang sedikit menyerong menghadap keluar. Tirai jendelanya sudah terbuka, dan ranjang lipat yang Kyuhyun punyapun sudah teronggok rapi di pojok kamar. Luasnya memang cukup ditempati oleh dua orang, mengingat luas rumah peninggalan keluarga Cho ini cukup besar.
Joohyun tahu kamar ini bukanlah ruangan yang harus dia jejaki, namun kenyataan bahwa Kyuhyun telah mengetahui perihal keluarganya, sedangkan dia hanya tahu jika rumah ini dibeli oleh Kyuhyun beberapa tahun lalu.
Dirinya membuka lemari pakaian Kyuhyun yang begitu rapi dan wangi, lelaki ini begitu senang mencuci dan menyetrika pakaianya sendiri. Di meja belajar itu penuh buku tebal dan salah satunya adalah buku soal matematika yang Joohyun ketahui sebagai salah satu pelajaran yang paling lelaki itu kuasai.
Tak ada pigura, atau bahkan hal yang mampu menjawab pertanyaan Joohyun. Hingga matanya menelisik laci meja belajar paling bawah. Ada sebuah kotak berisikan sebuah album dan jepit rambut berbentuk bunga sakura.
Joohyun membuka album tersebut. Di awali dengan foto sepasang suami istri yang nampaknya baru selesai melakukan pemberkatan. Senyum cerah terpancar dari kedua belah pihak.
Bahkan sang wanita dengan erat memeluk lengan suaminya kala itu. Di halaman selanjutnya nampak foto mereka tengah menikmati keindahan alam Pulau Jeju berdua.
Tertulis tulisan kecil dibawah foto berpelukan mereka.
Sepanjang musim yang terus menemani bumi, sepanjang itu kita akan bersama. Meski kau akan menua dan kita akan bersama dalam ikatan Tuhan.
Joohyun merasa jika ini adalah foto keluarga Kyuhyun semasa pernikahan dulu. Hanya sedikit, sisanya penuh dengan foto seorang lelaki mungil dengan kulit pucatnya yang tersenyum menghadap kamera.
Kepolosan nampak di wajahnya, sebuah guratan senyuman kebahagian nampak di sana. Membuat Joohyun ikut terbawa dan mengamati wajah itu dengan saksama.
Mata yang mirip dengan suaminya.
Senyuman yang begitu menawan mirip Ibu mertuanya.
Dan ketegasan rahang dari sang Ayah mertua.
Ketika lembar berikutnya ada satu lagi anak kecil yang diasuh mereka. Joohyun merasa tak bisa membedakan dua anak berbeda usia tersebut.
Apakah Kyuhyun yang tengah digandeng sang ayah atau yang dipeluk oleh sang ibu.
Joohyun hanya terkejut. Jika selama ini Kyuhyun ternyata memiliki seorang saudara. Dan mengapa dia tidak datang di malam pernikahannya?
Apakah Kyuhyun berselisih dengan sang saudara lelakinya?
Hingga dilembar terakhir berisi foto Kyuhyun, sang Ibu dan lelaki yang nampaknya lebih besar dari Kyuhyun tersenyum saling berpelukan.
Alis Joohyun terangkat. Di mana sang Ayah?
Bel rumahnya berdenting, terlalu asyik dengan dunia masa lalu sang suami, Joohyun sampai lupa dengan janjinya. Bergegas dia membuka pintu dan berjalan mengikuti Hyemi yang kini tengah merapatkan mantelnya.
Cuaca Korea semakin dingin mendekati puncak musim dingin. Terlebih kala Joohyun harus esktra berhati-hati karena salju sempat turun beberapa hari lalu sebagai pembuka musim dingin yang kelabu.
Hyemi menunjuk sebuah toko pernak-pernik khas natal yang tengah ramai itu. Semua orang nampak bersemangat untuk menyambut datangnya malam santa itu dan puncak tahun baru.
Pikiran Joohyun masih berkutat sekitar masa lalu Kyuhyun yang tak pernah sedikitpun disinggung sang suami. Apakah baik jika bertanya pada Hyemi?
"Eonni.."
"Ya?"
"Kau tahu dimana rumah sakit tempat Ibunya Kyuhyun dirawat?"
Hyemi yang tengah memegang sebuah lampu hiasan itu sejenak menoleh. "Cukup jauh, di sekitar Daegu. Kenapa?"
Joohyun mengangguk-angguk. "Jauh juga."
"Ya, sebelum pindah kemari, Kyuhyun lahir di sana. Dan Nyonya Cho dirawat di sana juga. Ada apa?"
"Tidak ada."
Hyemi tak menyinggung dan malah meraih sebuah kaus kaki bergambar rusa kecil itu dengan semangat. "Hadiah untuk Minhyuk? Bagus tidak?"
Gadis itu tak menjawab dan hanya tersenyum membuat Hyemi merasa puas. "Eonni, kenapa Ibunya Kyuhyun berada di rumah sakit?"
"Loh, kau tidak tahu? Ibunya Kyuhyun itu menderita gangguan kejiwaan setelah Chi Heo meninggal."
Joohyun mengerjapkan matanya. "Chi Heo?"
Hyemi menatapnya lekat. "Iya, Chi Heo. Cho Chi Heo, kakaknya Kyuhyun."
Joohyun tersentak. Jadi, lelaki yang dia lihat di album itu adalah kakak kandungnya Kyuhyun?
"Kenapa kau bertanya? Ah iya, sebentar lagi adalah malam peringatan kematian Chi Heo. Kyuhyun biasanya akan ke Daegu sekalian menjenguk Ibunya."
Malam peringatan?
"Tapi aku rasa malam peringatan tahun ini akan dilaksanakan di sini. Mengingat kau sedang mengandung. Joohyun, bagaimana jika aku memberi hadiah suamiku syal? Apakah terlalu biasa?"
Joohyun mengangguk berusaha bersikap normal. "Iya, terlalu biasa."
Hyemi tak jadi menyentuh syal manis dengan bordiran sederhana. "Apa ya?"
"Bagaimana dengan itu?"
Joohyun menunjuk sebuah sarung tangan berwarna salem yang berada tak jauh dari tempat syal. Joohyun mengambilnya.
"Kudengar Polisi Kwon sedang sibuk mengintai belakangan ini. Dia pasti kedinginan jika suhu malam mencapai minus derajat. Dia pasti senang jika dibelikan sebuah sarung tangan."
Hyemi berpikir sejenak. "Ah, ini mengingatkanku akan masa pacaran kami."
Joohyun menoleh.
"Di awal kami berpacaran, Deok Man memberikanku sebuah sarung tangan merah muda dengan harapan aku akan selalu memakainya jika musim dingin tiba. Lalu aku memberikannya kaus kaki karena saat itu kondisi keuangannya sedang tidak bagus sehingga dia tak punya banyak persedian kaus kaki di rumah."
Sejenak Hyemi tertawa mengingat hal itu.
"Lalu dia memakai kaus kakinya sepanjang musim membuat kaus kaki itu cepat rusak dan membuatku marah padanya. Padahal kami sudah berjanji akan memakai barang itu bersamaan di malam natal sebagai setahun kami berpacaran. Konyol bukan?"
Joohyun terkekeh kecil membalas cerita unik tersebut. Mungkin ini akan menjadi tawa pertama Joohyun yang terlontar sejak persidangan itu selesai.
"Kau belilah satu untuk Kyuhyun. Sejak Ibunya sakit, aku tak pernah lihat dia pakai barang bagus. Mumpung sedang diskon."
Joohyun masih terdiam ketika Hyemi sudah berlalu mengeliling toko tersebut. Pandangan matanya terarah pada sejumlah pernak-pernik hingga barang yang biasa diincar saat musim dingin. Dia bingung harus memberi Kyuhyun apa di malam natal nanti. Mengingat dia tak banyak berbicara dengan Kyuhyun dan tahu kesukaan lelaki itu.
Namun sang gadis tersentuh oleh satu benda yang membuat bibirnya tersenyum lebar.
•●•
Sejujurnya lelaki itu tak tahu jika hari ini mungkin akan jadi hari yang paling sial baginya. Ketika sampai di restoran tempatnya bekerja, Kyuhyun kedapatan menerima tamu yang merupakan teman satu kuliahnya dulu.
Dan salah satunya yang tak Kyuhyun duga, ada Park Beong Su di sana. Lelaki yang sukses membuat masa sekolah menengah Kyuhyun diisi dengan rundungan hingga hinaan yang berujung kesendirian yang lelaki itu rasakan di tiga tahun terakhirnya bersekolah.
Kyuhyun tak sangka jika Park Beong Su masuk di kampus yang sama dengannya dan bahkan berteman dengan salah satu temannya juga.
Serasa de javu mengingat hal ini pernah terjadi sewaktu dia bekerja di restoran yang tak terduga menjadi pesta ulang tahun teman sekelasnya.
Kyuhyun ragu mendekati rombongan itu, namun mengingat pekerja yang lain tengah sibuk, membuat Kyuhyun mau tak mau mendekatinya. Berharap jika Beong Su tak mengingatnya.
Kyuhyun meletakan daftar menu itu dan beralih mengalihkan mata kala tak sengaja bertatapan dengan teman satu kuliahnya itu.
"Kau? Kau Kyuhyun?"
Lelaki itu tersentak mendengarnya. Mau tak mau menoleh dan tersenyum canggung pada sang senior di kampusnya.
Senior yang dikenal begitu ramah pada orang lain nampak senang mengetahui Kyuhyun bekerja di sini.
"Astaga kau bekerja di sini! Aku kira kau menghilang ke mana. Habisnya kau tidak pernah muncul di kampus lagi. Kau ke mana, eoh?" tanya si senior mengundang banyak tatapan bertanya dari temannya yang lain.
Begitupun Beong Su yang nampaknya tengah mengingat rupa Kyuhyun setelah hampir 4 tahun tidak bertemu.
"Dia ini teman satu kampusku. Aku pernah menjadi kakak ospeknya dulu."
Kyuhyun membungkuk kecil. Dan menerima pesanan mereka lantas segera menghilang dari balik pesanan.
Beong Su mendekati senior Kyuhyun tersebut. "Dia kuliah?"
"Dia ambil matematika. Kenapa?"
Beong Su cukup terkejut mengetahui nasib Kyuhyun sangat baik. Berbanding terbalik dengannya.
"Kenapa dia tidak muncul kuliah?"
Senior itu mengernyit karena dia turut tak mengerti. "Mungkin faktor ekonomi."
"Bukankah dia sahabatnya Kangbae yang punya hotel mewah di pusat kota Seoul?" salah seorang teman si senior yang rupanya turut mengenal Kyuhyun menimpali pembicaraan ini.
Senior mengangguk. "Oh. Dia sahabatnya Kangbae. Kenapa?"
"Dia keluar kuliah karena menikah. Istrinya sudah hamil. Aku tak sangka dia jago juga dalam hal peranakan."
Mereka tertawa.
Senior menatap Kyuhyun yang begitu ramah pada pelanggang lain. Terlebih berita yang simpang siur itu membuatnya berpikir. Seseorang yang cerdas seperti Kyuhyun tidak mungkin melakukan hal bodoh dengan keluar dari kampus dengan alasan pernikahan dini.
Terlebih dia tak tahu jika Kyuhyun rupanya punya seorang kekasih. Selama dia mengenal Kyuhyun, lelaki itu selalu gagal dalam hal hubungan romantisme.
Kyuhyun datang membawakan pesanan mereka dan hendak pergi ketika suara Beong Su menghentikan langkahnya.
"Kenapa buru-buru? Duduk dulu saja. Lagipula restorannya sedang tidak begitu ramai."
Semua menatap Beong Su terkejut. Apalagi Kyuhyun dan tubuhnya yang mengingat setiap detil penyiksaan fisik ataupun verbal yang dilakukan oleh Beong Su semasa sekolah dulu mengusiknya.
Membuatnya bergetar bahkan hanya dengan mendengar suaranya.
"Kau kenal dia?"
Beong Su tersenyum culas. "Tentu saja, dia teman sekolahku dulu. Kau tahu SMA elit yang baru-baru ini diresmikan sebagai sekolah terbaik se-Korea itu? Kami bersama di sana."
Semua terkejut sedangkan Kyuhyun berusaha menahan dirinya.
"Wah aku tak menyangka jika kau sekarang bekerja di sini."
Kyuhyun menoleh membuatnya bertatapan dengan Beong Su yang mencemoohnya.
"Padahal dulu kau dikenal sangat brutal oleh sikapmu yang senang membuli orang."
"Apa maksudmu?"
Beong Su terkekeh. "Yak, Kyuhyun! Kau tampan sekali. Apa kau baru operasi plastik? Dulu wajahmu tidak sekurus ini. Lihatlah hidungmu itu! Kau mengubah wajahmu?"
Kyuhyun tak mengerti. Apa maksud laki-laki ini?
"Kyuhyun ini dahulu wajahnya mirip dengan Shrek. Kau tahu karakter film berwajah hijau itu? Astaga kau sangat hebat mengubah wajahmu!"
"Apa maksudmu, Park Beong Su?"
Beong Su justru terkekeh semakin keras. "Santai, Kyuhyun. Kita ini teman. Aku rasa semua orang sedang penasaran dengan hubungan kita semasa sekolah dulu."
"Aku permisi, ada banyak kerjaan di belakang."
Kyuhyun baru melangkahkan kakinya ketika mendengar suara Beong Su membuat telinganya berdenging dan membuatnya menarik kerah lelaki itu hingga tubuhnya terangkat dan menimbulkan suara keras di restoran.
"Ibunya gila dan dimasukan ke rumah sakit jiwa oleh anaknya. Katanya yang membuat gila ya anaknya sendiri. Sudah membuat gila tidak bertanggung jawab. Itulah Kyuhyun. Dia hanya baik di depan orang, di belakang Kyuhyun sama saja dengan orang munafik lainnya."
Senior itu terkejut melihat reaksi Kyuhyun yang nampak menantang Beong Su agar mengungkapkan semuanya. Termasuk melecehkan perihal kejiwaan Ibunya.
"Berani kau membicarakan Ibuku!"
"Itu faktanya. Kau tidak lebih dari anak seorang wanita gila yang sama gilanya dengan Ibumu. Kau adalah munafik!"
"Kau yang munafik, Park Beong Su!"
Aksi saling baku hantam itu cukup membuat semua pasang mata terkejut, terlebih ketika Kyuhyun tanpa segan memukul wajah Beong Su yang sudah lama dia impikan untuk dirinya hancurkan.
Segala hal menjadi asing di pikirannya. Hanya ada satu hal yang membuatnya berani melakukan hal gila ini.
Dunia memang terkadang memihak mereka yang berkuasa menaklukan orang lain dengan tahta mereka. Namun Kyuhyun sadari jika semua bisa terbalik jika dirinya melawan.
Hari ini dia melawan membuat tubuh Beong Su jatuh tersungkur dan berdarah. Di pelipis dan ujung bibirnya. Bahkan sang manajer restoran sampai turun tangan menghentikan kegilaan ini.
Kyuhyun tersenyum pongkah.
Meski tidak bisa membunuhnya, setidaknya satu serangan membuktikan siapa yang lebih pantas disebut penjantan.
Beong Su dan lidahnya yang tak bertulang.
Namun akhirnya Kyuhyun merasakan pahitnya dipecat tak hormat oleh manajer yang sudah lama menjadikannya pekerja di sana. Namun dengan apa yang sudah Kyuhyun lakukan tadi membuat restoran harus bertanggung jawab membiayai rumah sakit Beong Su yang menderita luka memar cukup parah.
Dan Kyuhyun dipecat tanpa gaji utuh dan pesangon yang memadai. Dirinya berjalan dengan sisa perkelahian di wajahnya yang membengkak terlebih kala angin dingin menyentuhnya.
Hari itu dia izin tidak bekerja di hotel mengingat dengan wajah begini, yang ada dirinya diusir oleh sang kepala bagian. Alhasil Kyuhyun mampir sejenak ke apotik dan berniat mengobati lukanya di rumah.
Namun betapa terkejutnya kala dia melihat Joohyun masih terjaga dan tengah sibuk mendekorasi pohon natal yang entah darimana gadis itu temukan.
"Astaga! Ada apa dengan wajahmu!"
Joohyun berlari kecil membuat Kyuhyun meringis dibuatnya. Gadis itu menyentuh pipi sang suami yang membengkak dan berdarah di ujung bibirnya.
"Jangan lari begitu, nanti jatuh bagaimana?"
Joohyun mendelik. "Kenapa wajahmu memar begini?"
Kyuhyun tak menjawab dan memilih duduk di sofa rumahnya. Memandangi rumah kecilnya yang begitu indah gadis itu hias menjelang natal.
"Darimana kau dapat pohon natal ini?"
Joohyun mengambil air dingin dan sebuah handuk lantas duduk di sebelah Kyuhyun yang meringis tanpa sadar.
"Perlihatkan wajahmu!"
Kyuhyun malah memalingkan mukanya.
Joohyun menarik leher sang suami membuat mau tak mau Kyuhyun harus berjarak cukup dekat dengan wajah Joohyun kini.
"Kau habis berkelahi?"
Kyuhyun tak menjawab.
Joohyun sibuk mengompres sisa lukanya dengan air dingin yang begitu menusuk dibekas perkelahiannya tadi dengan Beong Su.
"Astaga lihat ini! Kau ini habis ngapain sih?"
Kyuhyun menghalau tangan Joohyun yang hendak menyentuh wajahnya membuat Joohyun mengernyit. "Sakit."
"Sudah tahu sakit, kenapa harus berkelahi? Kau pikir kau ini pegulat nasional, hah?!"
Joohyun membuka obat yang tadi Kyuhyun sempatkan beli. Lelaki itu menyesal tidak memakainya di jalan saja, kalau tahu dia malah diomelin oleh sang istri yang masih terjaga bahkan dikala hampir larut ini.
Keduanya bertatapan cukup lama mengingat mungkin ini adalah kontak mata terpanjang yang pernah mereka lakukan selama pernikahan ini terjadi.
Joohyun berusaha meredam keinginanya untuk terus menatap mata sang suami dan memilih menyelesaikan tugasnya mengobati lelaki itu dan membuang air esnya.
Kyuhyun sendiri memilih bersandar sembari menahan gejolak yang sungguh dia benci datang tiba-tiba begini. Risiko punya istri cantik yang belum sepenuhnya bisa dia miliki.
Joohyun merapikan sejenak barang hiasan pohon natalnya yang berserakan. Kyuhyun segera bangkit dan mengambil alih pekerjaan tersebut.
"Kau dapat pohon ini darimana?" pertanyaan itu ulang lagi.
"Bibi yang menjual ayam itu memberikannya sukarela mengingat aku sering belanja ayam padanya. Dia tahu kalau kita tidak punya pohon natal di rumah sedangkan malam natal akan datang sebentar lagi."
Kyuhyun mengangguk kecil saja.
"Kau berkelahi kenapa?"
"Hanya karena disinggung saja."
Joohyun berkacak pinggang.
"Beong Su datang ke tempat kerjaku."
"Beong Su? Park Beong Su?"
Kyuhyun mengangguk. "Dia datang dan berkata hal aneh tentangku yang membuatku naik pitam dan memukul wajahnya."
"Astaga anak itu! Lalu bagaimana?"
"Aku dipecat dan hanya diberi gaji separuh karena uangnya untuk membayar biaya rumah sakit Beong Su."
Joohyun menerima uang gaji terakhir Kyuhyun yang membuat jeri hatinya. Namun kala dia tahu lelaki itu telah berubah dari masa sekolahnya dulu membuat Joohyun tak mempermasalahkan hal itu.
Toh, Kyuhyun kembali dalam keadaan bugar. Hanya luka kecil saja.
"Cantik kau menghiasnya."
Joohyun merasakan perutnya kram memilih untuk duduk seiring bernapas pelan. Kyuhyun yang melihat hal itu mendekatinya.
"Ada apa? Perutmu sakit lagi?"
"Aku rasa dia membuat ulah terus."
Joohyun mengusap perutnya perlahan, Kyuhyun menyentuh tangan Joohyun yang membuat gadis itu berjengit.
Lelaki itu nampak mengambil alih tugasnya mengusap dengan sesekali menatap wajahnya. Dapat gadis itu rasakan jika debaran jantungnya sudah menjadi tidak waras.
"Esok aku akan bekerja lebih giat. Di hotel akan ada perayaan besar-besaran, jadi mungkin aku tidak akan ada di sini malam natal."
Joohyun menyingkirkan tangan itu dari atas perutnya. "Tidak apa-apa. Asal kau jangan berkelahi seperti tadi. Meski yang kau lakukan adalah pembelaan diri, tapi tidak baik juga kalau kau membalasnya dengan meninjunya begitu. Kecuali kau meninjunya di luar restoran."
Si lelaki terbahak. Membuat sang istri menatapnya penuh pertanyaan.
"Kau benar. Harusnya aku menonjoknya di luar restoran ya."
Keduanya terlibat tawa yang singkat. Kyuhyun mengusap perut itu kembali.
"Tidurlah. Tidak baik ibu hamil tidur terlalu larut."
Joohyun mengangguk saja dan masuk ke dalam kamarnya. Diam-diam seulas senyum kembali hadir di sana. Apalagi kala matanya menemukan sekotak hadiah natal untuk suaminya itu.
Pasti suka.
•●•
Natal identik dengan pernak-pernik berwarna merah, hijau, emas, putih dan lain sebagainya. Kala seluruh kota diselimuti kebahagian malam ini, Joohyun teringat akan malam natal terakhirnya dengan kedua orang tuanya.
Sebelum semua berakhir atas tuduhan korupsi yang dilayangkan oleh seseorang kepada Ayahnya. Meski sang Ibu berkata jika dirinyalah yang melaporkan sang suami, namun Joohyun tahu jika sang Ibu tidak mungkin melakukan hal itu.
Ketika lantas lonceng tahun baru berbunyi, dan bagaimana hubungan keluarganya hancur, kala Se Hwa tidak lagi terlihat batang hidungnya, dan sang Ayah sudah menjadi tahanan.
Itulah akhir keluarga yang semua orang banggakan. Lantas kini dirinya sudah memulai suatu hubungan berlandaskan keluarga. Kala Kyuhyun menariknya ke dalam suatu ikatan yang sejak dulu dia hindari, lantas apakah dia masih ada harapan bisa membangun rumah yang selalu dia impikan?
Bersama Kyuhyun dan buah hatinya?
Salju kembali turun tepat di malam natal, semua orang bersorak, berbeda dengan Joohyun. Bibirnya bungkam memandang langit gelap dengan butiran putih yang jatuh perlahan ke tanah dari balik jendelanya. Merapatkan tubuhnya sendiri sembari membayangkan.
Sedang apa Kyuhyun di sana?
Di sisi lain, Kyuhyun yang sedang istirahat lagi tugasnya menjadi pencuci piring di hotel itu memandang keluar langit malam natal kali ini.
Begitu terlihat lapang dan luas. Keindahannya sangat mendominasi terlebih kala semua orang yang menyewa hotel ini begitu bersorak bahagia mengetahui salju turun kembali.
Semua orang kira tahun ini salju tidak akan turun begitu parah, namun nyatanya bahkan salju dengan santainya menjadikan hujan cantik malam ini.
Lelaki itu menyentuh saku celananya, sebuah hadiah kecil yang telah dia siapkan untuk sang istri. Sayang sekali dia tidak bisa merayakan hari ini berdua. Sedang ada istrinya di sana?
•●•
Pagi merayap begitu lambat, sisa salju semalam masih terasa ketika membuka mata. Butiran besar itu mulai memadati jalan raya, pohon-pohon kering akhirnya terisi teman meski akan jatuh ke tanah jika tak kuat menopang.
Kyuhyun pulang tengah malam, dan menemukan Joohyun sudah terlelap. Dan kali ini pagi pertama setelah natal dan dia menemukan sang istri sudah duduk mengenakan sweater tebal berwarna cokelat muda.
Tersenyum kala dirinya menempatkan tubuh di sebelahnya. Tak menolak ataukah pergi seperti dulu. Joohyun masih memandang televisi di hadapannya dengan kosong.
Kyuhyun berdeham. Keduanya saling memandang.
"Aku ada sesuatu untukmu," ucap mereka bersamaan.
Joohyun terkekeh.
"Kau duluan saja, Joo."
Gadis itu beranjak menuju kamarnya dan mengambil sebuah kotak cukup besar dibawa gadis itu menuju ruang tamu. Kyuhyun tersentak, besar sekali.
Joohyun memberikannya dengan seulas senyum kecil hingga mungkin terlihat bukan senyuman. Namun Kyuhyun merasakan jantungnya berdegup hanya dengan tatapan gadis itu.
"Bukalah. Hadiah natalku."
Kyuhyun ragu membukanya, mengingat dia cukup tak menyangka jika Joohyun akan kepikiran untuk membelikannya hadiah. Namun tangan lelaki itu beranjak membuka kotak besar itu dan menemukan sebuah buku kosong berwarna merah.
Ada hati di sana, dan sebuah kereta rusa milik Santa.
Alis Kyuhyun terangkat.
"Kyuhyun, kau ingin keluarga yang seperti apa?"
Kyuhyun melongo. "Hah?"
Joohyun menyentuh buku itu dan membukanya, sebuah album foto kosong. "Aku menemukan sebuah album foto di laci kamarmu, aku tahu aku telah lancang masuk ke dalam tanpa izinmu."
Lelaki itu membiarkan istrinya berbicara semua yang ingin gadis itu utarakan. Joohyun mendongak dan membiarkan Kyuhyun menatap wajahnya.
"Aku melihat foto pernikahan kedua orang tuamu, perkembangan kau sejak kecil, hingga kini kau menjadi seorang lelaki dewasa. Aku pikir.. aku pikir aku ingin melakukan hal serupa. Kau pasti berpikir itu hanya hal klasik, tapi sepanjang aku hidup, album foto keluargaku hanyalah sebuah formalitas.
"Untuk diliput oleh majalah mingguan. Untuk bisa dipajang dan dipamerkan. Tak ada rasa jelas di dalam foto itu. Hanya terasa raga itu kokoh berdiri memandang kamera. Berbeda dengan foto yang kutemukan."
Joohyun menatap lekat mata indah jelaga milik Kyuhyun. "Aku melihat sebuah keluarga di sana. Keluarga yang aku inginkan. Meski ada ribuan pertanyaan tentang mengapa keluargamu tidak pernah kau tunjukan, namun aku tahu ada kasih sayang di sana.
"Dan album ini, aku harap kita akan mengisinya setiap tahun. Sejak kehamilan persik kecil kita ini, dan setelahnya lahir nanti. Aku ingin membangun keluarga yang bisa kuingat, yang bisa kurasakan adanya, bukan hanya formalitas untuk kepentingan semata. Aku ingin membangun keluarga yang bahagia, Kyuhyun. Bersamamu."
Laki-laki itu cukup terkejut mendengar isi hati Joohyun yang begitu terasa dalam. Seolah itulah impian hidupnya. Bahkan ketika Joohyun ingin membunuh dirinya sendiri di rumah sakit kala itu, Kyuhyun dapat rasakan jika itu adalah masalah yang selama ini Joohyun rasakan.
Sebuah keluarga yang penuh kemunafikan. Tidak ada perasaan. Hanya berjalan sebagaimana pengertian keluarga itu terjawab.
Kyuhyun menyentuh tangan sang istri yang dingin, mengecupnya cukup lama hingga menimbulkan rona yang tak pernah dia lihat dari wajah cantik tersebut.
Bibirnya menyunggingkan senyum.
Joohyun mengerjapkan matanya pelan kala Kyuhyun menarik tangannya ke pangkuannya.
Lelaki itu mengeluarkan sesuatu di dalam sakunya, sebuah kotak persegi yang berisikan ikatan rambut dengan sebuah mutiara sebagai hiasannya.
Kyuhyun membalikan tubuh Joohyun membelakangi tubuhnya, meraup semua rambut si gadis dan mengikatnya menjadi satu. "Kau tahu pertemuan pertama kita? Saat kau menolong Ibuku yang kabur dan hendak dipukuli oleh beberapa komplotan lelaki. Kau menguncir rambutmu. Cantik sekali. Sejak itu aku jatuh cinta padamu."
Joohyun menegang. Dia tak sangka, jika Kyuhyun ingat pertemuan itu. Dia kira, Kyuhyun hanya mengenalnya sebagai teman semasa sekolah saja.
Rambutnya telah terikat, kala tangan Kyuhyun menyentuh lengannya, membuat terlihat seolah Kyuhyun tengah memeluknya dari belakang.
Si gadis menoleh sedikit.
"Mari, mari kita buat keluarga yang kau impikan. Keluarga yang akan membesarkan persik kecil ini dengan cinta. Semua hal baik lainnya."
Bibir keduanya menyunggingkan senyuman manis. Ketika Joohyun membalikan kembali tubuhnya hingga mata keduanya beradu tatap.
"Kyuhyun, mau menjadi ayah untuk bayiku?"
Lelaki itu tertawa pelan. Membawa tubuh gadis itu ke dalam pelukannya, saling menghangatkan kala salju semakin deras di luar sana. Dan kala semua akan dimulai sejak ini. Ketika keduanya akan saling jujur mulai detik ini.
Kyuhyun yang membuka cerita mengenai keluarganya, dan Joohyun yang akan menerima semua itu dengan kelapangan hatinya. Keduanya akan saling melengkapi, menjadi sebuah keluarga.
Keluarga yang diimpikan.[]
Mau ngasih tahu, kalau cerita ini udah tamat kutulis dan sisa dipublish aja secara berkala. Sekalian mau nanya, untuk comeback aku setelah ff ini rencananya aku mau buat ff spiritual.
Apakah tertarik? Silakan komen ya.
Bekasi, 18 Juli 2020
Jumlah kata : 3669 kata