BEDDING MINNIE

By Uke_gurl96

49.7K 5.1K 1.8K

Cinta adalah bukan sebuah status tinggi ataupun rendah. Cinta itu, bukan sebuah garis! Karena cinta merupaka... More

#1
#2
#3
#4
#5
#6
#7
#8
#9
#10
#11
#12
#13
#14
#15
#16
#17
#18
#19
#21
#22
#23
#24
#25
#26
#27
#28
#29
#30
#31
#32
#33
#34
#35
#36
#37
#38
#39
#40
#41
#42
#43
#44
#45
#46
#47
#48

#20

1.1K 106 59
By Uke_gurl96


Selamat membaca 👋👋 

-

-
-
-

Tinggalkan vote & komen kalian sebelum/sesudah kalian membacanya

-
-

🍂BEDDING MINNIE🍂

-
-

____________________________________________

● ● ●

Deg...

Mata sayu-nya, untuk satu detik membulat. Minnie langsung mengalihkan perhatiaannya.

Bodoh! sudah jelas-jelas itu terlihat kentara, masih mau ngelak?

Cho Miyeon baru saja menyadari keberadaan Minnie, tidak mempertahankan mimik wajahnya, dan detik berikutnya walaupun samar, Miyeon memilih untuk menghampiri.

Miyeon berjalan ke arah Minnie-- deg..

Tubuhnya gemeteran, padahal untuk hal sekecil itu. Tapi lihatlah reaksi dari Minnie yang dirinya sendiri juga sadar kenapa harus segugup ini.

Minnie berdiri di seberang jalan, kali ini ia mencoba menanggapi inisiatif dari Miyeon, yaitu melihatnya berjalan kearahnya.

Wanita yang bersamanya tadi hanya menunggu di depan kafe, sebelumnya sempat mengobrol kecil yang tidak bisa Minnie dengar, lalu Miyeon melangkah berjalan.

Di batas penyebrangan, wajah yang sebelumnya Minnie lihat, kakak iparnya tersenyum lembut kepada wanita tadi, perlahan samar senyum itu menghilang.

Sampai di ujung penyebrangan, Miyeon terus saja berjalan.

Tepat sekitar dua langkah lagi dari Minnie berdiri, bentuk pertanyaan singkat, di lontarkan kakak iparnya.

"Yeogiseo, mwohaneungeoya?"
(apa yang sedang kau lakukan disini)

"......"

"Kau sendirian? disini panas, ikut aku."

"....."

Minnie melipat bibirnya, lalu mengangguk. Mereka menghampiri satu lagi wanita yang sedang menunggu keduanya. Ah tidak, mungkin lebih tepatnya menunggu Miyeon.

Dan tanpa banyak bicara lagi, mereka bertiga melenggang masuk ke dalam.

Miyeon memilih satu meja berisi empat kursi di bagian pojok kanan ruangan. Minnie duduk tepat di samping kakak iparnya, lalu wanita tadi yang mempunyai postur tubuh yang lebih tinggi itu, duduk di depan Minnie. Menyisahkan satu kursi yang di biarkan kosong karena mereka memang hanya bertiga.

Interior ruangan saat mereka memasuki kafe tersebut, bertemakan industrial yang lumayan kental. Kesan manis dan begitu hangat langsung mereka rasakan, apalagi.. sisi elegan yang beriringan dengan nuansa klasik akan mampu memanjakan setiap pelanggan yang datang ke sana.

Konsep yang mampu di lihat melalui pemakaian batu bata sebagai dinding, juga jangan lupakan lampu redup yang membuat keadaan tubuhmu seketika menghangat. Di tambah dengan dekorasi gelas-gelas beling maupun kaca yang tergantung, itu akan menambah kesan mewah dan juga sederhana dari ruangan tsb.

"Kau pernah kesini?"

Miyeon bertanya, sedikit melirik ke arah adik iparnya, Minnie! yang masih berbinar jelas sekali dari pancaran matanya. Tidak berkedip sama sekali.

Minnie menggeleng sebagai jawaban, tersenyum kikuk tapi sejujurnya, ia senang.

"Aku seperti sempat melihatmu, tapi dimana yah."

Minnie menoleh ke depan, tepat ke arah mimik wajah wanita yang duduk di hadapannya sedikit menggernyit.

"Na--yaa?" tunjuk Minnie ke dirinya sendiri.

"Entahlah, kurang yakin. Tapi wajahmu terlihat tidak asing."

"By the way, aku Park Chaeyeong, kau bisa memanggilku Rose. Dan berhentilah dengan muka gugup-mu eoh? noumu kyeoppta..."

Wanita itu mengulurkan tangannya, dan langsung di jabat oleh Minnie dengan sedikit tersenyum.

"E-euh nee unnie, Minnie imnidah."

"Dia memang seperti itu, sudahlah. Kita pesan sekarang."

Miyeon langsung memanggil waiters, melambaikan jarinya setengah tinggi, lalu kembali membuka buku menu yang sudah tersedia di masing-masing meja.

"Kau mau apa heum? aku tidak mengijinkanmu memesan sesuatu yang pedas lagi." ucap Miyeon, tidak melihat ke arah Minnie sama sekali, ia nampak memperhatikan beberapa menu.

"Disini seperti rumah pasta, jadi; apa kau mau mencoba menu utamanya saja heum?" tambahnya. Sementara Park Chaeyong, sudah menyebutkan menunya ke pada waiters yang sudah berdiri di samping meja tsb.

"Pilihkan saja apa yang menurut unnie enak, tapi-- aku pengen sesuatu yang manis."

Minnie menjawabnya sambil menatap Miyeon.
Lihatlah, Minnie sadar sebenarnya; mungkin Cho Miyeon masih sedikit enggan berbicara kepadanya. Tapi Miyeon mampu menutupi hal tsb.
Ia lalu mengangguk, dan menyebutkan apa pilihan yang akan ia pesan.

Tersaji, sejenis carbonara pasta, piza, lasagna, dan juga gelato sebagai dishes. Mereka bertiga, sibuk dengan hidang mereka masing-masing.

Wanita yang bernama Park Chaeyong mengungguli interaksi, di selingi dengan beberapa obrolan yang bisa di bahas. Bahkan disitu malah lebih terjadi antara argumen-argumen kecil yang mereka ributkan antara Minnie dan Park Chaeyong.

Miyeon lebih sibuk menyimak, hanya sesekali saja memberi tanggapan. Dan disitu, ia sedikit menyadari kalau Minnie-- punya sisi keterbukaan terhadap seseorang.

Kalau di ingat-ingat, Minnie jujur saja tadi sempat merasakan tidak suka dengan satu wanita yang berjalan dengan kakak iparnya barusan. Entah dirinya yang berlebihan atau terlalu khawatir, padahal ia sendiri tidak bisa memastikannya.

Lalu di obrolan tadi, akhirnya Minnie tau kalau Park Chaeyong menempati posisi sebagai divisi utama perusahaan. Yang lantas langsung menghubungkannya dengan; itu hanya sebatas rekan kerja bukan?

Dan Miyeon yang menduduki status paling tinggi, sengaja mengajak pimpinan divisi tersebut setelah tadi mereka mengadakan pertemuan. Mungkin dengan klient kerja sama.

Minnie tersenyum, dengan isi pikirannya yang sekarang tidak berjalan kemana-mana.

Deg... satu detik yang tidak sampai, saat Minnie refleks menolehkan lehernya ke arah samping, tepat untuk Cho Miyeon.
Memperlihatkan tentang...

Miyeon tertangkap basah, dia diam-diam melirik ke arah ceruk leher Minnie seperti ingin memastikan satu hal.

Minnie yang sadar'pun, sedikit bergetar dan sangat tau apa yang kakak iparnya ingin lihat. Walaupun secara samar dan transparan, mereka berdua tetap saja masih membawa kesalah pahaman yang belum di perjelas. Yaitu Miyeon dan juga Minnie, mereka berdua bersembunyi dari interaksi orang lain yang sedang berada di jangkauan mereka.

Anggap saja seperti; dari luar nampak tidak terjadi apa-apa bukan? tapi di dalam isi pikiran mereka dan benak masing-masing, Minnie dan juga Miyeon merasakannya.

"Kau belum menjawab pertanyaanku, apa yang kau lakukan di sana heum?" sahut Miyeon.

Ada jenis minuman yang sama untuk tiga orang yang berada di meja tsb. Aperol spritz di gelas Miyeon sebentar lagi habis lebih awal. Minuman dengan campuran anggur putih dan di isi air mineral supaya bisa mengurangi kadar alkohol yang terkandung, akan mampu menambah sisi ketenangan tubuh bagi mereka yang datang memesan.
Kadar alkhol yang transparan tersebut, akan membuat tubuhmu sedikit tenang.

Tapi tidak berlaku untuk Miyeon! diam-diam, dia gelisah untuk isi fikirannya sendiri yang kurang jelas.

Sepertinya-- itu mengarah ke sesuatu yang bersifat berlebihan.

Minnie menjawab. "aku membeli beberapa buku unnie, sekaligus mempelajarinya nanti. Hari ini aku tidak punya kelas." ucapnya, yang memberi isyarat kepada Miyeon kalau di rumah ia hanya sendirian. Dan lebih baik pergi keluar seperti ini.

Entahlah mungkin jodoh, buktinya ia malah bertemu dengan kakak iparnya sendiri di luar rumah.

"...."

Hening...

Tidak ada balasan lagi dari Miyeon,

Sakit-- batin Minnie

Untuk hal sekecil itu, tapi Minnie merasakan rongga hatinya yang seperti terhimpit, Minnie menghela, lalu melawan isi perasaannya.

"Unnie..."

Miyeon melirik sebentar, lalu kembali menyesap apelo spirtz-nya yang tinggal satu tegukan.

"Mau pesan lagi?" timpal Park Chaeyong sedikit memotong, dan menerima gelengan kepala dari Miyeon tanda ia sudah cukup.

Minnie meneruskan maksudnya. "Unnie aku boleh ikut denganmu? aku bosan di rumah."

Lagi-lagi Miyeon melirik, dan juga memberi anggukan tanpa menambah ucapan apapun.

Lalu, 15 menit berikutnya...
Mereka memutuskan untuk kembali ke perusahaan.

-
-

Skip time..

Jenis satu ruangan khusus yang di tempati oleh Miyeon, lumayan berantakan.

Lembaran-lembaran kertas yang berada di atas meja dan juga isi folder map yang tidak tersusun di beberapa laci. Bahkan, terdapat lemari perpustakaan yang berisi sebagian dalam bentuk dokumen, dan sebagiannya lagi seperti sebuah buku-buku tebal yang tersimpan.

Dan dari situ yang dapat terlihat adalah; sekitar 3 buah map, jatuh berserakan di atas lantai. Lemari-lemari tempat penyimpanan data dalam bentuk makala, terbuka begitu saja. Termasuk untuk beberapa laci yang tersedia, semuanya-- terlihat berantakan.

Kondisi yang mengarah pada, seperti baru saja di acak-acak oleh seseorang.

Miyeon diam mematung!
Minnie mengatupkan bibirnya rapat, dari posisinya yang berada di belakang Miyeon, ia bisa merasakan kalau kakak iparnya, sebentar lagi pasti mengamuk.

Miyeon berjalan ke arah kursi kerja, meja kantornya dalam keadaan memprihatinkan, namun ia tetap duduk di atas kursi sana.

"Kau duduk saja di sofa, setelah ini kita pulang lebih awal."

Itu ucapan dari Miyeon, melirik ke adik iparnya dengan sirat perintah. Isi nada dari yang Miyeon ucapkan, benar-benar terdengar berat, dan itu menunjukan kalau ucapannya tidak bisa di bantah.

Minnie, tanpa membalas.. ia duduk di sofa yang tersedia.

Beberapa menit yang lalu, saat dia berjalan di samping Cho Miyeon memasuki perusahaan, degup jantungnya tiba-tiba saja sedikit gusar dengan sebab; hampir setiap orang yang melihatnya, seperti bertanya siapakah gerangan dirinya?!

Minnie tepis, dan memutuskan hanya mengikuti langkah kakak iparnya yang sudah masuk melenggang memasuki satu lift.

Dan terjadilah seperti posisi sekarang. Meninggalkan paras wajah kakak iparnya yang memahat jelas.

Lalu, ketukan pintu terdengar, memunculkan seorang wanita yang nampak buru-buru menghampiri.

Miyeon langsung merespon, memotong pergerakan wanita tadi yang seperti ingin menjelaskan terlebih dahulu.

"Bereskan semua ini, apa dia mendapatkan apa yang dia cari?" ucap Miyeon, sangat tegas.

"Lonjakan data yang masuk untuk bulan ini, perbandingannya hampir mencapai 35%, dan itu masuk untuk data pribadi dari Tuan Nich.
Kepala keuangan sudah menyimpan data salinan, saham kita naik, tapi data tersebut tidak sampai ke perusahaan. Tuan Nich sudah lebih dulu---"

"Sana-yaa... besok pagi, saya ingin dokumen tersebut sudah ada di atas meja. Termasuk ruangan ini, tolong bereskan."

Konteks selesai, wanita itu, segerah pamit keluar dari ruangan.
Dan meninggalakan Miyeon yang duduk kembali, melirik sebentar ke arah Minnie.

"U-unnie..."

"Jangan bertanya!"

Mwo? mwoya ige? Minnie sejak tadi hanya memperhatikan dalam diam. Memangnya Miyeon pikir Minnie tidak bisa mendengar apa yang tadi mereka bicarakan?

Lalu apa maksudnya tadi? saham perusahaan yang masuk ke dalam data pribadi Nich? lalu, ruangan ini yang terlihat acak-acakan. Apa ini juga berarti, Nich yang membuatnya?

Semburat dari wajah Minnie menggernyit sepenuhnya, menatap Miyeon dalam bentuk wajah bertanya tapi-- Miyeon justru terlihat begitu lelah.

"Bangun, kita pulang sekarang."

Minnie kembali mengikuti Miyeon dengan sedikit berlari, kakak iparnya sudah lebih dulu melenggang.

Mengabaikan beberapa karyawan yang menghormati dalam tundukan kepala mereka masing-masing. Miyeon melenggang lurus, langsung ke arah parkiran.

Menit-menit berikutnya, hanya terisi keheningan yang berada di dalam mobil tsb. Sampai tujuan mereka sampai, Miyeon membuka pintu mobil lebih dulu, dan berjalan meninggalkan Minnie begitu saja.

Minnie diam, tubuhnya tak bergeming dengan sirat aurah yang bisa ia rasakan dari reaksi Miyeon.

Minnie akhirnya berjalan pelan, lemas, dan kebingungan harus apa saat ia memasuki rumah.

Minnie melihat, kakak iparnya baru saja meneguk satu gelas penuh air dingin di sisi dapur.

Miyeon kembali berjalan, Minnie masih berdiri 3 langkah dari depan tangga. Dan terus memperhatikan kakak iparnya, ingin sekali ia ikut campur, seperti contohnya; membuat Miyeon sedikit tenang tapi ia sendiri tidak tau bagaimana caranya?!

Satu saja langkahnya salah, mungkin detik itu juga hubungan mereka bisa semakin berantakan bukan?

Jangan sampai! pikir Minnie.

Miyeon menaiki tangga, benar-benar mengabaikan Minnie.
Ia berjalan dan langsung menuju kamarnya.

Minnie akhirnya sadar, lalu bergerak juga menuju ke atas. Tapi-- ia bingung, tidak berminat sama sekali menuju kamarnya sendiri.

"Unnie.."

"....."

"Unnie tunggu aku sebentar.."

"Aku tidak punya mood berbicara denganmu, Minnie-yaa. Biarkan aku sendiri."

"...."

Minnie diam.

Sakit sebenarnya-- tapi ia menepis, dan berusaha untuk tidak egois.

Membiarkan kakak iparnya masuk ke dalam, mengunci pintu, dan menginggalkan Minnie begitu saja masih berdiri di tempat.

"Sejak kapan aku menjadi bodoh dan tidak tau tindakan seperti ini huh? dasar tidak berguna." Minnie mengumpat.

Ia kembali berjalan, tapi tiba-tiba saja ia teringat sesuatu.

"Perasaan, aku membawa sesuatu yang berat. Eodisseo?"

Minnie menunjuk tangannya sendiri, mengingat-ingat apa yang sudah ia lupakan.

"A-aiguu... buku-bukunya? aish.. pabboyaa."

Setelah sepenuhnya Minnie ingat, yaitu tentang buku-buku yang tadi siang ia beli. Tidak berada di tangannya sama sekali.

"Sepertinya, aku meninggalkannya di kafe tadi."

Minnie bergegas jalan turun kebawah, berniat akan kembali ke kafe tersebut mungkin saja bukunya masih berada di sana.

Tapi, baru saja ia melangkah. Pintu kamar Miyeon kembali terbuka.

Miyeon mengganti bajunya, tidak sama seperti yang tadi. Lalu, dengan sedikit terburu-buru ia kembali mengabaikan Minnie.

"Unnie.. eodi gani?"
(kau mau kemana)

"......"

"Unnie..."

"...."

Mereka menuruni anak tangga, dengan Minnie di belakangnya.

"Kalau begitu apa aku boleh ikut?"

Miyeon seketika berhenti, lalu menatap Minnie menyuruhnya menyelesaikan ucapan.

"M-maksudku, u-unnie sepertinya buku-ku tertinggal di--"

"Minnie-yaa!"

"......."

"---apa kau termasuk, mudah untuk mendapatkan sesuatu?

"....."

"Di hari pertamamu masuk university, tidak tanggung-tanggung kau seperti baru saja bercinta dengan seseorang." deg..

"....."

"Atau hanya sekedar makeout? dengan siapa hum? apa dia wanita yang sangat cantik? atau; ukuran namja yang--"

"Hentikan unnie... aku tidak--"

"Arra.. "

Miyeon, langsung melenggang pergi begitu saja.

-





































































































_________________________________________

Fiuh~

Kalian kangen Cho Miyeon 'kan?
(Gue bakal double up--)

Fyi: masih revisi, mungkin saat lebih larut nanti gue publish...
Its ok kalo gak di tungguin.. kalian bisa baca dulu buku-buku lain. Btw-- happy satnight heum? 👋👋

Terimakasih ✍✍

Continue Reading

You'll Also Like

163K 19K 54
tidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pus...
79.5K 11.9K 35
Allura Christy Gadis remaja polos nan lugu yang kerap kali mendapat bullyan dari semua siswa siswi di sekolahnya. Bagaimana tidak, sekolahnya saja s...
139K 14.1K 115
Sang rival yang selama ini ia kejar, untuk ia bawa pulang ke desa, kini benar-benar kembali.. Tapi dengan keadaan yang menyedihkan. Terkena kegagalan...
240K 5.5K 21
Warn: boypussy frontal words 18+ "Mau kuajari caranya masturbasi?"